Assalamualaikum wr. wb.
Halo Steemians Entrepreneur...
Pada kesempatan ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya membeli pisang dan pepaya pada pedagang kecil di Kota say tinggal, yaitu Kota Lhokseumawe.
Semenjak ayah mertua menderita stroke, hampir setiap hari Rabu saya ke rumah sakit Kesrem, Lhokseumawe untuk mengambil obat. Saya selalu mengambil jalan pintas dari simpang lampu merah Taman Riyadhah (Taman mini) menuju Teumpok Teureundam dan menyeberangi jalan Darussalam hingga sampai ke rumah sakit Kesrem.
Saat menyeberangi jalan Darussalam, saya selalu melihat bapak-bapak yang berjualan pisang dan pepaya di depan percetakan Alkaysan (di samping Wong Solo) Map. Setiap kali melihat bapak tersebut berjualan, ingin rasanya membeli semua barang dagangannya sebagai bentuk upaya membantu beliau. Namun apalah daya, saya tak punya cuan untuk itu. Apa lagi di akhir bulan seperti ini.
Pernah saat saya menghadiri Milad Syi’ar Muhibbah Shubuh (SMS) ke 8 yang diadakan di Masjid Jami’ Lancang Garam, Kota Lhokseumawe pada hari Minggu, 22 Mei 2022. Saya berangkat dari rumah jam setengah 5 pagi dan berpapasan dengan beliau di depan SDN 1 Muara Dua, Cunda. Saat melihat beliau, saya langsung teringat (alm) ayah yang selalu berangkat sebelum subuh. Rela melawan dinginnya udara di subuh hari demi kami buah hatinya.
Beliau namanya pak Razali atau sering di panggil dengan pak Ali . Beliau selalu berangkat dari rumah jam 4 pagi (Paling telat jam 5 pagi). Bapak yang berusia 65 tahun ini, masih sanggup mendayung sepeda dengan muatan pisang dan pepaya dari Desa Paloh Bate ke jalan Darussalam.
Pada hari Rabu yang lalu (25 Mei 2022) saya berencana membeli pisang saat mengambil obat di rumah sakit Kesrem. Pada saat ingin menyeberangi jalan Darussalam, saya melihat pak Ali sedang berjualan seperti biasanya. Namun saya ingin menyelesaikan urusan saya dulu. Saat pulang saya akan membelinya. Setelah urusan saya selesai di Kesrem, saya langsung balik dari jalan yang sama. Tiba-tiba pak Razali sudah tidak ada lagi di depan Alkaysan. Apakah beliau sudah pulang???
Saya melihat ke kiri dan kanan tetapi nihil. Pada saat saya lihat lebih jauh ke depan, saya melihat beliau sedang mendayung sepeda semakin menjauh. Saya pun bergegas menyusul pak Ali.
Pak Razali sedang mendayung sepeda
Ternyata pak Ali berhenti di Depan Bank Mandiri Map (di samping taman mini) untuk berjualan lagi. Kebetulan disitu ada orang yang jualan batu putih alami. Saya pun langsung memarkirkan sepeda motor melewati beliau jualan. Saya membeli 1 sisir pisang seharga 12.000 rupiah dan 1 buah pepaya seharga 10.000 rupiah atau jika dikonversikan ke dalam Steem yaitu 3,37 dan 2,81 Steem. Tanpa tawar menawar, saya langsung membayar. Konversi by
Pak Ali sedang berjualan
Setelah menyimpan belanjaan saya di motor, saya berbincang-bincang dengan Pak Ali dan pedagang batu putih alami sambil duduk di trotoar jalan. Disinilah saya mengetahui sedikit banyak tentang diri pak Ali. Beliau berjualan di dua tempat dalam 1 hari (depan Alkaysan dan di samping taman mini). Beliau berpindah tempat saat matahari mulai panas (sekitar jam 10). Saat saya bercerita sedikit tentang ayah saya berasal dari Paya Peunteut (tetangga dengan Paloh Bate), ternyata pak Ali adalah kawan bermain ayah saya sewaktu kecil. Seolah-olah saya seperti menemukan saudara yang sudah lama hilang.
Saat berbincang-bincang dengan Pak Ali
Sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, datang seorang pembeli membeli 1 sisir pisang. Pak Ali pun langsung bangun dari duduknya untuk melayani pembeli tersebut.
Menyambut pembeli dengan senyum
Selang 10 menit kemudian datang sepasang suami istri untuk membeli 1 sisir pisang dan pepaya. Saya ikut berdiri mengamati pak Ali. Tiba-tiba ekspresi senyum pak Ali berubah (seperti memaksakan diri untuk senyum) saat mendengar sang ibu tersebut menawarkan harga setengah dari harga yang ditawarkan oleh pak Ali. Sungguh penawaran yang sangat mengores hati pak Ali dan pedagang kecil lainnya.
Pak ali melayani pembeli dengan senyum palsu
Setelah selesai melayani pembeli tersebut, saya pun pamitan untuk kembali ke rumah sambil bersalaman dengan pak Ali dan pedagang batu putih alami.
Pisang dan pepaya yang saya beli
Sekian cerita saya saat membeli dengan pedagang kecil lokal di Lhokseumawe.
Saran saya untuk Steemians dan pembaca lainnya, saat membeli sesuatu pada pedagang kecil seperti mereka agar tidak menawarkan harga setengah dari harga yang telah ditawarkan oleh penjual. Karena itu dapat menggores hati mereka. Jika kita tak mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi (untuk membantu saudara-saudara kita ini), setidaknya jangan membuat senyum palsu di wajah mereka dengan tawaran kita. Walaupun tawar menawar merupakan salah satu syarat jual beli, namun tidak ada salahnya jika mengukir senyum bahagia diwajahnya (BUKAN SENYUM PALSU).
This post has been upvoted through @steemcurator07
Curated by- @ngoenyi
Curation Team: Steem Growth
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Alhamdulillah...
Terima kasih banyak @ngoenyi
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you @Sabarman for parcipating in the " Make Them Smile" Contest, Nice work for support local business (small traders)..
Team verification results :
Keep up your good work, best regards and good luck !
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Alhamdulillah...
Terima kasih banyak bg @harferri
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit