Gelagat dinamika Musda.
Perang interupsi menjadi bumbu penyedap disetiap agenda musyawarah, bukanlah hal yang tabu atau disesalkan, patutnya dihargai sebagai kekayaan intelektual muda dalam berdinamika.
Sumber | ceritapidie.com
Musyawarah Daerah (Musda) ke XIII DPD KNPI Pidie merupakan hajatan wajib disetiap periode kepengurusan, 3 (tiga) sekali. Tentunya kontestan saling dan silang dalam merebut sejumlah suara sah untuk merebut kursi 'dinamika' pemuda Kabupaten Pidie tersebut.
Gelagat komunikasi antar kandidat meyakinkan pemilik suara kentara mewarnai Musda kali ini, bermain cantik menjalin komunikasi ke semua lini, mulai dari daerah hingga provinsi atau sebaliknya.
Naas terjadi, salah satu kandidat yang rela mengorbankan integritas, menafikan nilai etika yang digambarkan sebagai filsafat moral.
Pemalsuan legalistas (tanda tangan) pun dilakukan. Ironisnya, mereka seakan tak bersalah dan meyakinkan dengan penuh dusta. Organisasi sayap sekaliber Al Washliyah yang memiliki sepak terjang membangun peradaban Indonesia dan Islam dengan beraninya dipalsukan, serta hal serupa terjadi pada Srikandi PP.
Kemanakah etika?, yang katanya mempengaruhi cara, laku dan sikap menjadi lebih baik pada seorang individu dengan masyarakat.
Terima kasih kami kepada panitia Steering Committee (SC) beserta Presidium Sidang yang telah memverifikasi faktual terhadap kepalsuan yang telah menutup mata hati si kandidat tersebut, bahwa yang demikian tidak untuk ditiru.
Anda adalah calon pemimpin bagi pemuda, dan masyarakat Pidie. Berilah contoh yang baik tanpa menghalalkan segala cara. Bermusyawarahlah dengan bijak...