Sedang Ingin Tidur Sementara Pikiran Begitu Semena-Mena

in hive-193562 •  4 years ago 

pexels-ramy-kabalan-745054.jpeg

MALAM BUTA. Gelap cerlang di bawah kelopak mata. Suara jangkrik ritmis. Kipas angin meringis. Bayi tetangga menangis. Selebihnya adalah dengung nyamuk. Detak detik jam dinding. Kesiur angin dan keriukan perut. Sementara bebunyian itu terasa begitu dekat dengan gendang telinga, aku ingin mendengar dengkurku sendiri. Ingin mengukur kemerduannya. Tapi bagaimana bisa?

Aku menguap kesekian kali. Mataku buta dalam keterpejaman. Tapi tidak dengan pikiran yang terus saja nyalang. Seperti malam ini. Aku dibuat tak berkutik dengan keliarannya. Lima belas menit lalu ia lepas landas dari ranjang. Terbang bebas menembus loteng, bertengger di bubungan. Lantas menghilang di kegelapan malam.

Tanpa pikiran yang sekarang entah di mana, tubuhku beku. Segalanya seperti tak berfungsi. Kecuali indera dengar, perasa, dan pembau yang masih bisa bekerja seperti lazimnya. Suara-suara yang begitu dekat dengan gendang telinga masih berupa bebunyian yang kuidentifikasi sebelumnya. Ambang kesadaranku dalam batas normal. Aku tahu betul itu. Tapi pikiranku benar-benar tak mau tahu.

Kini ada aroma daun pandan yang terhidu tiba-tiba. Hidungku seperti kena kepung. Tajam baunya tak terbendung. Bulu kudukku meremang. Dalam waktu bersamaan aku merasa pori-pori kulit yang membalut sempurna tubuh ini terbuka-tutup dengan sendirinya. Begitu terus hingga tiga menit lamanya.

pexels-francesco-paggiaro-1209933.jpeg

"Tak ada seekor pun hantu berbau daun pandan. Hanya musang belaka. Hanya musang yang bisa menyaru jadi perdu pohon pandan di tengah malam buta." Aku menghibur diri dengan mengingat-ingat perkataan para orang tua.

Nafasku normal setelah sekian menit tersengal-sengal. Hanya saja aku merasakan jakun di batang leher memuai, membesar. Tenggorokan tercekat. Ada semacam halusinasi tak mengenakkan mengada dalam benak, perihal kenapa aku butuh pikiran untuk bisa bernalar-logika saat ini juga. Setidak-tidaknya kembalinya pikiran bisa menenangkan diriku dari ketakutan tak perlu dan menjawab; apakah aroma daun pandan yang terhidu berasal dari musang yang berkeliaran seperti kata orang tua, atau benar ianya berasal dari jubah hantu?

Malam masih buta seperti sedia kala. Pikiran belum kembali juga. Yang tinggal dalam benak adalah apa yang terdengar begitu dekat di gendang telinga. Kipas angin meringis. Ritmis suara jangkrik. Bayi tetangga menangis. Dengung nyamuk. Detak jam dinding. Kesiur angin dan keriuk perut. Dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul oleh sebab hidu aroma daun pandan, yang kini terbengkalai tanpa jawaban.

Dalam kegamangan oleh sebab kehendak ingin tidur sementara kesemena-menaan pikiran terus bersimaharajalela, barangkali aku butuh rekreasi, sekresi, atau malah ereksi? P'uep chok!

Image Source: 1. pexels, 2. pexels

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!