Cara Bagaimana Kita Semua Menjadi Mata-Mata

in hive-193562 •  4 years ago 

IMG_20210317_235721.png

BANYAK BETUL MATA-MATA. Keniscayaan makhluk sosial adalah saling mata mematai. Terutama dalam tatanan kehidupan sosial yang sakit, keniscayaan ini kerap berujung pada segala macam peristiwa yang bersifat gunjingan, gosip, ghibah, atau bahkan fitnah.

Semakin besar ketokohan seseorang akan semakin banyak pula mata yang menguntitnya. Petingkahnya selalu dalam pengawasan--istilah paling bajik yang dipakai dalam dunia perketenan (baca: intip mengintip). Mulai dari gaya rambutnya, mengupil tidaknya ia, bentuk gigi, merk celana dalam, parfum, foto profil di media sosial berikut konten apa yang diberi tombol like olehnya di sana, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya, tak pernah luput dari pengintaian orang-orang.

Bagi tokoh yang ketokohannya sangat-sangat amatir, hidup dalam intaian banyak orang kerap memicu timbulnya watak aslinya ke permukaan. Respon cepat tanggap terhadap segala komentar-komentar yang lahir dari kerja-kerja perketenan banyak orang itu, alih-alih bisa menyejukkan suasana, malah kian mengundang lebih banyak mata datang memelototi kekonyolannya. Perihal kenapa ketika si tokoh amatir ini insaf, ia merasa sangat butuh mulut orang lain sebagai juru bicara atau biasa kena singkat dengan kata jubir.

Sampai pada ketika jubir unjuk gigi di tengah publik membela majikannya yang tak lain tidak bukan adalah si tokoh amatiran tadi, dunia perketenan kehadiran makhluk baru. Ya, itu dia. Si jubir maksudnya.

Bisa dikatakan makhluk terakhir disebut tadi rada-rada langka. Dari ratusan jiwa manusia, hanya belasan saja yang memenuhi spesifikasinya. Sisanya yang berpuluh-puluh itu tetap di tempat semula. Hanya jadi penonton, penggerutu sekaligus mata-mata.

sketch1616347890875.png

Bagaimana pun, menggerutu sembari memata-matai atau sebaliknya ada asyiknya juga. Jika ini bisa dibilang pekerjaan, sungguh, inilah pekerjaan yang tak perlu skill khusus layaknya yang dibutuhkan tukang kayu atau tukang sedot tinja. Kau hanya perlu memastikan punya penglihatan, pendengaran, dan bisa bicara dengan sempurna, selebihnya adalah sedikit etos kerja atau militansi.

Lantas bagaimana dengan yang namanya intelijen yang memang dilatih kecakapan khusus menjadi mata-mata? Yang satu ini lain urusan. Tak usah dibicarakan jika tak ingin kena lapor dan dianggap pengganggu stabilitas negara.

Kembali ke awal. Keniscayaan makhluk sosial adalah saling mata mematai. Maka banyak betul mata-mata di atas muka bumi. Tapi di antara semuanya yang paling sial adalah mata-mata yang tak bisa jaga mulut dan latah. Dan mata-mata semodel ini paling banyak jumlahnya, bertebaran di seantero kota-kampung, seluruh dunia. Kalau tidak, bisa dipastikan umat manusia tak punya kosa kata; gunjing, gosip, ghibah plus fitnah, kini ditambah hoaks lagi. Memang ngeri.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

sesungguhnya, kalimat"qe tahu apa?" adalah kunci pembuka pintu ghibah yang paling efektif. coba aja

Tak pelak lagi, bink. Haha

Sampai pada ketika jubir unjuk gigi di tengah publik membela majikannya yang tak lain tidak bukan adalah si tokoh amatiran tadi, dunia perketenan kehadiran makhluk baru. Ya, itu dia. Si jubir maksudnya.

Bisa dikatakan makhluk terakhir disebut tadi rada-rada langka. Dari ratusan jiwa manusia, hanya belasan saja yang memenuhi spesifikasinya. Sisanya yang berpuluh-puluh itu tetap di tempat semula. Hanya jadi penonton, penggerutu sekaligus mata-mata.

Tepat seperti kita-kita yang Bung @bookrak, karena belum masuk lingkaran 'peyoples in' kita hanya bisa jadi penggerutu, tapi minus mata-mata, khekhe

Kalo minus, boleh pakai softlens, bang. 😁