Masih mengenai tulisan sebelumnya (edisi pendidikan), ada satu topik yang saya lupakan yaitu guru. Guru adalah kompas hidup. Beberapa dari pembaca pasti pernah mendengar cerita tentang "Blind Men with an Elephant". Sekelompok orang buta diminta untuk menggambarkan seekor gajah. Satu orang memegang belalai dan berkata, “Ini seperti ular.” Yang lain memegang kaki dan berujar, “Ini seperti pohon.”
Mereka tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mereka hanya tahu bagian kecil dari keseluruhan yang lebih utuh. Seharusnya peran guru adalah untuk menunjukkan gambaran utuh tersebut. Memberi tahu murid bahwa yang mereka pegang itu bukan ular atau batang pohon, melainkan bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar yaitu gajah.
Seorang guru yang baik akan membantu Anda memahami mana yang penting dan mana yang tidak. Meski tidak semua orang, dalam proses pembelajarannya, melibatkan guru (secara literal). Namun yang saya maksudkan “guru” dalam hal ini bukan hanya sebentuk orang, namun bisa dalam bentuk lainnya. Pengalaman, misalnya.
Belajar secara otodidak adalah simbol kebebasan. Anda bisa belajar apa saja, kapan saja, di mana saja. Tidak ada kurikulum yang membatasi Anda dan tidak ada jadwal yang mengikat.
Anda bisa belajar memasak dari video youtube, mempelajari bahasa baru dari duolingo, atau bahkan menguasai ilmu IT dari forum-forum online.
Kelebihan lain dari belajar otodidak adalah Anda bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar menarik minat Anda. Tidak ada sosok guru yang memaksa Anda untuk mempelajari topik yang membosankan.
Namun, kebebasan juga datang dengan risiko. Belajar tanpa bimbingan bisa membuat Anda tersesat. Anda mungkin menguasai satu aspek dengan baik, tapi lemah di aspek lainnya.
Di sisi lain, belajar dengan guru (kalau gurunya benar-benar kapabel) membuat bimbingan yang anda terima jadi terarah. Guru yang baik tidak hanya mengajarkan materi atau rumus-rumus. Ia juga memberikan konteks dan juga jawaban atas pertanyaan yang mungkin anda tidak tahu harus bertanya kepada siapa.
Belajar dengan guru juga ada minusnya. Bisa saja sang murid harus terikat pada kurikulum yang kaku. Kadang juga harus mengikuti jadwal yang tidak fleksibel.
Jadi, mana yang lebih baik?
Jawaban saya adalah, dua-dua sama baiknya. Kunci pembelajaran yang sukses adalah menemukan keseimbangan antara keduanya. Mulailah dengan belajar sendiri untuk menemukan minat Anda, lalu cari seorang guru yang bisa membantu Anda mendalami minat tersebut.
Kembali saya ingatkkan bahwa guru tidak selalu berarti seseorang yang memiliki gelar formal. Guru bisa siapa saja. Teman, keluarga, atau bahkan pengalaman hidup Anda sendiri.
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
You've got a free upvote from witness fuli.
Peace & Love!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Appeal to community members:
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
itu sumbernya yaa... malas kali aku salin tempel linknya. dalam perkara akademik ini biasa terjadi, baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama yang sudah ada standar pegangannya. namun berguru dari pengalaman jauh lebih penting karena tidak semua yang diajarkan di lembaga pendidikan aplikatif, sering kali kita harus melakukan berbagai penyesuaian sendiri berdasarkan pengalaman.
yang saya pikirkan adalah ketika orang menarik garis ke atas darimana asal pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, bahkan dari pengalamannya pun sebenarnya ada orang lain yang lebih dulu mengetahuinya. hanya para pemikir yang bisa menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri.
saya punya banyak sekali guru dalam hidup ini, tapi sama sekali tidak bisa saya bisa menyebutkan nama yang jelas dan lantang. sebab mengaku berguru ada konsekuensinya. sepakat dengan
tanpa bimbingan bahkan sekedar diskusi tidak mudah untuk menemukan jalan pada inti pengetahuan itu. Good vibes, broda!!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Guru adalah lampu penerang dunia akhirat
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Belajar tanpa guru yang mendasarinya bisa bahaya, bahkan bisa menyesatkan dikarenakan tidak ada orang yang meluruskan apa yang dipelajari. Bila seseorang itu belajar mandiri, dia akn menganggap dirinya paling hebat, paling benar, bahkan akn berani berdebat dengan orang lain yang lebih tau dari dia.
Belajar tanpa guru sering dikatakan dengan belajar mandiri, bukan tidak boleh belajar mandiri, tetapi harus ada orang yang akan memeriksa apa yang kita pelajari pada hari ini.
Contoh santri sudah mengaju bersama gurunya, kembali lagi ke bilik untuk mengulang apa yang di pelajari nya tadi.
Begitu juga dengan siswa, mengulang pelajarannya yang di sekolah.
Kita bisa belajar secara mandiri dari buku online, internet, youtube dan lainnya harus ada dasarnya dulu.
Bukan menjadikan youtube langsung menjadi guru tanpa ada dasar ilmu apapun yang dimiliki.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit