Menikam Rindu Ngelayap

in hive-147675 •  3 years ago  (edited)

"You nourish your soul by fulfilling your destiny"

Harold Kusher

Bila Ngobrol dengan ibuku lewat telpon atau WhatsApp, tak pernah bosan beliau mengingatkan bahwa aku "tukang ngelayap" karena kesukaanku pergi ke tempat-tempat asing hanya untuk melihat pohon, sungai, laut, manusia dan menemukan hal-hal baru yang sudah sering kubaca tapi belum pernah kurasakan sendiri. Padahal kalau diingat lagi, cuma sekali saja aku pernah hilang dari rombongan keluarga saat berumur 2 tahun di Pasar Geudong. Itupun bukan "hilang" sungguhan. Aku hanya ikut turun dari mobil yang saat itu akan menuju ke Medan ketika ada yang turun dari mobil untuk membeli sesuatu atau buang air. Sekitar 2 jam kemudian, aku ditemukan didekat penjual buah dengan setumpuk kulit buah-buahan seperti rambutan, jeruk, salak disampingku. Aku yang makan, siapa lagi?. Aku tidak ingat apa-apa soal itu, itu juga cerita ibuku berulang kali. Aku menghapus ingatan dari usia mulai bisa mengingat sampai usia 10 tahun. Ada alasan khusus mengapa itu kulakukan. Tidak sesungguhnya terhapus, kadang-kadang alam bawah sadar muncul lewat mimpi. Herannya aku tidak lupa seorangpun teman SD-ku, hehehe.


Bersama kawan SMP yang tinggal di Jabodetabek ketika kelayapan ke Curug Sawer, Sukabumi tahun 2018. Kalau tak salah ingat pose ini kusarankan sebagai gaya ala cover album, hanya saja kawan-kawanku jadi penari latar dah!

Aku tidak begitu paham bagaimana ibuku bisa menyimpulkan bahwa aku "tukang ngelayap" cuma berdasarkan satu pengalaman hilang itu. Begitulah ibu, beliau pasti tahu apa yang tidak kupahami sendiri. Lagi pula, aku memang agak telat dalam menyadari potensi diriku sendiri. Dulu juga kawan-kawan dekat yang mendorongku supaya mendaftar jadi penyiar radio bahkan sampai menemaniku beli radio tape untuk merekam suara, mempersiapkan berkas-berkas hingga mengantarnya ke Radio Prima FM Banda Aceh (awalnya 99,9 lalu berubah jadi 104,4 FM). Mereka bahkan lebih "excited" ketimbang aku. Kalau kuingat-ingat lagi, banyak hal yang kulakukan awalnya bukan karena inisiatif sendiri, tapi karena dijorokin oleh orang-orang disekitarku.

20200904_063356.jpg
Ini bukan lukisanku, tapi mural yang kulihat ditembok lorong samping Unpam, Pamulang Permai ketika suatu pagi aku dan Maslakoe mengambil rute berbeda ke Situ 7 Muara. Para pelukis itu orang hebat menurutku, mereka mampu menterjemahkan imajinasinya dengan sangat indah untuk dinikmati tanpa harus ke Galeri. Orang-orang yang bekerja merancang smartphone juga. Mereka membuat semua yang sulit diingat jadi mudah dengan merekamnya lewat gambar untuk dinikmati berulang kali. Tuhan Yang Maha Pengasih apalagi? diberiNya kita kehendak bebas untuk memilih dan menikmati mana yang kita inginkan.

Tahun lalu, kawan-kawan SMP itu pergi ke Kampungnya si Ikal, Laskar Pelangi. Mereka tidak bisa menghubungiku karena saat itu aku tidak mengaktifkan WA dan hari-hariku diisi dengan membaca Mangatoon dan boxnovel atau main splinterlands sambil merawat Maslakoe. Aku melewatkan kesempatan bersenang-senang, tapi entah mengapa aku sama sekali tidak menyesal. Bisa jadi karena aku tidak punya istilah jalan-jalan liburan. Liburan buatku ya tidur atau baca buku sampai puas.
Setelah bertemu pada bulan juni lalu, mungkin kami baru akan jalan-jalan lagi bila bulan Januari tahun depan sudah tidak ada pandemi dan kami jadi reuni di Lhokseumawe. Insya Allah.


