Jangan risau perkara apapun,semua sudah tertakar tidak akan tertukar.
Dengan malas aku memulai hari yang selalu pasti padat kegiatan. Tanpa nego dengan diri sendiri aku menuju mesin jahit. Lanjut menjahit Pinto Aceh yang tak habis semalam.
Hampir jam 7 aku menuju kamar, anak-anakku yang akan kesekolah memanggil. setelah melepas keduanya berangkat dengan sepeda, aku kembali menjahit. Baru dua yang selesai, bungsuku memanggil. Aku menuju kamar menjemput bungsuku berharap mau duduk disamping agar aku bisa menjahit lagi. Rupanya, harapan tinggal harapan, ia tak mau. Tapi mengajakku tidur lagi. Begitulah caraku bekerja, jika anakku lagi tidak ingin kutinggal, maka kerjaan yang akan kutinggal sejenak.
Hampir 20 menit menjawab pertanyaannya yang beraneka ragam, ia mengaku lapar. Aku mengajaknya mandi lebih dulu baru sarapan. Emak memanggilnya, mengajak entah kemana. Aku lanjut menjahit.
Tak tau berapa lama, bungsuku memanggil lagi. Ia telah pulang. Meminta air putih. Sepertinya baru selesai makan sesuatu. Lalu ia mengajakku kekamar lagi. Katanya mengantuk. Aku menuruti saja, berdebat dengannya tidak akan berfaedah. Karena pasti berujung tangisan jika tak kuturuti.
Hampir setengah jam aku menemaninya, menceritakan kembali tingkahnya yang selalu luar biasa. Entah terdengar lucu baginya, yang jelas ia tertawa. Tapi tak kuabadikan. Jika aku memegang ponsel, ia pasti memintanya dan akan nonton berjam-jam. Mungkin lelah pulang dengan emak ditambah lelah tertawa, ia minta minum air putih lagi, lalu minta cerita lagi. Rupanya ia tertidur. Aku meninggalkannya dikamar dan kembali menjahit.
Siangnya aku berhenti sejenak. Walau jahitannya diburu, aku bosan juga. Menuju dapur membantu emak memasak. Walau hanya memotong sayuran, tetap membantu.
Setelahnya aku menuju kamar. Bermain dengan anak-anakku yang ternya bermain di kasur. Mereka menghidupkan lampu, menutup jendela dan memasang kelambu. Bak malam saja. Pastas mereka tak riuh. Mainnya pura-pura tidur malam. Aku ikut saja tiduran didalam kelambu. Hingga benar-benar tertidur. Entah dengan mereka. Yang jelas, sulungku yang membangunkanku untuk shalat.
Mereka tidak pergi mengaji. Sekarang tengah menunggu kakakku yang dari Perlak tiba. Pulang karena ada keperluan. Lebih tepatnya menunggu wafir.
Tak lama mereka tiba. Seperti biasa kami ngumpul didapur ditengah riuh para bocil bermain. Aku tak memegang ponsel. Tak ingat mengabadikan momen.
Setelah shalat ashar, semua bocil diajak jalan-jalan oleh Abak (Panggilan para bocil untuk suami kakakku). Kecuali bungsuku. Tak mau ikut. Lagipun tak enak kutitip bungsuku yang masih dibawah 3 tahun ini. Pasti sangat merepotkan. Jadilah aku harus membawanya jalan-jalan, bungsuku ingin naik odong-odong juga.
Aku langsung bersiap2, agar tak kemalaman. Dengan mengendarai motor matic, aku membonceng bungsuku menuju simpang Rangkaya. Sekitar 20 menit aku tiba ditempat tujuan. Wahana bermain anak. Rupanya, bungsuku tak mau naik odong-odong, ia mau bermain dikolam bola, prosotan dan permainan lainnya yang lebih menarik dimatanya.
Lelah bermain ia memintaku membeli minuman. Tak terabadikan karena aku sibuk berdebat dengannya. Ia punya uang disaku celana, pemberian kakakku. Aku memintanya untuk membayar tapi ia tak mau. Katanya itu uangnya. Padahal beli minuman untuk dirinya. Sambil tertawa aku terus meminta uangnya, tapi ia bilang "mau minum tapi mamak yang bayar" kubilang kalo aku ga mau bayar minumannya ga dikasi. Adek nangis katanya. Sambil tertawa aku mengeluarkan uang dari tas dan membayar minuman yang sudah diminum dua kali sedot oleh bungsuku. Dia memang banyak tingkah. Lalu kami kembali ke tempat bermain.
Jam 6 lewat aku mengajaknya pulang. Masih dengan banyak drama karena ia tak mau pulang. Akhirnya agar tak kalaman aku memintanya bayar sendiri kalau tidak mau pulang. Dengan penuh kecewa ia memakai sandal dan ikut aku untuk pulang. Hematnya belum ketulungan.ππ π€£π
Sambil mendengar repetan bungsuku aku membawa motor. Sesekali tertawa juga karena tingkahnya. Mobil ambulance yang lewat dijalan mengalihkan kekesalannya. Ia mulai bertanya tentang jenis kendaraan. Dipersimpngan ia baru diam karena sudah tidak banyak lagi mobil kearah kami. Suasana mulai sepi karena magrib telah tiba.
Usai azan aku tiba dirumah. Bungsuku mencari emak. Kebiasaannya bercerita saat pulang dari mana saja. Walau berputar-putar semua mendengar ceritanya sambil berekspresi. Terkadang mengerutkan kening atau tertawa. Yang penting kamu bahagia.
Aku shalat. Malam ini ingin istirahat walau jahitan masih banyak. memperhatikan tingkah anak-anakku. Tidur dengan nyenyak dan mimpi indah.
Selamat melanjutkan hari fana. Tak ada yang sia-sia. Semua ketetpan-Nya. Langkah, rezeki, jodoh dan maut.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
π
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
TEAM 2
Congratulations! This post has been upvoted through Curation Team#2. We support quality posts , good comments anywhere and any tags.Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thanks @malikusman1
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Click Here
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit