Pada suatu pagi yang cerah, keluarga besar berkumpul di rumah Zulaikha, seorang bayi mungil yang baru saja menginjak usia enam bulan. Hari itu adalah hari istimewa, yaitu kenduri turun tanah Zulaikha. Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan dalam keluarga sebagai wujud syukur atas anugerah Allah sekaligus doa agar langkah pertama sang bayi membawa keberkahan sepanjang hidupnya.
Rumah penuh dengan kehangatan. Suara tawa sanak saudara bercampur dengan aroma masakan khas seperti gulai ayam, rendang, dan nasi kuning yang menggoda. Para tetangga dan keluarga jauh mulai berdatangan dengan membawa berbagai bingkisan sebagai tanda kasih. Zulaikha, yang mengenakan gaun putih kecil dengan renda, tampak tersenyum ceria meski belum paham apa yang sedang terjadi.
Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang tokoh agama. Ayah Zulaikha menggendongnya dengan penuh kasih sayang, sementara sang ibu, dengan mata berkaca-kaca, memanjatkan doa dalam hati untuk anak perempuannya. Semua yang hadir mengamini doa-doa yang dipanjatkan, meminta perlindungan, kesehatan, dan kebahagiaan untuk Zulaikha.
Setelah doa, tiba momen yang dinanti-nanti, yaitu prosesi turun tanah. Zulaikha diletakkan di atas selembar tikar yang dihias dengan bunga-bunga cantik. Di sekitarnya terdapat berbagai benda seperti buku, mainan, beras, uang, dan alat tulis. Benda-benda ini melambangkan berbagai pilihan jalan hidup. Dengan riuh rendah keluarga yang menyemangati, Zulaikha merangkak dan dengan tangannya yang kecil mengambil sebuah buku. Semua orang bersorak gembira, menandai harapan bahwa Zulaikha kelak akan menjadi anak yang cerdas dan berpengetahuan luas.
Acara diakhiri dengan jamuan makan bersama. Semua tamu menikmati hidangan dengan penuh keakraban. Senyuman dan canda tawa menghiasi suasana. Zulaikha, yang kelelahan setelah menjadi pusat perhatian, akhirnya tertidur di pelukan neneknya.
Hari itu menjadi momen penuh makna dan kebahagiaan bagi keluarga besar. Kenduri turun tanah Zulaikha bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga pengikat silaturahmi dan ungkapan syukur atas anugerah kehidupan yang tak ternilai.