Judul Buku : INTELEKTUAL ISLAM:Teologi, Filsafat, Gnosis
Pengarang : Seyyed Hossein Nasr
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tahun : 2009
Tebal buku : 104 Halaman
Diterjemahkan dari : Trilogy, Philosophy and Spirituality, World Spirituality Vol. 20
Kegiatan intlektual umat Islam telah mati. Begitulah pernyataan yang sering diulang-ulang. Pertama, isu tentang tertutupnya pintu ijtihad yang telah berlangsung selama seribu tahun. Kedua, serangan al-Ghazali terhadap filsafat, melalui karya monumentalnya, Tahafut al-Falasifah dan ketiga, meninggalnya Ibn Rusyd, yang dianggap sebagai simbol rasionalisme Islam.
Tetapi benarkah kegiatan intelektual umat islam telah mandeg begitu lama? Benarkah pintu ijtihad telah tertutup? Benarkah filsafat Islam telah mati karena hantaman al-Ghazali melalui Tahafut al-falasifah dan meninggalnya Ibn Rusyd, yang dianggap sebagai bapak rasionalisme Islam? Seyyed Hossein Nasr, guru besar studi keislaman di berbagai perguruan tinggi terkenal di Barat, menunjukkan bahwa tudingan para orientalis terhadap kegiatan intelektual umat Islam, terlalu banyak memiliki cacat dan tidak dipertanggungjawabkan. Maka karya ini akan menjelaskannya terhadap persoalan ini hingga beragam permasalahannya tetap berkobar.
TEOLOGI
Setiap agama yang integral di dalamnya memiliki dimensi-dimensi intelektual, yang bisa disebut teologi, filsafat dan gnosis. Islam tidak terkecuali terhadap prinsip ini dan telah mengembangkannya dalam kehidupan keagamaan secara akrab ketiga aktivitas intelektual ini, yang masing-masing dimiliki sebagai suatu tradisi milenial, dengan berbagai ilustrasi yang representatif .
Di dalam dunia keilmuan Islam, di bagian ini yang pertama adalah al-ma'rifah atau al-'irfan (gnosis). Kemudian seterusnya adalah falsafat, lalu teologi.
Awal Mula Kalam
Dalam ini Nasr mengemukakan secara tradisional , bahwa 'Ali ibn Abi Thalib, yaitu saudara sepupu dan menantu Nabi SAW., dipercaya kemapanan ilmu kalam. Dan sampai dimana orang Muslim dan pengikut agama lain terutama orang Kristen mereka semuanya telah mengembangkan argumen-argumen secara filosofis dan teologis dalam memantapkan ajarannya.Mu'tazilah
Dalam sejarah pemikiran Islam, Mu'tazilah menjadi terkenal karena lima prinsip atau penegasan (al-usul al-khamsah), yang merupakan ringkasan dasar ajaran mereka. Kelima prinsip itu adalah keeasaan (al-tauhid), keadilan (al-adl), janji dan ancaman (al-wa'd wa'l-wa'id), dalam posisi di antara orang muslim yang berbuat dosa( al-manzilah bayn al-manzilatayn), dan mendesak manusia untuk berbuat baik dan melarang untuk berbuat jahat (al-amr bi'l ma'ruf wa'l-nahi 'an al-munkar). Mu'tazilah sangat menekankan kerasionalan sehingga akan terjadi perlawanan dengan Asy'ariyahTeologi Asy'ariyah
Al-asy'ari mencoba menciptakan suatu posisi moderat dalam hampir semua isu teologis, yang menjadi perdebatan pada waktu itu. Dalam tindakannya asy'ariyah menempuh jalan tengah antara dua ekstriminitas yakni para rasionalis mu'tazilah yang membuat wahyu dibawah penalaran dan para ekstriminitas yang menolak peranan nalar dan kembali ke Al-Qur'an dan Hadist secara murni.
FALSAFAH
Dalam perspektif Islam, Intelek dan spirit memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua muka dari realitas yang sama. Spiritual Islam dapat diilhami dari intelektual secara tradisional dipahami. Lebih dari itu perlu diketahui filsafat ini bersifat Islami bukan filsafat Arab.
Filsafat Paripatetik
Ajaran filsafat ini biasanya dikenal masysya'i atau filsafat paripatetik adalah sintesis ajaran-ajaran wahyu Islam, Aristotelianisme dan Neoplatonimse. Para filosof muslim mengangap bahwa panggilan kebenaran menjadi panggilan tertinggi filsafat, tetapi itu tidak berarti ketertundukan wahyu pada penalaran, seperti pendapat beberapa orang. Paripatetik Islam mencapai puncaknya oleh filsuf Ibn Sina sehingga mempengaruhi beberapa filsuf lainnya.Ontologi dan Kosmologi Ibn Sina
Filsafat Ibn Sina menandai puncak estafet paripatetik Islam, dengan pendasaran ontologi, dan Ibn Sina disebu sebagai "filsuf wujud" dan pendiri di tengah-tengah, apakah itu mencirikan Yahudi, Kristen, atau Islam. Ibn Sina membuat suatu pembeda fundamental akan wujud dalam tiga bagian yaitu wajib (wujub), kontingensi (imkan) dan ketidakmungkinan (imtina').
GNOSIS
Harmonisasi spritual dan filsafat yang menjadi sempurna pada Islam dicapai dalam ajaran Iluminasi (al-isyraq) dan sang pendirinya bernama Syihab al-Din Suhrawardi atau biasa sering dipanggil dengan julukan Suhrawardi al-Maqtul. Ia dilahirkan di sebuah desa kecil, Suhraward, di persia barat tahun 549/1153.
Suhrawardi mencipta begitu banyak sintesis filsafat, yang dilukiskan dari berbagai sumber, dan secara khusus dekat dengan enam abad pemikiran Islam sebelum dirinya. Suhrawardi menggabungkan angelologi Madaean dan Platonisme dalam matriks gnosis Islam. Ia percaya bahwa ada dua tradisi kuno tentang kebijaksanaan, uang keduanya bermula dari agama.
Dan Mulla Sadra seorang tokoh terkemuka ajaran-ajaran Isfahan yang banyak dianggap sebagai metafisikawan Muslim terbesar. Tak ada seorang filosof Islam lainpun yang telah mampu menghubungkan secara mendalam dengan masalah-masalah keyakinan dari dasar-dasar etika bagi tamsil secara eskatologis, yang dilukiskan dalam Al-Qur'an dan Hadist, seperti karya Mulla Sadra. Tak ada seorang filosof pun yang diperhatikan ulama-ulama kalam.
Kesimpulan
Perlu diketahui bahwa jika membaca resensi saya pasti antara anda-anda akan merasa tidak setuju dan setuju, resensi ini bisa dibilang seperti saya ambil bagian pentingnya saja untuk dicari dari bagian buku yang penting sehingga pembaca jika merasa cocok dengan buku ini maka akan bagus buat referensi bacaan maupun penelitian ilmiah, jadi jangan terkejut dan nikmatilah.
Saran
karena buku ini terjemahan, pastinya akan agak susah membacanya sehingga disarankan bagi pembaca yang tertarik untuk mencoba mencari buku versi bahasa ibunya.