Sore yang indah untuk mengasah lidah dengan mi yang dimasak dengan bahan bakar arang. Karena dimasak dengan bahan bakar arang, mereka menyebutnya sebagai mie arang. Letaknya sekitar 10KM dari rumah saya, mie ini sangat terkenal di seputaran tempat tinggal saya. Dan sore ini saya pun memacu sepeda motor saya ke tempat ini untuk memesan satu porsi mie arang ini, harganya cukup murah, yakni delapan ribu rupiah satu porsi.
Proses memasaknya memakan waktu yang agak sedikit lama sebab memakai bahan bakar arang. Kira-kira mie akan matang dalam waktu 10 atau dua belas menit. Saya menunggu dengan sabar menunggu mie siap dimasak. Uap dan aromanya mulai menyebar di dalam ruang kedai itu, aromanya terasa sangat lezat, rasanya air liur saya mulai meleleh.
Sang koki begitu mahir memainkan centong yang digunakan untuk mengaduk-ngaduk mie di dalam belanga. Ada dua pilihan, pertama digoreng kering tanpa kuah, dan yang kedua adalah digoreng dengan kuah. Saya lebih suka tanpa kuah, goreng kering.
Tak lama kemudian, mienya sudah masak dan siap dihidangkan, saya memakannya dengan lahap, tentu saya meminta kepada koki agar dimasak dengan pedas.
Mie adalah makanan yang sangat populer di Aceh, dengan begitu mudah kita bisa menjumpai para penjual mie di sini, namun mie ini spesial, sebab dimasak dengan arang.