Pada mulanya tempatku di dalam tanah lalu aku menyeruak melawan himpitan dan celah bebatuan menuju permukaan. Lalu melaju menuju daratan bumi yang lebih rendah dalam sebuah jalur yang kuciptakan sendiri, engkau mengenal dan menyebutnya sungai dan danau. Mengalir menuju tempat yang lebih rendah, melewati bebatuan besar serta melicinkan setiap bebatuan yang aku lalui dan semakin cepak aku menganlir maka aku akan semakin jernih. Jalanku kemudian berakhir untuk bersemanyam dalam kekuatan hamparan lautan yang luas dan dalam.
Ketika suhu bumi berubah menjadi panas karena pantulan cahaya matahari aku menguap mengubah diri menjadi butiran dan uap. Naik ke atmosfer kemudian kembali mengubah bentuk menjadi awan dengan cara mengumpal. Kemudian aku menjadi pengembunan pada proses ini aku kembali mengubah diriku menjadi partikel yang sanggat kecil. Pada ruang ini aku akan mengikuti keadaan yang ada di sekelilingku, sebab suhu menjadi semakin dingin jika awan berada pada ketinggian yang lebih tinggi, sehingga uapku menjadi semakin dingin dan pada saat itu aku akan merubah bentuk menjadi bongkahan es.
Namun, pada saat tertentu aku yang telah menjadi bongkahan es mengubah diri kembali menjadi butiran-butiran air kemudian melompat bebas terjun menuju permukaan bumi, karena sang awan tidak lagi memiliki kemampuan untuk menampungku bersamanya. Pada saat aku terjun bebas sang angin akan membawaku kemana ia suka dan aku tidak menolaknya, sebab ada saatnya engkau perlu mengikuti dan mendengarkan suara angin untuk membawamu ke arah yang ia suka.
Biar kujelaskan kepadamu kadar dingin udara di langit sanggat tergantung pada ketinggannya, jika sang awan berada pada ketinggian yang amat jauh, maka aku akan terjun ke bumi dalam bentuk butiran es atau salju. Namun, jika sang awan tidak berada dalam ketinggian maka aku akan turun sebagai gerimis. Engkau juga perlu menyadarinya saat diriku memadu cinta berdua dengan awan di langit, kadang debu, garam, asap dan polutan mengganggu kami sehingga membuatku menjadi asam.
Aku menyukai kehidupan saat bersama awan di langit yang tinggi. Bersemanyam di angkasa luas bersama cahaya bintang yang lebih dekat, hangat matahari lebih gila dan sinar purnama rembulan lebih manja. Aku begitu tersentuh pada saat berada di sana, dimana sebelumnya aku berada di dalam tanah yang paling rendah kemudian aku kini berada di langit tinggi yang tidak pernah bisa dicapai oleh mahluk lain yang menjelata di atas hamparan bumi.
Tetapi, aku selalu sadar akan keterbatasan sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Dia tidak memberiku waktu yang banyak untuk berada di langit tinggi-Nya yang tidak bertiang. Aku harus kembali lagi terjun ke bumi menuju tempatku semula yaitu di dalam tanah dan inilah takdirku, aku menerimanya dengan iklas seperti yang digariskan Tuhanku kepadaku, sebab aku tahu tidak ada dari kita yang dapat lari dari bingkai cerita roda jalannya kehidupan.
Saat aku akan pergi meninggalkan sang awan di langit tinggi yang menjulang, menuju bumi dengan segala isinya. Sang awan berpesan kepadaku "Engkau mesti menyadari saat engkau mendarat di bumi banyak mahluk akan membenci kehadiranmu" sang awan menggigatkanku. "Mereka akan mengutukmu kedatanganmu karena menurut mereka engkau datang bersama masalah, engkau membuat mereka kebasahan baik tubuh maupun pakaian. Engkau membawa mereka dalam kebanjiran, membuat mati tanaman mereka bahkan engkau mengubah rencana mereka dalam mengisi hari, engkau menundanya." lanjut sang awan. "Mereka tidak mengetahui arti pentingnya kehadiranmu, sebab tidak semua mahluk dapat menangkap arti sebuah kehadiran", sang awan menutup pesan.
Aku meninggalkan sang awan bersama pesan yang dia titipkan. Dalam perjalan turun menuju bumi aku mencoba menyikap makna di balik tirai dari pesan sang awan. Karena aku datang untuk memenuhi panggilan hamba dimana suaranya dalam untaian doa mungkin tidak dapat engkau dengarkan. Aku mencoba meresapi dan merenungi makna dari sebuah kehadiran. Mungkin dengan ini engkau menjadi tersadar, ada saat tertentu kita membutuhkan sesuatu untuk hadir dalam kehidupan kita.
"Baiklah dari hatiku yang paling dalam izinkanku menyampaikan arti sebuah kehadiran, bukan untuk mengajari hanya untuk saling menggingatkan. Membasahi tanah yang kering adalah tugasku, kubiarkan tanah mengeluarkan aroma yang mampu merangsang indera penciumanmu kemudian di terjemahkan oleh dua area otak yang mengatur emosi dan memori, sehingga menyebabkan engkau akan menggingat semua kenangan positif di masa lalumu yang pernah engkau alami dalam hidupmu."
