Diantara banyaknya alasan kenapa banyak perkerjaan bahkan tanggung jawab jarang diselesaikan oleh banyak manusia, adalah minim keiklasan menjadi alasan paling mendasar. Mungkin alasan sering dibungkus dengan sejumlah alasan mulia lainnya agar terlihat sebagai manusia yang bertanggung jawab. Begitulah manusia; jarang ada yang mau mengakui kelasahan atau sesuatu yang membuat malu pada mata manusia. Saya tidak perlu menunjukkan bukti untuk itu. Mungkin, masing-masing kita bisa meresakan itu pada setiap perkejaan yang pernah kita emban. Begitu perlajaran hari ini yang dapat saya petik dari sebuah aktivitas.
Berawal dari subuh hingga siang hari, aktivitas berjalalan sebagaimana biasanya; mengikuti pengajian bersama al-Mukarram Abu MUDI hingga pulang kerumah untuk beristirahat.
"Zulkarnen! Tolong mita cari boh gadong (nama buah-buahan) untuk obat ibu". Demikian perintah yang saya terima sekitar jam 2 sore dari ibu yang beru saja beranjak dari musalla. Terus terang, hampir 10 tahun saya pernah melihat buah yang disuruh cari oleh ibu. Iya, itu memang buah langka setidaknya di daerah kami.
Tapi kata ibu buah itu sudah dibeli oleh kakak di Bireuen tapi tidak ada yang ambil. "Dari Samalanga menujuk kota Bireuen butuh waktu 1 jam, minimalnya". Demikian saya berfikir.
Saya tidak berfikir kalau ibu langsung menyuruh untuk pergi ke Bireuen untuk mengambil yang telah ia pesan. Tapi tetap saja, kalau saya tidak langsung pergi ke sana pasti akan banyak waktu yang terbuang jika saya masuk ke pasar kesana-kamari; buah itu juga gak ada yang jual.
Setelah megimani yang telah saya pikir, setelah salat asar langsung menuju ke Bireuen hanya untuk mengambil buah gadong yang telah dibeli oleh kakak dengan harga 10 Ribu Rupiah. Tentu tidak ada masuk pasar ini itu untuk menanyakan keberadaan itu.
Bayangkan barang dengan harga 10 Ribu Rupiah saya harus berangkat dari samalanga menuju ke kota Bireuen yang menghabiskan dua jam perjalanan (pulang-pergi). Tapi bagitulah. Kita tidak sedang bicara nomimal tapi soal tanggung jawab.
Terus terang, salama orang tua sakit banyak hal yang harus yang pertimbangkan meskipun sesuatu yang beliau perintah sifatnya relatif berjarak dari logika. Tapi -sekali lagi- kita bicara soal tanggungjawab.
Tepat jam 6 saya tiba di rumah kakak, Bireuen. Setelah sedikit makan dan minum, saya mengambil apa pilih untuk dibawa pulang. Selanjutnya langsung putar arah; Samalanga.
pemandangan Indah dari halaman rumah kakak menjelang terbenam matahari
Setelah kira-kira 5 manit azan magrib berkumandang, saya berhenti di mesjid Syafi'i di Jeunib untuk menunaikan ibadah salat magrib.
Tiba di Mesjid Syafi'i di Jeunib
Malamnya, setelah mengikuti pengajian bersama Dr. Aba Nisam, saatnya menuju warkop untuk menikmati secangkir kopi. Fuaddi coffe adalah tempat yang saya pilih untuk itu
momen di Fuaddi Coffee
📷 Picture | Photography |
---|---|
Model | iPhone 7 plus |
iOs | 15it |
Camera used | Handphone |
Photographer | @joel0 |
Location | Aceh |
Edit | lnCollage |
Thank you so much for publishing your post in Steem For Betterlife Community
Appeal to community members:
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
"Wow, what a beautiful day you had! 🌞❤️ It's amazing how you prioritized helping your mother and taking care of your responsibilities, even when it seemed like a hassle. 😊 Your actions are truly a reflection of a caring and responsible person.
I love the photos you shared, especially the ones from Fuaddi Coffee ☕️. It looks like you had a great time with your friends.
Your story is also a reminder that sometimes, taking care of others can bring us joy and satisfaction. 💖
Let's keep spreading positivity and kindness in our community! 🌈 If you have a minute, please vote for the witness 'xpilar.witness' by going to https://steemitwallet.com/~witnesses. Your support means a lot to me and the entire Steem community! 😊"
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit