Tiga bulan yang lalu, di sudut kecil halaman rumah, Anda menanam anggrek merah hati yang bibitnya Anda peroleh dari seorang teman dekat. Dengan penuh kesabaran, Anda merawatnya setiap hari—menyiramnya di pagi hari, memastikan tanahnya tetap lembab, dan memberi pupuk organik setiap dua minggu sekali. Awalnya, tanaman itu hanya berupa tunas kecil yang tampak rapuh, namun Anda percaya bahwa dengan perawatan yang telaten, ia akan tumbuh menjadi sesuatu yang indah.
Waktu berlalu, dan usaha Anda terbayar. Tunas kecil itu mulai tumbuh besar, daunnya hijau segar, dan akhirnya, setelah tiga bulan, bunga anggrek merah hati yang pertama bermekaran. Warnanya begitu mencolok—merah tua dengan gradasi hitam di pinggir kelopaknya, memancarkan keanggunan yang memesona. Wangi lembut yang khas mulai menyebar di sekitarnya, membuat siapa pun yang melewatinya berhenti untuk mengagumi keindahannya.
Berita tentang bunga anggrek merah hati Anda menyebar dengan cepat di lingkungan sekitar. Tetangga-tetangga yang sebelumnya jarang mampir ke rumah kini datang dengan senyum lebar, memuji kecantikan bunga tersebut. Beberapa dari mereka bahkan meminta bibit atau stek dari tanaman Anda agar mereka juga bisa menanamnya di rumah.
Dengan hati yang lapang, Anda mulai membagikan bibit kepada tetangga yang meminta, sambil berbagi tips perawatan yang telah Anda pelajari. Anda merasa senang karena bunga yang Anda tanam tidak hanya memberikan keindahan di rumah Anda, tetapi juga membawa kebahagiaan bagi banyak orang di sekitar. Kini, setiap kali Anda berjalan di lingkungan sekitar, Anda melihat tanaman anggrek merah hati mulai tumbuh di berbagai halaman rumah tetangga—menjadi simbol keindahan dan persahabatan yang Anda bagi bersama.