Beberapa Tawa Kemudian

in hive-193562 •  4 years ago  (edited)

download (1)2.jpg Beberapa tawa kemudian, kau mengakhiri pembicaraan kita yang cukup hangat. Sehabis meneguk segelas air. Lebih tepatnya setelah kau melihat gawaimu. Kau diam setelah kita tertawa lepas, menertawakan orang-orang yang kita curangi.

Aku belum tau saat itu, jika kau tiba-tiba berhenti tertawa karena kau melihat bayangan malaikat maut melintas di depan meja pesta kita. Lebih tepatnya lagi, kau melihat malaikat maut di gawaimu, berdering memanggilmu.

Setelah tawa terakhir itu, aku seakan melihat dirimu terkoyak-koyak. Apakah kau takut ditertawakan orang lain nanti?, Kataku. Namun, kau masih saja diam seperti es di kursi itu.

Kita tak pernah lagi bertemu setelah itu. Kau menghilang kawan. Betapa aku merindukan tawa-tawa itu.
Saat ambulan datang menjemputmu, kau masih saja diam di kursi itu. Petugas ambulan mengangkatmu, kau hanya diam, matamu kosong dan aku tidak tau apa yang dipikiranmu saat itu. Mengapa seperti ini kawan? Bukankah kita baru tertawa tadi?


Diriku masih penasaran apa yang membuatmu terdiam saat kita tertawa waktu itu. Hal itulah yang mendorong diriku untuk mengunjungimu siang ini. Tepat setelah kau dibawa berobat oleh keluargamu ke Kuala Lumpur kita tak pernah lagi bersua kawan. Itu sudah lama sekali, lima tahun yang lalu. Kuharap kau sudah pulih.

Ada banyak cerita yang harus kau dengarkan. Kau harus lihat diriku, sudah sepertimu sekarang. Mobil yang aku naiki sekarang cukup mewah kawan. Cita-citaku dari dulu.

Aku sudah di depan rumahmu. Supirku membuka pintu mobil. Dan aku menuju ke beranda rumahmu. Ada apa dengan rumah mewahmu? Biasanya ramai anak buahmu di depan itu. Tapi kali ini sepi. Ada apa kawan?

Sudah sepuluh kali kuucapkan salam dan tak ada jawaban disana. Aku duduk di kursi beranda mewah itu. Supirku menungguku di mobil. Dua menit kemudian, seorang wanita tua membuka pintu, itu Mak Yek, pembantumu. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya. Dia tersenyum padaku. Begitu juga aku sebaliknya.

Aku mengabari Mak Yek bahwa aku ingin bertemu denganmu. Tapi Mak Yek, harus menjumpaimu dulu, untuk mengizinkan aku masuk. Ada apa kawan?. Biasanya aku langsung masuk saja.

Akhirnya, aku kembali masuk ke rumah mewahmu ini. Mak Yek memberi kode, bahwa kau ada di taman belakang. Kulihat dirimu duduk di sana. Wajahku tersenyum ketika kulihat dirimu sedang membaca. Tapi aku terkejut setelah kulihat bahwa itu Al-Qur'an. Apakah kau sudah berubah? Apakah kita tak bisa tertawa seperti dulu?. Sungguh aku ingin menertawakan orang-orang yang sudah kubodohi bersamamu.

Sungguh, apa yang terjadi kawan?, tanyaku. Tapi kau hanya diam, membisu. Dan kau tak menoleh sekalipun padaku. Aku menyentuh pundaknya sembari berkata; apa kabar kawan?. Lihat aku ini, sudah sepertimu. Mobilku mewah bukan main. Rumahku, sungguh mewah darimu. Kau masih saja membaca ayat-ayat. Aku mengeluh dan tersinggung. Lalu berkata: inikah persahabatan kita?, Tidakkah kau ingat kita pernah membohongi banyak orang. Kawan, kau menceritakan semua tentangmu padaku, kataku dengan nada sedikit sinis.

Kau beranjak dan lalu menamparku. Aku terdiam. Kau melotot tajam kepadaku. Ketika Aku ingin membalas. Kau malah angkat bicara; kau ingin tau mengapa aku sekarang begini? Katamu.

Kau beranjak kedalam kamar. Lalu keluar sembari membawa ponselmu. Dan kau perlihatkan padaku sepucuk pesan:
Berhentilah membohongi dan mengambil uang banyak orang. Jika kau terus membohongi orang-orang, aku akan memasukanmu ke penjara. Tidakkah kau malu pada anakmu yang setiap hari berdoa untuk keselamatanmu. Mungkin dia takkan menganggapmu ayahnya jika kau terus begini.

Aku terdiam sekaligus heran. Tidak mungkin hanya hal itu yang membuat seperti ini. Hatimu terlalu keras untuk itu kawan. Aku pulang dan mengucapkanmu sesuatu; semoga kau masuk surga.

Dua minggu setelah itu, aku dikirim juga sepucuk pesan. Bunyinya seperti ini; penjara menunggumu.Selamat menikmati. Pesan itulah yang membuatku berada di penjara saat ini. Tepat setelah aku membaca pesan itu, polisi datang menjemputku.

Tapi hatiku masih terlalu keras untuk kembali pada-Nya. Berkunjunglah ke penjara. Rubahlah aku, karena kau yang membuat hatiku keras seperti ini, namun kau malah berubah menjadi lembut.
Semoga suratku segera kau baca!

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!