Sebuah Surat yang Tercecer dan Masih Layak Baca

in hive-193562 •  4 years ago 

IMG_20210226_145505.jpg
Seekor kucing yang tidak bisa membaca surat

Aku cukup sering menemukan dokumen berharga yang tidak lagi dihargai. Dokumen itu kadang-kadang aku temukan di tumpukan sampah, di lemari lusuh yang tidak terurus atau di (dan ini tidak biasa) toilet masjid. Ada dokumen yang langsung kusimpan karena masuk kategori berharga, dan ada yang terpaksa kubakar agar orang lain tidak pernah menemukannya.

Di luar lokasi yang kusebutkan di atas, ada satu lagi tempat aku kerap menemukan dokumen berharga (kadang-kadang rahasia). Aku sebut berharga karena dokumen itu bisa berupa fotocopy ijazah seorang bupati, surat pengantar permohonan dana pada Gubernur, atau (dan ini benar-benar rahasia) lembar soal ujian nasional. Aku yakin kalian bisa menebak dengan tepat lokasi tempat dokumen tersebut kerap ditemukan. Di mana lagi kalau bukan di tempat jualan martabak telur.

Dan, dokumen yang aku temukan ini masuk kategori berharga dan rahasia: sebuah surat. Pun begitu, oleh penulis surat, dokumen itu memang ditulis untuk ditemukan oleh seseorang dan kemudian dapat dibaca ramai-ramai. Setidaknya itu yang kubaca sekilas di bagian pengantar surat. Agar kalian tidak penasaran, aku akan menuliskannya dengan lengkap, untuk menunjukkan itikat baik bahwa aku sudah menyampaikan pesan dari sang penulis surat. Begini isinya:

Aku sengaja menulis kisah ini meski aku tak pernah sempat membacanya lagi. Ya, aku tidak membacanya baik saat kisah ini mulai kutulis atau entah kapan. Alasannya, aku sama sekali tak suka membacanya. Aku hanya berharap kalian atau siapa saja mau membacanya.

Kisah ini kutulis bukan tentang aku atau tentang mereka, tapi tentang kita. Karena itu kisah ini menjadi layak untuk dibaca.

Aku sudah membayangkan masa-masa suram itu akan menimpaku. Orang-orang yang dekat denganku suatu saat pasti akan mengkhianatiku. Aku mengetahui semua ini, karena secara tidak sengaja hadir dalam mimpi.

Kini aku sengaja menulis mimpi ini agar orang-orang tidak bertanya apa yang terjadi padaku, dan kuharap mereka tidak terkejut. Kalian boleh percaya, boleh tidak. Dalam mimpi, aku diperlihatkan bahwa kematianku kelak akan dipolitisir agar orang-orang menganggap aku menyerah setelah perjuangan yang kukobarkan tidak berkesudahan.

Aroma pengkhianatan sudah mulai kurasakan saat aku tinggal di pengasingan, negeri yang jauh dari tempat di mana aku dilahirkan. Mereka (orang yang sebelumnya setia kepadaku) mulai mengontrol makanan yang harus kumakan, siaran TV yang boleh kutonton dan koran apa yang bisa kubaca.

Oh ya, aku juga tidak diizinkan membaca berita yang tersebar di internet. Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan pihak luar. Semua omonganku semua berdasarkan ucapan mereka.

Padahal dulu saat aku membawa mereka ke sini (pengasingan), mereka sangat taat padaku. Kuajarkan mereka agar patuh padaku. Kini terbalik, aku diperintahkan patuh sama mereka. Saat ajal mau menjemputku, nasibku semakin tak menentu. Aku diperlakukan seperti budak penurut.

Semua itu kulihat dalam mimpi. Ini memang aneh. Kehidupanku menjadi tak wajar. Memang, aku adalah pemimpin. Darah biru mengalir dalam tubuhku, sesuatu yang tak mereka punya. Jadi, aku tahu, kalau mereka membunuhku pelan-pelan.

Surat ini aku temukan secara tidak sengaja, sewaktu aku membeli martabak telur di pasar Kembang Tanjong. Sekadar diketahui, penjual martabak adalah orang yang paling banyak mengoleksi dokumen penting, seperti sudah aku singgung di atas. Bungkusan martabak yang aku beli rupanya berisi sebuah surat. Surat yang tidak utuh: hanya selembar saja. Aku tidak tahu siapa lagi pembeli martabak yang kebagian sambungan surat.

Meski hanya selembar, saat pertama kali membaca surat itu, aku gemetaran. Ya, tanganku gemetar seperti orang yang baru saja mengamalkan ajian pukulan tangan. Yang bisa kulakukan saat itu adalah meremas kertas ini menjadi sebentuk bola, dan dengan mata yang awas, aku memasukkan ke dalam kantong celana. Setidaknya, begitulah caraku menjaga surat berharga.

Aku berharap orang menemukan sambungan surat itu juga melakukan hal yang sama seperti yang sudah aku lakukan. Sangat penting memastikan surat tersebut berada di tangan yang tepat. Dan, masih layak baca. []

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Syukurnya pas Ihan rajin menulis sudah ada internet, nggak takut tercecer dan dijadikan bungkusan kacang atau martabak, parahnya kedapatan lagi sama acehpungo hahhahaa.

Beruntung dirimu hidup saat dunia sudah begitu canggih. Beda sama kami yang harus menulis surat di kertas wangi haha..

Generasi wangi wkwkwkwkwk

Pernah juga jadi generasi beli kertas hvs eceran haha

Kamulai lom. Tapi jino bak market mirah mandum 😆

Nyan keuh...rupajih lon tilat sadar. wate gop ka dijok hasil, baro lon mulai...that na teuh

Idroekuh hawa beu tubiet angka dua boh digit dikeu koma lagee droeneuh ka keuh jeut keu lumpo mantong sang. 😃

Lon teukejot chip divote udip nan... Kupike han diengkol le... Ka semangat lom

Nyan odo divote. Teubeupo gon, wablah paih.

Sep gawat divote, rap gadoh gon2

Han dipeulikot nyoe keu penulis buku bangsa Atjeh. 😎😎

sang kebetulan mantong nyan, ka han ek dikalon le sabe2 lewat postingan nyoe...makajih diyue vote. Ata bg Pan kiban cara ta peulaku???

Belio sbd ata ka lam paruek. Steemian ka dithee le kurator dari jameun keureu'eun.

Nyan meu bacut hana ragu teuh....cuma kadang2 sering geu posting artikel galau, yo tanyoe2...

Neupeugah bak belio bek sedih kurator watee dibaca postingan. Can divote 1000%.

Suai nyan leubeh muphom bg Pan dibanding tanyoe...sang payah lon peungon peh batei sigo bak bivak bah paih pikiran geuh...