Di sebuah desa kecil di pesisir pantai Sumatera, hiduplah seorang anak bernama Malin Kundang bersama ibunya. Mereka hidup miskin, tetapi sang ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Setiap hari, ibunya bekerja keras untuk menghidupi Malin, berharap suatu hari anaknya bisa menjadi orang yang sukses dan mengangkat derajat keluarga mereka.
Malin Kundang tumbuh menjadi anak yang cerdas dan rajin. Namun, kehidupan di desa yang penuh kesulitan membuatnya merasa tak puas. Malin sering kali memandang ke laut lepas, berharap suatu hari bisa pergi jauh dari desa dan meraih kehidupan yang lebih baik. “Ibu, suatu hari aku akan pergi merantau dan kembali sebagai orang kaya,” katanya kepada ibunya.
Suatu ketika, kesempatan itu datang. Sebuah kapal besar berlabuh di pantai desa mereka, dan Malin merasa inilah saatnya. Ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau. Dengan berat hati, sang ibu mengizinkan, tetapi ia berpesan, “Malin, jangan lupakan ibumu. Tetaplah rendah hati dan ingat asal usulmu.”
Malin pergi berlayar, meninggalkan desanya dan ibunya. Di perjalanan, ia bekerja keras, dan nasib baik berpihak padanya. Ia akhirnya menjadi seorang pedagang sukses, memiliki harta melimpah, dan menikahi seorang perempuan cantik dari keluarga kaya. Namun, dalam kebahagiaannya, Malin mulai melupakan janji-janji kepada ibunya.