Logika dan Retorika : Melegitimasi Diri dengan Hal Di Luar Dirinya

in hive-193562 •  4 years ago 

chess-2730034_1920.jpg

pembatas postingan.png

Saya jadi mulai berpikir tentang tingkah laku orang-orang di sekitar atau orang-orang yang saya jumpai. Dalam perbincangan singkat maupun panjang, mereka sering sekali melegitimasi diri tanpa kita minta atau bertanya (dua kata ini dapat di representasi oleh ask dalam bahasa Inggris). Misalnya; Dalam perbincangan soal subtansi ilmu dan teks suatu ilmu pengetahuan, apa gunanya memberikan pernyataan tentang lamanya ia belajar, atau ia lebih dulu belajar daripada lawan bicaranya. Realita itu tidak akan membantunya membuktikan bahwa ia paham tentang subtansi suatu ilmu pengetahuan. Hanya dengan dia bisa membangun argumen yang ketat dan benar, ia akan terlegitimasi dengan sendirinya dengan pengetahuannya tersebut.

Kejadian ini bisa kita jumpai dimana-mana. Orang-orang perlu sesuatu untuk melegitimasi dirinya, dari hal yang di luar dirinya. Seperti lama belajarnya, tempat belajarnya, siapa kawannya, seberapa banyak kawannya yang pintar, orang tuanya, sukunya, bangsanya, bahkan pengalamannya. Kita bisa menilai hal tersebut dengan mudah bahwa ia tidak punya sesuatu di dalamnya yang bisa dikeluarkan saat mengobrol, walaupun obrolan ringan. Mereka mencoba mendominasi perbincangan dengan hal-hal yang tidak penting tersebut.

Mereka akan berhasil jika lawan bicaranya juga memiliki hal yang sama, artinya tertarik untuk melegitimasi diri dengan hal-hal di luar dirinya. Mereka akan kagum dengan hal itu. Pembicaraan pun akan berlangsung pada kisaran hal-hal "kemegahan" tersebut. Dengan demikian mediskusikan subtansi sebuah hal yang tidak pernahh terjadi. Bayangkan saja, apa kesimpulan dari diskusi yang penuh puja-puji? dua atau lebih orang yang berdiskusi sama-sama setuju pada hal itu dan sebenarnya diskusi tidak pernah terjadi.

Bagaimna kemudian kita memimpikan sebuah kemajuan? Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ketika kita tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan kita dengan menghadirkan jawaban-jawaban sementara sebelum itu dibantah oleh lawan bicara? Hal yang baru dalam ilmu pengetahuan hanya akan muncul jika kita berani mengajukan jawaban, atau sebelumnya mempertanyakan suatu hal, kemudian mencari orang untuk menyerang argumen kita sebagai bentuk dari uji kelayakan atas apa yang kita argumentasikan.

Hal-hal yang saya ceritakan pada paragraf pertama tadi terjadi bukan pada orang awam, tapi pada penuntut ilmu yang seharusnya sudah selesai untuk masalah-masalah melegitimasi diri pada hal-hal di luar dirinya. Mereka harus memikirkan subtansi setiap permasalahan yang mereka hadapi dan coba untuk menemukan jawabannya dengan berdialektika. Anggapan mendapat ilmu pengetahuan itu harus dengan ilham harus sudah dicoret dari catatan cara berpikir kita.

story - Copy.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

kalau seorang penuntut ilmu masih seperti itu, berarti menuntutnya masih kurang jauh tuh. :-D

Dekat juga tidak apa, mungkin mereka menuntutnya kurang lama