Teuku Muhammad Hasan lahir di Sigli, Aceh pada empat April 1906, ia merupakan Gubernur Sumatera yang pertama dengan masa jabatan dari tahun 1945 hingga 1948. Ia juga pernah menduduki menteri pendidikan dan kebudayaan dalam kabinet darurat Republik Indonesia. Ketika terjadinya agresi militer Indonesia kedua pada tahun 1948 hingga 1949.
Saat video ini dibuat, kami masih kekurangan 250 subscribe lagi untuk mencapai seribu subscriber pertama. pastikan anda telah ambil bagian di dalamnya dengan menekan tombol subscribe yang ada di bawah sebelum lanjut menonton.
Teuku Muhammad Hasan merupakan anak dari Teuku Bintara pineung Ibrahim yang merupakan seorang Uleebalang atau bangsawan yang mengusai satu wilayah tertentu di Aceh.
Sedangkan ibunya bernama Tjut Manyak. Pada mulanya ia diberi nama teuku Sarong, namun karena sering sakit-sakitan, namanya diganti menjadi Teuku Muhammad Hasan.
Karir pendidikan dan kiprah politik
Saat kecil, ia bersekolah di Volksschool atau sekolah Rakyat di Lampoeh saka pada tahun 1914 hingga 1918. Tamat dari sekolah Rakyat, ia melanjutkan pendidikan ke ELS (Europeesche Lagere School) yang setara sekolah menengah dan menggunakan bahasa Belanda. Setamat dari sana, ia lalu masuk ke Koningen Wilhelmina Shool di Batavia. Setelahnya ia masuk ke setolah tinggi hukum (Rechtschoogeschool).
Pada tahun 1931 saat berusia 25 tahun, ia pergi ke Belanda dan bersekolah di Universitas Leiden dengan tetap mengambil jurusan hukum. Sejak muda, ia memang tertarik untuk mempelajari hukum, menurutnya ilmu tentang hukum akan sangat berguna dalam upaya mewujudkan kemerdekaan dibandingkan studi lain semacam sastra.
Dalam masa menuntu ilmu di Belanda, Ia aktif dalam Perhimpunan Indonesia, sebuah wadah organisasi pelajar Indonesia di belanda yang digawangi oleh beberapa tokoh pergerakan seperti Muhammad Hatta, Ali Sastromidjojo, Nasir Datuk pamuntjak, dan tokoh-tokoh yang lain.
Muhammad Hasan dapat merampungkan pendidikannya di belanda kurang dari tiga tahun dengan maraih gelar meester de rechten atau magister hukum, pada tahun 1933, ia segera kembali ke Aceh dengan menumpang kapal laut. Saat merapat di pelabuhan Uleelheu, ia sempat mendapatkan masalah, buku-buku yang ia bawa disita karena dinilai berbahaya bagi pemerintah Hindia Belanda.
Selama di Kutaradja, Teuku Hasan aktif berjuang dalam bidang agama dan pendidikan. Ia bergabung dalam organisasi muhammadiyah Aceh, mempelopori berdirinya delapan cabang muhammadiyah di wilayah Aceh, membentuk organisasi Aisyiyah atau sayap untuk perempuan dan Hizbul Wathan untuk anak-anak muda. Ia juga terlibat dalam pendirian beberapa sekolah muhammadiyah di Aceh.
Dalam dunia pendidikan, ia mempelopori berdirinya Atjehsche studiefonds atau dana pelajar Aceh. Organisasi ini bertujuan membantu anak-anak Aceh yang cerdas namun tidak mampu bersekolah. Selain itu, ia juga menjadi komisaris sebuah organisasi pendidikan bernama Perkumpulan Usaha Sama Akan Kemajuan Anak (PUSAKA), yang bertujuan mendirikan sekolah-sekolah dasar di Aceh.
Teuku Muhammad hasan juga merupakan ketua dari perguruan taman Siswa cabang Aceh, sebuah gerakan pendidikan yang diprakarsai oleh Ki Hadjar dewantara. Dan yang menjadi sekretaris saat itu adalah Teuku Nyak Arif.
Atas pengalamannya di bidang pendidikan, beliau juga pernah bekerja sebagai pegawai di departemen pendidikan Hindia belanda. Pada saat kekuasaan jepang di tanah Air. Teuku Muhammad Hasan berada di Medan dan bekerja pada semacam departemen pengawasan Koperasi.
Kemerdekaan Indonesia
Menjelang kemerdekaan Indonesia, peran teuku Muhammad Hasan semakin meluas. Tidak hanya di Aceh, ia juga masuk dalam pentas nasional. Beliau dipilih menjadi salah satu anggota PPKI atau panitia persiapan kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Soekarno, dan ikut terlibat dalam persoalan yang dihadapi di awal kemerdekaan serta perumusan uud 1945.
Pada tanggal 22 agustus 1945, lima hari setekah proklamasi kemerdekaan, beliau ditunjuk menjadi Gubernur Sumater. Saat itu, Sumatera memang belum terbagi menjadi beberapa provinsi atau wilayah. Sehingga beliau dipercaya sebagai pemimpin administrasi di pukau terbesar keenam di dunia ini hingga tahun 1948.
Pemerintahan darurat republic Indonesia
Pada akhir tahun 1948. Republik ini berada dalam situasi genting. Belanda yang mengkhianati perjanjian Renvile melancarkan agresi militer yang kedua. Serangan ini berhasil menguasai kota Jogjakarta yang merupakan sentral pemerintahan republic. Beberapa tokoh penting dalam pemerintahan yaitu Aoekarno, Hatta dan Syahrir berhasil ditangkap oleh Belanda,
Menghadapi kekosongan kekuasaan ini, untuk menunjukkan bahwa republic Indonesia masih berdiri, beberapa tokoh dari Sumatera yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara membentuk PDRI atau pemerintahan darurat republic Indonesia. Yang berpusat di Bukit tinggi. Dalam kabinet darurat ini. teuku Muhammad Hasan menjabat sebagai wakil ketua, merangkap sebagai menteri dalam negeri, menteri pendidikan, kebudayaan dan menteri Agama.
Nasionalisasi perusahaan minyak
Ketika menjabat sebagai ketua komisi perdagangan dan industry DPRS tahun 1951, teuku Muhammad Hasan mengadakann sebuah penelitian yang berujung pada kesimpulan, bahwa Indonesia tidak memperoleh bagian yang wajar dari perusahaan minyak asing. Hasil penelitian ini diajukan dalam mosi parlemen yang juga didukung oleh kabinet sehingga diterima secara aklamasi. Mosi ini secara garis besar mendorong terbentuknya komisi Negara tentang minyak dan tambang.
Mosi ini juga mendorong pemerintah untuk meninjau kembali undang-undang perminyakan peninggalan Hindia Belanda yang diniai tidak lagi sesuai dengan asas pokok pemikiran Bangsa. Efek dari mosi ini adalah dibentuknya Panitia Negara Urusan Pertambangan (PNUP), pada Maret 1956, dan Mr. T.M. Hasan ditunjuk sebagai ketua, badan ini berhasil menasionalisasi beberapa perusahan minyak asing menjadi Permina (1957) dan Pertamin (1961). Kedua perusahaan ini pada tahun 1968 digabung menjadi Pertamina.
Selama masa pemerintahan orde baru, TM Hasan terkesan menjauh dari hingar bingar politik. Beliau kembali ke Aceh dan fokus kembali dalam dunia pendidikan, dengan merintis pendirian universitas serambi mekkah pad atahun 1984.
Teuku Muhammad Hasan dianugerahi usia yang panjang, seteah melewati masa colonial belanda dan Jepang, era kemerdekaan, Orde lama dan Orde baru, beliau tutup usia pada 21 September 1997. Melalui SK presiden Nomor 085/TK/Tahun 2006 tertanggal 3 November 2006. TM. Hasan dinobatkan sebagai pahlawan Nasional.
Salam Hormat
By Thanks @rezamusic22 and @ahyar92 and moderators @dimasputra and @imamalkimas