"Ketika aku datang banyak insan rindu pulang, rindu rumah tua di tengah desa, rindu suara ibu yang menghiba memintamu cepat memakai pakaian tebal, rindu suara ayah di sudut rumah di atas kursi tua menutup kepala dengan topi hitam. Rindu suara merdu sang kakak yang sedang belajar dan rindu suara tangis, tawa serta wajah adik kembar. Bahkan engkau rindu kamar kecil di sudut rumah tempat kita dilahirkan. Aku membawamu rindu pulang."
"Banyak diantaramu yang mengeluh saat diriku tiba, entah karena kehadiranku bertepatan dengan waktu pulang kerja atau engkau mengeluh karena cucian dan jemuranmu tidak kunjung kering. Tetapi, sadarilah suara rintikku dapat menutupi semua suara kebisingan lain yang ada, sehingga engkau dapat berfokus pada suara rintikanku saja dan itu membuatmu lebih santai."
"Aku datang disaat malammu terasa panjang karena mata tak kunjung terlelap, bayangan dan pikiran yang selalu mengembara dalam ingatan di tengah malam buta, namun dengan suara rintikku akan membawamu cepat terlelap, sehingga istirahat malammu akan lebih berkulitas. Seperti udara yang dikeluarkan oleh dedaunan yang telah kubuat segar, karena aku telah membersihkannya dari kotoran mungkin sebelumnya melekat."
Tidak ada yang dapat merubahku, aku akan selalu tetap pada pendirian dan ketetapanku, meskipun aku jatuh berkali-kali aku tidak akan pernah menyerah dan akan selalu hadir karena takdirku adalah membasahi bumi meskipun sedikit yang menyadari. Aku akan selalu menunggu sampai waktuku tiba untuk datang membasahi bumi, walaupun kadang aku harus menunggu dalam waktu yang panjang, mungkin inilah arti dari penantian.
Namun, ada satu hal yang membuatku selalu bangga dengan diriku sendiri, ketika aku menggingat satu hal itu aku bersyukur Tuhan menjadikan aku seperti sekarang. Aku sanggat bangga ketika para hamba memohon doa kepada Tuhan untuk mendatangkan diriku di tengah mereka. Bahkan mereka bukan sembarangan hamba, engkau mungkin ingat banyak cerita tentang para Rasul Tuhan, segala pujian dan kemulian selalu menyertai mereka. Dimana mereka sebagai hamba pilihan berdoa minta kedatanganku.
Dalam sebuah sabda Rusulullah, semoga kemuliaan dan segala pujian selalu menyertai Beliau, pernah berucap saat aku tiba adalah waktu yang paling tepat meminta doa, karena ketika aku hadir saat doa diijabahkan. Jadi, mungkin jika engkau merasa doamu belum dikabulkan, maka kusarankan kepadamu untuk menungu kedatanganku dan disaat itulah engkau bisa melantunkan setiap untaian doamu.
Mungkin engkau akan mengatakan aku ini terlalu berlebihan dalam memuji diri. Tapi aku tidak merasakan itu, karena aku pikir aku memang pantas melakukannya. Aku akan memberikanmu bukti lain untuk membuat kamu semua percaya padaku, aku ingin menunjukan kepadamu bahwa aku punya alasan yang kuat untuk berbangga diri. Caranya begini, biar kujelaskan nanti engkau tinggal mengikuti saja seperti yang ku jabarkan.
Nanti, jika kamu punya waktu senggang kamu buka kitab suci Al-Qur'an, kemudian kamu menuju surat An Nur ayat empat puluh tiga. Di sana engkau akan mendapati tulisan seperti ini "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan". Begitulah Tuhan menjelaskan tentang kejadianku dengan sanggat detail. Maafkan aku ya Allah jika aku salah dalam memahami dan menggartikan Firman suci-Mu, karena kelemahan dan keterbatasanku sebagai hamba.
Sebagai hujan sepantasnyalah aku berbangga diri, karena tidak banyak mahluk yang diceritakan dalam Al-Qur'an. Setidaknya tidak seperti Allah menggambarkan tentang diriku dalam Kitab Firman-Nya. Mungkin hanya dengan inilah aku dapat membuktikan kepadamu bahwa kehadiranku dalam perjalanan harimu adalah penting. Sehingga engkau menjadi tersadar dengan mengutuk kehadiranku merupakan kebodohan dan kesesatan yang nyata. Ku berharap kamu semua kembali ke jalan yang benar. Bukan di jalan yang sempit, gelap, kaku dan beku dalam kedunguan. Maaf aku agak sedikit kasar, karena aku bisa lebih keras dan brutal, jika aku ingin. Mungkin engkau masih ingat aku pernah membuat hampir semua daratan bumi dipenuhi oleh air dan mereka yang selamat hanya yang mau menaiki Bahterah Rasulullah Nuh Alaihi Salam, semoga segala kebaikan dan kebenaran selalu bersama Beliau. Ku harap engkau bisa belajar dari kisah itu.
"Dan kepada Tuhanmulah kamu semua akan dikembalikan"
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Wow. very beautiful environmental prose writing. Thank for your post on steem-environment.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sangat filosofi kawan, berat untuk dipahami.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahahaha. benar pak @saifuddin berat untuk dipahami
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nyan ban tulisan MOD globalsteem... Bukan kaleng -kaleng... Hahahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sudah kita jempol pak
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit