Suatu pagi yang cerah di salah satu daerah di Aceh Utara, aku dan kawan-kawan seprofesi—Arif, Doni, dan Zul—bersiap melaksanakan pekerjaan yang cukup besar: membuat pagar dan tangga tower untuk sebuah proyek pembangunan di wilayah itu. Kami semua adalah pekerja konstruksi yang sudah terbiasa menghadapi tantangan pekerjaan di lapangan, tetapi hari ini terasa istimewa karena kami bekerja di tempat yang pemandangannya begitu indah, dikelilingi oleh sawah hijau dan perbukitan yang menjulang.
Kami tiba di lokasi sekitar pukul delapan pagi. Setelah berbincang singkat dengan pengawas proyek untuk memastikan semua detail pekerjaan, kami mulai membagi tugas. Aku dan Arif bertanggung jawab memasang kerangka pagar, sementara Doni dan Zul fokus pada pembuatan tangga tower yang membutuhkan ketelitian ekstra.
“Jangan lupa, tangganya harus kokoh. Ini tower, bukan tangga rumah!” canda Zul sambil menyiapkan bahan-bahan. Kami semua tertawa, meskipun tahu bahwa pekerjaannya tidak semudah yang terlihat.
Pekerjaan dimulai dengan pengukuran lahan untuk pemasangan pagar. Aku dan Arif bekerja dengan ritme yang sudah terbiasa, memasang tiang-tiang utama dan memastikan semuanya lurus menggunakan alat waterpass. Sementara itu, Doni dan Zul sibuk merangkai besi untuk tangga. Sesekali, kami berhenti sejenak untuk minum air dan melepas lelah.
Udara di daerah itu cukup panas, tetapi angin dari perbukitan membuat suasana tetap segar. Penduduk sekitar sesekali datang untuk melihat-lihat pekerjaan kami. Mereka ramah dan suka bertanya tentang apa yang kami kerjakan. Salah satu warga bahkan membawa kopi Aceh panas dan kue tradisional untuk kami. “Ini buat tenaga,” katanya dengan senyum lebar. Kami sangat berterima kasih atas kebaikan mereka.
Menjelang siang, kami menghadapi tantangan. Beberapa bagian tanah tempat kami memasang pagar ternyata tidak rata, sehingga menyulitkan pemasangan tiang. “Tenang, kita atur ulang strateginya,” kata Arif, yang memang selalu tenang dalam menghadapi masalah. Dengan kerja sama, kami berhasil mengatasinya dengan menambahkan pondasi tambahan untuk memastikan pagar tetap stabil.
Pekerjaan pembuatan tangga tower juga tidak kalah rumit. Zul yang biasanya humoris terlihat sangat serius, memastikan setiap sambungan las rapi dan kuat. “Ini bukan sekadar tangga, ini soal keselamatan orang-orang yang akan naik turun nanti,” katanya.
Setelah bekerja hampir seharian, menjelang sore, kami berhasil menyelesaikan sebagian besar pekerjaan. Pagar berdiri kokoh, dan tangga tower hampir selesai. Meski lelah, ada rasa puas yang luar biasa saat melihat hasil kerja keras kami bersama.
Sebelum pulang, kami duduk bersama di bawah pohon besar dekat lokasi, menikmati sisa kopi yang diberikan warga tadi sambil bercanda dan tertawa. Hari itu bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tentang kebersamaan, kerja keras, dan kehangatan dalam persahabatan.