Sebelum menikah, aku memang sering pergi sana pergi sini (biasanya ada yang bayarin sih,hehehe), meskipun frekuensinya tidak seperti kawanku yang lain, tapi lumayanlah untuk menambah pengetahuanku tentang beberapa hal. Mungkin karena itu ibuku mengambil kesimpulan bahwa aku memang "tukang ngelayap". Belum lagi ketika beliau tahu aku pernah pergi sendirian menonton Java Jazz Festival tahun 2005-2007. Aku tidak pergi lagi setelah festivalnya pindah ke Kemayoran, selain tak ada duit juga karena aku sudah puas. Ya, aku tidak pernah "keterlaluan" dalam banyak hal kecuali main game. Kontradiksi pasti! Hiking dan Camping ayok, tapi nge-game semalaman juga ayok! Kerja beres, bersenang-senang tak boleh lupa.


Setelah menikah aku tidak pernah pergi jauh tanpa Maslakoe. Kecuali pulang kampung. Sering dia mengajakku menemaninya pergi ke sana-sini, dan biasanya butuh waktu cukup lama untuk setuju dan ikut saja. Aku tidak mau mengganggu perjalanannya yang biasanya terkait pekerjaan. Tapi setelah sekian tahun bersama kami jadi saling paham. Maslakoe tahu aku senang pergi ke tempat-tempat yang tidak terlalu ramai dan biasanya bisa "sekali pukul" dengan mengunjungi tempat yang berdekatan seiring dengan pekerjaannya. Aku suka Pohon, Sawah, Laut, Batu, Sungai, Jembatan, Galeri, Perpustakaan, Museum dan Pasar Tradisional Bukan Mall . Tentang Pasar Tradisional, biasanya bukan untuk belanja (kecuali memang ada yang dibutuhkan) tapi hanya untuk cuci mata. Meskipun tak perrnah menolak bila diajak, tapi sering kali dia menghindar dari Pasar Buku, hahaha.


Lalu bagaimana aku mengatasi masalah "kelayapan" yang jarang dilakukan sejak pertengahan tahun 2019? Uhmm.. gampang saja! Aku termasuk kategori orang luwes dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Setidaknya seminggu atau sebulan sekali aku pergi ke tempat-tempat yang agak jauh dari rumah. Kadang-kadang sekedar nyari bahan tulisan atau ngumpulin stok foto dan "makan angin". Jalan Keliling kompleks dan menemukan pohon-pohon yang dulu pernah kulihat di masa kecil seperti Jamblang, Sentul/kecapi, Panjo/Kapuk, Klayu, Buni/Boh Gunci, Bak Bhee, Mbacang/mancang dan Jeumpa gading, kuneng hingga tahu ada jamblang putih. Bisa dipanjat pulak!

Kalau rindu kelayapan jauh-jauh mulai nongol dalam hati, aku buka saja Google Photo Gallery-ku. Ajak Maslakoe duduk disamping lalu setiap ketemu foto lama yang masih tersimpan, kami bertukar cerita tentang pengalaman dan perasaan pada saat foto diambil. Seringnya buka-buka Wedding Album yang tidak pernah dicetak itu.

Kami berpesta dengan cara piknik di Lampuuk dan beberapa tamu ikut menghadiahkan bibit pohon yang kemudian diserahkan untuk penduduk setempat bersama 50-an bibit pohon kelapa. Bila ada umur dan rezeki mungkin 5 atau 10 tahun lagi kami akan kembali ke Lampuuk untuk merayakan ulang tahun pernikahan dan mengajak para tamu yang dulu datang untuk piknik bersama lagi. Piknik kata kerennya, padahal prakteknya "meuramin" hehehe.

Menulis ini adalah salah satu cara menikam rindu "ngelayap" yang menyelimuti tubuh siang dan malam. Tapi siapa yang melarang pikiran dan hatimu ngelayap hingga ke masa lalu?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Yah...kurasa memang tidak pernah ada orang yang "alim" saat ia hanya di negeri sendiri...dari yang aku tahu, semua mereka keluar untuk mencari ilmu...maka "ngelayap" itu perlu.

aaahh iya juga itu, sekarang kutahan-tahan saja keinginan "ngelayap" dengan tubuh dan dompet..hahahaha, berlayar dan berselancar saja sudah meumada lah

Mantap that, ngelayapnsampai makan angin, hehehe

apa lagi kalau bukan makan angin? keliling kota naik sepeda motor berjam-jam... kembung begitu sampai di rumah, kenyang makan angin..hahahah

Hahahak