Halo sahabat stemian di manapun kalian berada!! Kembali lagi bersama saya @trielsi Pada postingan kali ini saya ingin mengikuti sebuah kontes dan diselenggarakan oleh @miftahulrizky yaitu adalah kontes what are you learning. Yang mana saya akan membagikan apa yang telah saya pelajari dari buku yang sudah saya baca kepada teman-teman semua khususnya pada komunitas guru dan siswa.
Nah jadi beberapa hari ini saya sedang membaca sebuah buku yang berjudul What so wrong about yourself healing? Buku tersebut adalah sebuah buku yang diterbitkan oleh Ardi Muhammad yang mana buku ini merupakan buku yang sangat diminati ataupun trending di sosial media, apalagi di kalangan anak muda khususnya di kalangan Gen z, maka dari itu karena banyak sekali yang menilai buku ini sangat related dengan kehidupan, akhirnya saya membelinya melalui online shop.
Mengapa demikian? Ketika kalian melihat judul buku tersebut kalian akan tahu gambaran dari buku ini, yaitu tentang segala kecemasan, kekhawatiran dan rasa takut yang mungkin dialami oleh semua orang. Seperti merasa keluarga yang gak pernah ngedukung atau enggak pernah paham tentang perasaan kita, merasa nggak ada lagi alasan untuk ngelanjutin hidup serta merasa hidup kita nggak berguna banget di dunia ini.
Oke sekarang mari kita bahas satu satu! Pernah nggak sih kalian ngerasa seperti..
- " kok orang-orang bisa optimis dan percaya diri ya?
- "Kok aku ngerasa i'm not worth it?"
- "Kok aku ngerasa terlalu gampang nyerah yaa??"
Nah di buku ini dijelaskan bahwasanya seseorang yang punya penilaian diri yang baik kemungkinan karena dia dibesarkan dengan pola asuh yang tepat, seperti orang tua yang mendengarnya menyayanginya secara utuh sehingga mereka punya rasa percaya diri yang besar akan masa depannya. Karena mereka percaya bahwa dunia ini akan memperlakukan mereka dengan baik.
Sedangkan saat seseorang yang mudah menutup diri banyak takutnya, nggak bisa mengekspresikan emosinya mungkin karena lebih dibesarkan dengan pola asuh yang gak konsisten, pendapatnya jarang didengar dan emosinya dianggap nggak penting.
Padahal seharusnya orang tua ini menjadi orang pertama yang memvalidasi emosi terdalam kita, mendengarkan kita, bukannya malah langsung menyalahkan sehingga kita menjadi manusia yang kacau mentalnya. Namun ini bukan tentang menyalahkan orang tua, ini tentang kita memperbaiki luka masa kecil Karena menyalahkan orang tua itu bukan solusi, tapi yang perlu kita tahu adalah, apakah menjadi orang tua yang seperti itu yang mereka mau?
Setelah membaca part tersebut saya langsung sadar, ternyata benar juga ya, orang tua dulunya juga seperti kita yang berangan-angan ingin punya keluarga yang sempurna yang akan menuruti segala keinginan anaknya. Namun setelah menjadi orang tua mereka juga tidak menyangka bahwa angan-angan mereka gak bisa terwujud karena sebuah kondisi dan realitanya tidak seperti yang mereka khayalkan. Bisa jadi mereka juga gak mau menjadi orang tua yang gagal, tapi keadaanlah yang memposisikan mereka kedalam hal tersebut.
Setelah kalian lihat gambar ini, pasti orang tua kalian pernah mengatakan hal tersebut, buku ini menjelaskan mungkin kita selalu ngerasa harus dituntut sempurna oleh orang tua, harus memenuhi ekspektasi mereka, harus menjadi kebanggaan orang tua.
Tapi kalian tahu gak sih guys? Kalo sebenernya orang tua juga manusia, juga baru pertama kali menjadi orang tua, makanya ketika hadir anak pertama, mereka ingin kita menjadi anak yang bisa membanggakan mereka namun mungkin pola asuh, atau cara mereka salah dalam membesarkan kita sehingga kita memiliki luka dimasa kecil. Kemudian ketika punya anak kedua, memberikan pola asuh yang berbeda seperti tidak terlalu menekankan, dan mengekang si anak, agar tidak merasa luka seperti anak pertama. Namun apa yang dirasakan anak pertama? Mereka merasa orang tua pilih kasih, dan tidak adil karena terlalu memanjakan anak kedua. Akhirnya? Orang tua salah lagi!.
Sama seperti kita yang juga pertama kali menjadi seorang anak, kita juga kesulitan harus memenuhi ekspektasi orang tua, begitu juga dengan orang tua yang kesulitan bagaimana cara mendidik kita agar kita menjadi orang yang hebat. Jadi apa solusinya?? Solusinya adalah komunikasi, saling mengerti dan saling memahami perasaan. Orang tua dan anak harus bisa saling memahami, harus saling mendukung. Karena sama-sama merasakan bagaimana rasanya menjadi manusia. ketika kita punya masalah kita bisa menceritakan ke orang tua, bukan malah menutup diri. Kita juga bisa melakukan deep talk dengan orang tua.
Nah, jadi itulah yang bisa saya ambil dari buku "what so wrong about yourself healing" buku ini benar-benar membuka pola pikir saya, yang mana saya gak cuma merasa melihat dari sudut pandang seorang anak, tetapi saya juga bisa melihat dari sudut pandang orang tua. Sehingga membuat saya memikirkan kita nanti saya punya keluarga dan anak, saya akan berhati-hati dalam mendidik anak saya. Saya akan belajar parenting agar saya tidak membuat anak saya kelak memiliki luka masa kecil seperti yang sering terjadi pada setiap orang.
Oke teman-teman mungkin hanya sampai disini postingan saya @trielsi hari ini, semoga bermanfaat. Sekian terimakasih!
#steemexclusive
@ myteacher
yes
no
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih kasih kembali pak😊
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih banyakkk
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit