Surga Sebagai Kompensasi

in hive-153970 •  last month 

pexels-pixabay-159275.jpg

Photo by Pixabay

Sebuah ungkapan kerap kali diucapkan dengan penuh keyakinan, bahwa roda kehidupan ini berputar dan nasib orang akan berganti.

Kedengarannya cukup manis. Namun saya berani katakan, keadaannya tidak selalu begitu. Kenyataan tidak seindah fabel-fabel klasik yang membuat kita percaya bahwa suatu hari sang Cinderella miskin akan berubah menjadi putri dengan penuh privilese. Faktanya tidak semua orang mendapatkan bola kaca emas dalam kehidupan ini.

Jika hidup adalah sebuah roda, maka ada sebagian orang yang lahir tepat di atas. Yang berdiri megah dengan keseimbangan yang sempurna. Mau mereka tergelincir sedikit, yah… mereka tetap di sana, di puncak roda. Sementara kita yang berada di bawah? Jangankan naik, gerak dikit pun akan membuat roda itu semakin menindih. Satu-satunya yang bergulir untuk kita kesulitan demi kesulitan.

Seorang anak dari dirut BUMN, mau seberapa bodohnya ia dalam mengurus urusan hidup, rasanya dunia tetap baik-baik saja. Orang tuanya kaya, fasilitas lengkap, dan bahkan kegagalannya dirayakan dengan pesta daging steak wagyu A5 di setiap akhir pekan.

Sementara kita yang “lahir” di bawah roda (bahkan mungkin tertimpa roda itu), berapa kali pun kita mencoba, tidak jarang upaya kita tetap terbentur kepentingan-kepentingan lain yang lebih besar dari diri kita.

Semakin keras kita bekerja, semakin cepat pula uang kita habis. Sama sekali bukan untuk kemewahan, tapi sekadar membayar utang orang tua atau beli popok anak.

Kerja keras yang ditinggikan sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan hanya berlaku bagi mereka yang sudah punya modal di awal.

Orang dengan privilese (atau mereka yang diuntungkan oleh takdir) bisa menjalani hidup seperti berjalan di taman bunga. Mereka bisa terpleset, terjatuh, tapi tetap mendarat di atas karpet merah. Sementara bagi kita? Hmmm, kalau terpleset, paling jatuhnya ke parit.

Mungkin banyak yang akan bilang, “Sabar, hidup kan berputar.” Namun, sejatinya untuk siapa roda itu berputar?

Kita hanya diajari untuk menunggu tanpa pernah tahu apakah roda itu memang punya rencana untuk mengangkat kita ke atas. Jika hidup adalah sebuah permainan monopoli, maka ada yang sudah mulai dengan hotel mewah di sepanjang jalur properti.

Sebagian yang lain bahkan sudah gagal saaat melempar dadu sebelum sempat berhenti di angka yang diinginkan. Bekerja dari pagi hingga malam, menabung dengan susah payah hanya untuk melihat semua itu menguap begitu saja karena biaya tak terduga, dan si sialan inflasi.

Beberapa orang bahkan harus menghadapi fakta bahwa mereka harus melunasi utang orang tua yang mewariskan lebih banyak beban daripada aset. Bagi orang-orang ini, mungkin satu-satunya alasannya bisa tetap bertahan hidup adalah karena Tuhan menciptakan surga sebagai kompensasi atas dunia yang tak pernah adil. Janji di masa depan yang (semoga saja) bisa kita nikmati setelah bersusah payah di dunia fana ini.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.

Congratulations! - Your post has been upvoted through steemcurator06

8.jpg

Curated by : @fantvwiki - Selective Team

Loading...