Ketika sibuk bekerja di ruangan lantai tiga belas pada sebuah perusahaan pemasaran, Yanwar bingung saat tiba-tiba internet komputernya mati. Padahal pekerjaannya masih banyak dan jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tapi saat menoleh ke tempat bekerja teman-temannya satu ruangan. Koleganya juga sebal karena tidak bisa mengakses internet padahal sedang ada janji untuk meeting online.
"Kelihatannya kebutuhan anakku tidak akan terpenuhi jika perusahaan kita seperti ini terus," Yanwar berusaha memberikan lelucon satir.
Lima menit berikutnya setelah banyak orang kebingungan menyelesaikan pekerjaannya, tiba-tiba terdengar suara letupan yang sangat kencang entah dari mana asalnya. Suaranya cukup jauh. Tapi cukup terdengar keras oleh semua telinga yang ada di perusahaan.
Dua menit berikutnya, suara sirine berbunyi dengan lantang di setiap sudut jalanan. Susul menyusul saling berteriak sangat keras menandakan terjadi bahaya besar. Orang-orang mulai panik. Mereka mulai yakin masalah internet yang mati memiliki alasan kuat dibaliknya.
"Bom! Ada bom! Ada bom! Perang dimulai lagi ...! Ada bom! Perang dimulai lagi ...!" seorang lelaki berteriak-teriak memberi kabar dari jalanan. Terlihat panik. Disusul dengan orang-orang lain yang juga melakukan hal sama. "Selamatkan diri kalian! Perang telah terjadi lagi! Selamatkan diri kalian! Hati-hati ada bom ...!"
Dan suara letusan kuat terdengar lagi dari telinga semua orang. Lalu disusul dengan sebuah bangunan tinggi, besar, yang menjulang ke langit terlihat rubuh dari kejauhan. Hancur berkeping-keping dan tak bisa berdiri lagi Kepulan asap bergerak berbarengan dengan ambruknya bangunan besar itu.
Sontak semua orang berlari untuk menyelamatkan diri. Mereka mengabaikan komputernya, pekerjaannya, dan semua yang seharusnya diselesaikan pada hari itu. Hal yang harus dilakukan saat ini adalah pergi menuju bunker untuk berlindung.
Sambil berlindung ke tempat yang aman orang-orang mulai saling bertanya mengenai penyebab perang yang sedang terjadi di negara mereka. Wajah-wajah yang awalnya ceria tak terlihat lagi. Semuanya terlihat tertekan dengan peluh bercucuran di seluruh tubuh membasahi baju mereka.
Satu jam telah berlangsung sejak internet mati dan suara sirine dibunyikan. Suasana masih terlihat normal. Setidaknya untuk daerah sekitar Yanwar dan para koleganya. Ledakan bom oleh roket-roket militer terlihat menyasar area yang lain dan cukup jauh.
Meskipun tidak menutup kemungkinan tempat mereka juga akan menjadi sasaran berikutnya.
Pasukan militer dalam negeri mulai bersiaga untuk melakukan perlawanan. Secara terorganisir beberapa di antara mereka mengevakuasi warga untuk berpindah ke tempat yang lebih aman. Penjaga berlangsung secara ketat.
Hanya saja pada saat itu yang ada di pikiran Yanwar adalah Diana, gadis kecilnya dan keluarga satu-satunya yang dia miliki. Hari ini Diana sekolah dan sekolahannya berada di area yang lebih dekat dengan bangunan-bangunan yang terkena bom.
Dia merenung untuk waktu yang cukup lama hingga akhirnya memutuskan untuk bertindak. Lelaki itu bergegas menuju kendaraannya dan segera mencari Diana.
"Saya ingin memastikan keselamatan Diana!"
Dia menentang instruksi yang diberikan militer untuk evakuasi. Setelah beberapa waktu cekcok dengan petugas. Akhirnya Yanwar diberi arahan melewati rute aman jika memaksa untuk mencari anaknya.
Tidak lama kemudian kendaraan motornya melesat menuju Sekolah Dasar tempat anaknya menempuh pendidikan.
Jantungnya berdegup dengan kencang. Yanwar takut jika sewaktu-waktu ada roket yang akan jatuh dari langit dan meledak dan membunuhnya dan membuatnya tidak bisa bertemu Diana karena saat ini dia tidak berada di area untuk evakuasi. Apalagi Yanwar melihat beberapa pesawat tempur di luar angkasa yang terbang ke sana ke mari. Namun perasaannya kali ini jauh lebih takut jika tidak bisa bersama Diana.
Hanya saja saat itu yang membuatnya kaget setelah sampai di sekolahan anaknya adalah: ruang-ruang kelas yang biasa digunakan siswa belajar telah rata dengan tanah. Sebagian bangunan sekolah telah rubuh menyisakan asap yang masih mengepul.
"Anakku! Anakku! Anakku! Di mana Diana! Di mana Diana! Diana ...! Kamu di mana Diana ...!" Yanwar bergegas menuju reruntuhan bangunan. Dia bergerak dengan cepat untuk memastikan keberadaan Diana.
Mencari di setiap sudut bangunan sekolah yang hancur. Berusaha melihat pada sela-sela puing-puing bangunan yang ambruk. Juga mengecek setiap ruangan yang tersisa dan juga terutama mengecek bunker sekolah.
Suara tangis terdengar dari sebuah ruangan yang terabaikan. Sejak mencari anaknya di setiap sisi bangunan sekolahan, Yanwar belum menemukan seorang pun ada di area itu. Dia tidak melihat tanda-tanda anaknya ataupun korban ambruknya bangunan sekolahan. Terlihat sepi. Tapi kali ini dia mendengar suara tangis seorang anak perempuan di sebuah ruangan separuh roboh.
Terisak-isak ketakutan sambil menyembunyikan dirinya di bawah meja kayu yang tertimpa beberapa bongkahan bangunan.
"Diana! Apa kamu Diana!" Yanwar memanggil-manggil sambil berlari ke sumber suaranya. "Apa kamu Diana? Sayang?! Kamu di mana?!" Suara tangisan itu terdengar semakin jelas.
Yanwar bergerak semakin cepat.
"Bangun. Ayo, sini nak. Kamu sudah tidak apa-apa. Aku antarkan kamu ke tempat yang aman," ajak Yanwar sambil menenangkan gadis kecil yang menangis itu.
Berbarengan dengan kejadian itu terlihat tim evakuasi juga sedang mengamankan penduduk di dekat area sekolahan. Mereka menggunakan seragam dan sebuah alat komunikasi khusus di tangannya.
"Tolong! Tolong bantu anak ini!" Yanwar berteriak dan segera menyerahkan gadis yang dia temukan agar diarahkan ke tempat yang aman. "Saat mencari anakku, aku menemukan gadis ini di bangunan sekolahan yang rubuh."
"Ya ampun. Dia tertinggal dari yang lainnya," kata petugas itu. "Saya pikir semua siswa sudah dievakuasi. Ternyata masih ada yang tertinggal."
"Di mana tempat evakuasinya?" tanya Yanwar dengan segera.
"Ayo ikut denganku setelah ini. Apa tempat ini sudah anda cek semuanya?"
"Sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang terlihat."
"Baiklah. Sekarang kita menuju tempat evakuasi. Semoga anak anda ada di sana."
Mereka pun pergi menuju tempat evakuasi darurat dan meninggalkan bangunan sekolah yang telah ambruk. Yanwar berharap anaknya berada di tempat yang aman.
Saat berada di bunker yang digunakan sebagai tempat evakuasi darurat, Yanwar melihat ada banyak orang sedang berlindung. Banyak di antara mereka adalah orang dewasa, dan banyak juga di antara mereka adalah anak-anak.
"Diana! Diana! Apa kamu ada di sini Diana ...!" Yanwar mulai berteriak memanggil-manggil anaknya. Dia memastikan setiap gadis kecil yang ada di sana untuk mencari anaknya. Bergerak ke sana ke mari secara panik.
Setelah mendengar teriakan Yanwar mencari anaknya banyak orang yang ada di sana mulai melakukan hal sama. Mereka memanggil-manggil nama Diana yang sedang dicari ayahnya.
"Ada yang namanya Diana? Diana sedang dicari ayahnya!" teriak beberapa orang terdengar jelas.
Yanwar terus berjalan mencari anaknya di sela-sela kerumunan. Dia masih terus menyebut nama anaknya agar segera bertemu. Tidak peduli lelah, tidak peduli haus ataupun lapar. Yanwar terus mencari anaknya, memanggil-manggil Diana.
Hingga akhirnya terdengar suara gadis kecil yang memanggil namanya dengan sebutan "Ayah".
"Diana!" Yanwar menoleh dan melihat putrinya berada jauh di hadapannya. "Diana sayang! Kamu tidak apa-apa sayang!" Yanwar berlari dan langsung mendekap gadis kecil yang telah dia khawatirkan sejak perang dimulai.[]
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Dibagikan di
X:
https://twitter.com/Bukutaqin/status/1712488755297394817?s=19
IG:
https://ig.me/j/AbZEAhA5uL7xGUi9/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations!
This post has been supported through the account Steemcurator06. for containing good quality content.
Curated by : @harferri
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih atas dukungannya pak @harferri
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit