Siang itu, setelah menyelesaikan pekerjaan mengelas pagar milik warga di samping rumah, tubuh terasa lelah namun puas. Hasil kerja keras dengan percikan api las dan panasnya matahari terbayar dengan melihat pagar yang kini kokoh berdiri. Rasanya, waktu yang tepat untuk bersantai sejenak.
Tanpa banyak pikir, kaki melangkah menuju kedai kopi Bumi Subur, tempat favorit untuk melepas penat bersama kawan-kawan. Kedai kecil itu terletak tak jauh dari rumah, suasananya teduh karena dinaungi pohon rindang, dan aroma kopi yang khas selalu berhasil menggoda siapa saja yang lewat.
Begitu tiba, sudah terlihat beberapa kawan duduk di meja kayu panjang di sudut kedai. Ada Roni, yang sibuk bercerita tentang pengalamannya mencari burung baru, dan Anton, yang seperti biasa, sedang asyik menikmati rokok sambil menyeruput kopi hitam favoritnya. Mereka melambai saat melihatku datang.
“Wah, habis kerja keras nih! Udah kayak tukang las profesional sekarang,” sapa Roni sambil tertawa kecil.
“Biasa, nyari keringat dulu buat bayar kopi di sini,” jawabku sambil menarik kursi dan duduk.
Pesananku datang tak lama kemudian—kopi hitam panas dengan aroma harum yang khas. Rasanya begitu nikmat saat menyeruput kopi sambil mendengarkan obrolan ringan kawan-kawan. Suara tawa sesekali terdengar, bercampur dengan riuh rendah aktivitas kedai yang mulai ramai oleh pengunjung lain.
Kami membicarakan banyak hal, mulai dari kabar tetangga yang baru saja punya acara syukuran, hingga cerita tentang burung peliharaan. Roni, tentu saja, menggodaku soal jalak kebo yang baru kubeli dari Pak Fajri minggu lalu. “Gimana, udah bisa diajar ngomong belum tuh jalak?” tanyanya.
“Masih malu-malu, kayaknya perlu diajak ngobrol tiap hari,” jawabku, membuat yang lain tertawa.
Waktu berlalu tanpa terasa. Sore mulai menjelang, dan sinar matahari menembus dedaunan di atas kedai, menciptakan bayangan yang menenangkan. Rasanya, momen seperti ini adalah hadiah setelah kerja keras—kopi, canda tawa, dan suasana yang sederhana namun hangat. Di Bumi Subur, lelah hilang, dan semangat baru perlahan muncul untuk menghadapi hari esok.