ia masih berdiri sunyi, dalam sekarat dan penuh gigil, berusaha menahan diri agar tak runtuh oleh waktu.
Kemarin, ketika kami mengunjunginya, telah kami dengarkan, lewat dindingnya yang berbicara dalam bisik yang amat kecil dan sopan, mengisahkan leluhur yang pernah membangun peradaban dengan cinta, seni, dan iman.
Bahkan, ketika kami hendak pergi dengan hati yang penuh jerit, ia masih berusaha memanggil-manggil dengan penuh belas kasih, untuk memberinya sedikit harap, agar tidak dihukum mati oleh anak cucunya yang telah dibutakan mata dan hatinya. Pidie, kami akan kembali.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit