KETIKA JARAK bisa dipersingkat oleh mesin-mesin pengubah energi jadi gerak, kau akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dalam waktu yang tak pernah dipikirkan oleh orang-orang zaman baheula. Kau bisa makan siang di Blang Pidie tapi sebelum ashar kau tengah memesan kopi di sebuah kedai pinggiran kota Meulaboh, Aceh Barat sana. Dan pada ambang maghrib yang cerlang, kau malah mendapati diri tengah bertinggung di atas muka kloset toilet umum; berak tentu saja, sebuah terminal di pinggir Kota Banda Aceh.
Di tengah kepesingan yang mengepung segala penjuru, pikiran-pikiran tentang bagaimana kau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, lalu ke tempat lainnya lagi dalam waktu tak lebih dari sehari semalam, bermunculan begitu saja. Itu pikiran yang membuatmu berkali-kali mentakzimi para tokoh penemu mesin yang sebagian besar nama mereka pernah kau hafal dengan baik ketika di bangku sekolahan, namun sekarang tak satu pun di antaranya yang mampu kau rapal oleh sebab kian memudarnya daya ingat yang kau punya. Atau boleh jadi kau percaya merapal nama tokoh selagi di toilet adalah sesuatu hal yang tak pantas.
Lantas, masih dalam keadaan bertinggungan seperti semula, sementara kloset telah kau siram dua tiga kali, kau berkutat dalam banyak pertanyaan. Semisal, seudik apakah umat manusia sekira mesin-mesin tak pernah ditemukan? Ini pertanyaan yang membawamu pada apa kau pahami kemudian setelah membaca buku penemuan-penemuan penting umat manusia. Temuan-temuan yang mengubah wajah dunia, meluluhlantakkan sekaligus membangun ulang banyak peradaban.
Dan seperti yang pernah kau baca, kau ingat ulasan tentang roda di bab pembuka buku itu. Bahwa barangkali dunia tak akan semeriah sekarang. Tak pernah riuh dari bising kendaraan, tak ada piramida, candi atau bahkan Burj Khalifa, sekira manusia tak punya akal untuk menggunakan batang kayu sebagai roda yang bisa menggelindingkan beban berat yang tak sanggup dipikul sekecamatan orang. Sampai apa yang kemudian disebut roda menuju penyempurnaan dari masa ke masa, yang dengan kelebihan akal pula, manusia membuat wadah di atasnya hingga jadi alat pengangkut yang bisa ditarik kuda, bagal, keledai, atau bukan tidak mungkin juga ditarik kura-kura.
Hingga abad-abad setelahnya, orang-orang mulai berpikir; berharap banyak pada binatang adalah kedunguan yang tak boleh dipelihara.
Alasan kenapa kemudian pada zaman selanjutnya, manusia mulai mempertaruhkan banyak hal untuk mencipta mesin-mesin. Kendaraan bermotor dicipta menggantikan bagal, kuda, keledai dan juga kura-kura. Yang dengan penemuan-penemuan tersebut orang-orang di muka bumi bisa berpindah dari sudut bumi ini ke belahan bumi lain dengan gegasnya. Api permusuhan bisa disulut dari jauh dan perang akan membahana di tempat-tempat paling udik sekalipun.
Sampai di titik ini, kau insaf tiba-tiba. Telah belasan menit lamanya, di tengah kepungan aroma pesing toilet umum, burit yang kau punya mengerang kesakitan hanya gara-gara tahi yang terpendam dalam ampula telah berubah serupa batang kayu. Pencahar. Kau butuh pencahar saat itu juga.
Yang tiada akan pernah berubah adalah lubang pantat. Ia berkekalan meski mesin2 dikomputerisasi.
Betapa mudahnya berak!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Dengan syarat tak pernah kena sodom tentunya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Paling banter, itu lubang melebar laksana terusan Suez.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit