Pleonasme pada postingan itu wajar, kekeh aja sudah!

in hive-193562 •  4 days ago 

Salam Indonesianers!


kira-kira beginilah saat saya membaca postingan baru yang muncul di komunitas steem sea. Kalau di indonesia atau pehtem lain lagi nanti reaksinya


Pleonasme merupakan gaya bahasa yang baik-baik saja apabila digunakan oleh penutur, tukang cerita. Tapi kalau diterapkan dalam tulisan, jadi agak lucu. Saya menemukan pleonasme dalam banyak postingan, bahkan dalam postingan saya sendiri. Baru belajar lagi setelah saya pikir ini harusnya ada penjelasan akademisnya. Benar saja, saya menemukan penjelasan yang bisa saya pahami sendiri.

Tidak mudah menulis kalimat yang efektif apabila kita terbiasa bertutur, kan? apakah ada yang salah dengan menggunakan gaya pleonasme dalam tulisan? tidak ada yang salah, itu urusan penulisnya. Kecuali tulisannya diikut sertakan dalam kompetisi menulis dan penilai menyatakan itu kurang tepat, maka itu lain ceritanya juga. Jadi, kalau menulis di steemit tidak untuk berkompetisi jadi juara menulis internasional, santai saja.

19 hari yang lalu saya memutuskan untuk kembali mengekspresikan diri melalui steemit. Karena saya tidak punya kesibukan lain tentunya. Kalau sibuk, mana sempat. Saat kembali tentu saja saya siap dengan segala keajaiban steemit. Minim interaksi itu wajar, sebab steemit seperti yang dijelaskan dalam FAQ, adalah definisi lain dari media sosial dengan membangun ekonomi sosial. Artinya, ini seharusnya bisa dijadikan sumber penghidupan alternatif. Kesimpulan sederhananya, bikin postingan adalah kontribusi, dapat rewards yang bisa dijadikan SP atau uangkan saja, maka tampaklah pembangunan ekonomi sosialnya. Makin banyak dia mendapat rewards, makin baiklah kondisi ekonominya.

Ada aturan main tentu saja, jangan mencuri pekerjaan orang lain. Lakukan saja yang mudah bagi kita dengan senang. Beberapa waktu ini saya membaca banyak postingan dan melakukan koreksi terhadap penggunaan beberapa kata depan dalam postingan. Bagi saya itu menyenangkan dan dapat menambah pengetahuan saya sendiri. Tetapi itu tidak akan menyenangkan bagi penulis yang aslinya adalah penutur. Saya akan berhenti melakukan itu. Itu perbuatan yang tidak berkontribusi bagi platform ini. Mendingan main game saja, tidak mengganggu orang.

Setiap hari ada ribuan, ratusan ribu bahkan jutaan postingan. Kalau mau dibaca semua, tidak cukup waktu 24 jam. Karena saya tertarik dengan tulisan berisi kisah kehidupan manusia, saya menikmati the diary game. Khususnya postingan dari kampung halaman saya, Aceh. Saya juga membaca postingan dari negara lain untuk menambah wawasan. Yang terbaik dari steemit adalah adanya ruang bertanya lewat kolom komentar. Tidak selalu mendapat jawaban, saya paham orang punya kesibukan dan fokusnya sendiri.


Jalan sendirian di steemit tidak apa-apa, tapi lebih seru kalau bareng kawan-kawan


Saya bersyukur sekarang. Beberapa tahun lalu teman-teman yang saya kenal di steemit, yang berasal dari belahan bumi yang berbeda jam tidurnya itu, menuntun saya untuk membeli beberapa lembar SBI sebagai penyelamat postingan dari batas rewards threshold. Kondisi saat itu sangat berat, jadi tidak sanggup beli banyak. Sebagian besar adalah hadiah dari memenangkan beberapa kontes. Sehingga saya tidak lagi dibikin pusing memikirkan postingan tanpa rewards, meskipun dapat engkolan dari kawan yang SP-nya masih dalam kurung pakai tanda +. Meski tidak ada pembaca, tapi ada rewardsnya sikit, sudah cukup. Setelah saya pikir lagi, itu salah satu bentuk kemandirian yang tidak merepotkan orang lain.

Selama hampir 4 tahun di steemit (minus dorman 4 tahun), berapa banyak yang saya uangkan? kira-kira nilainya 2 juta rupiah. Tidak banyak, tapi pada saat dibutuhkan, itu signifikan. Lalu di mana kehidupan yang lebih baiknya (better life)?. Untuk saat ini belum dalam bentuk penguatan ekonomi (finansial). Saya belum pernah traktir keluarga atau teman pakai hasil postingan atau jual steem. Kalau dari jual SPS dan BUSD (dulu; sekarang FDUSD), Eth, USDT, Hive, BNB pernah. Daftar Haji saja pakai hasil main splinterlands. Apa hubungannya dengan steemit? Lhaa, kan mulainya dari sini. Saya merasa hidup saya lebih teratur apabila saya mulai rajin bikin postingan. Tidak sembunyi di bawa selimut terus, tetapi mau tidak mau harus menjelajah untuk mendapatkan bahan tulisan. Tidak perlu beli buku untuk membaca cerita di kampung halaman. Bisa mendapat kenalan baru tanpa harus berbasa basi ajak ngopi dulu, atau menghadiri even sosial.

Tidak ada even sosial yang tidak membutuhkan uang. Kenduri perlu uang, sedekah saja perlu uang. Tidak mungkin anak yatim kenyang setelah dikasih senyuman, atau penjual mukena kirim barang setelah disenyumin. Walaupun senyum adalah sedekah. Sebagai makhluk sosial, tidak mungkin juga kita menghindari semua interaksi sosial terlepas apakah kita seorang dengan kepribadian introvert atau ekstrovert. Bagi saya, interaksi sosial di steemit adalah yang paling nyaman. Tidak harus ngopi dulu untuk tahu apa yang sedang dilakukan seorang kenalan. Tidak perlu harus berkunjung ke kebunnya untuk tahu apa dan bagaimana dia menanam terong. Berkah luar biasa bila mereka yang tidak pernah menulis itu membagikan pengalamannya di steemit. MEREKA KEREN!!


Keindahan hanya bisa dilihat oleh mereka yang menghargai dan menikmatinya, secara profesional ini buka potret bunga yang baik. Tapi daripada saya memetik bunga, simpan saja gambarnya. Tulisan ini tidak direncanakan sepanjang ini, namun saya adalah seorang penutur, lebih suka didengar daripada mendengarkan. Saya tidak bisa menghentikan kebiasaan mengetik dengan gaya pleonasme!


Sudah cukup, Sampai Lain Kali!

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hola 🤗 estupendo que hayas retomado tu blog en Steemit y que podamos interactuar, Steemit es una plataforma increíble, tienes razón ,lo ideal es que escribir sea divertido ,relajante,disfrutarlo, de hecho se refleja en un escrito cuando el autor escribe con cariño,con alegría,con tristeza.

Pero es lo bonito de esto sabes, lo correcto es que se respete el trabajo de cada quien, las recompensas son una gran motivación sin dudas 🤗 muchos han mejorado su vida con steem.

Un gusto, hasta pronto.

Thank you @marito74 for stopping by. Yes, I read your post and I know how steemit has improved your life to be better. I'm happy for you and family too. I believe that many other users experience the same things, still... It depends on your ability and sacrifices too. It haven't worked for me financially, but I have 😊 fun.

By the way, how do you create your article? Using phone or computer? Do you use application, what's the name? I have an issue with my internet connection nowadays, i have to use VPN to be able to publish what i create🤦 it's not convenient.

Thanks again and see you 🤗

Wah saya jadi teringat seorang wartawan yang sudah duluan makan pisang wak di dunia jurnalistik. Dia selalu menjadi korektor dan pembedah dalam setiap moment yang berkaitan dengan tulis menulis. Sedikit salah penulisan saja, sudah diespulso oleh dia. Lalu dia pun naik kupingnya atas segala pujian audien yang memuji dia sebagai sosok ahli bahasa.

Lama-lama kadang berpikir, apakabar wartawan seribet itu dalam menulis? Padahal yang harus ditaati adalah bahasa jurnalitiknya harus mudah dipahami pembaca. Lebih tepat lagi saya berpikir, wartawan itu harus manut pada data n fakta. Dia harus menyampaikan itu dengan tepat, benar, tidak boleh salah. Selama penyampaian itu mudah dicerta publik.

Sebab, ketika ada data n fakta yang salah, publik langsung protes, tapi tidak saat bahasanya yang kurang baik dan benar. Memang, harus bahasa Indonesia yang baik dan benar. Nah, di zaman sekarang, publik/pembaca serta pendengar juga sangat akrab dengan bahasa gaul. Ini juga menjadi cara penulis dalam mengakrabkan diri dengan selera pembaca, yang terkadang tak sesuai dengan bahasa yang baik dan benar. Wah udah panjang. Kasep dilee, baca paragraf di bawahnya, kita komen lagi. Mungkin ini juga pleonasme? hehehe

  ·  3 days ago (edited)

Bahasa yg digunakan oleh jurnalis adalah gaya bahasa efektif, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yg baik dan benar, satu kalimat satu pesan. Saya belajar itu saat jadi reporter radio, satu menit harus tersampaikan semua yg perlu disampaikan, maksimal 90 kata🤦 alm. yon Thayrun yg baik hati itu dengan kejam selalu mengingatkan saya, "kee kalau mau jadi tukang obat gak usah jadi jurnaleh, lojok-lojok aja kalimat kee" 🫣😄

Tidak ada salahnya kan menggunakan bahasa gaul dalam karya jurnalistik, itu disebut gaya bahasa populer, sah dan sesuai zaman. Mana bisa gaya dunia dalam berita dipakai untuk berita headline koran waspada🤦 cuma satu kolom, terus pasang video nonton sendiri??

Naahh.. pleonasm itu seperti ini contohnya, menurut pengertian aku @munaa.

Saya sudah tidak ingin lagi banyak komentar karena saya sudah lama tahu bahwa anda sudah paham maksud saya😁

Ada tengok apa masalahnya? Nah itu pleonasme😁 jadi, seorang jurnalis seperti dirimu akan langsung ngedit sendiri. Sesuatu yg bisa dikatakan dalam 10 kata, demi mencapai target 1000 karakter, tambah2in lah.

Meunan... Kalau majas hiperbol, wajib itu sesekali. PDalam jurnalistik kita tidak selalu menggunakan angka spesifik, tetapi "ratusan, ribuan, belasan" itu bukan hiperbol tapi ya😁 

Pleonasme adalah gaya bahasa, sedangkan hiperbol adalah majas. Tidak sama

Ada tengok apa masalahnya? Nah itu pleonasme😁 jadi, seorang jurnalis seperti dirimu akan langsung ngedit sendiri. Sesuatu yg bisa dikatakan dalam 10 kata, demi mencapai target 1000 karakter, tambah2in lah.

🤫 Jangan bilang-bilang ya, saya sering gitu.

Selain karena "keterbatasan" kemampuan menggunakan bahasa yang efektif, ada beberapa alasan mengapa saya sering tidak mengikuti kaidah baku dalam menulis.
Pertama, saya biasanya menulis secara "mengalir" saja. Yang namanya mengalir ya seperti air yang kadang bisa kemana-mana tergantung situasi dan kondisi. Setelah selesai, sebenarnya bisa dilakukan editing dan finishing, tetapi lagi-lagi beberapa kondisi menyebabkan editing tidak berjalan sebagai mana mestinya.

Bagi saya, penggunaan diksi SAYA atau AKU akan mempengaruhi hasil tulisan karena terkoneksi dengan suasana batin dan mood dalam menulis. Sehingga ada tema-tema tertentu menggunakan diksi AKU, sementara tema yang lain menggunakan diksi SAYA.

Kedua, Kalau di steemit saya lebih suka gaya penulisan yang lebih santai, tidak kaku dan mungkin lebih bebas. Jadinya kesan yang terasa, suasana lebih hidup dan tidak monoton.

Kalo kita menulis dengan pakem karya ilmiah atau tema-tema "Serius" biasanya orang akan malas untuk membaca, termasuk saya..🤭

Segmentasi yang disasar juga berpengaruh bila menggunakan jenis penulisan. Bila kita menulis dengan bahasa baku dan efektif maka itu akan baik dan bisa dibaca oleh seluruh steemians (global), resikonya ya akan "membosankan" bagi sebagian orang.

Tetapi bila menulis secara "cram-crum", maka hanya bisa "ditangkap" oleh orang-orang tertentu.

Kalo kita menulis dengan pakem karya ilmiah atau tema-tema "Serius" biasanya orang akan malas untuk membaca, termasuk saya..🤭

Nggak serius aja nggak ada yg baca, apalagi serius?
Saya mantan jurnalis radio, beda dgn jurnalis cetak. Meski pada dasarnya sama harus menulis dgn efektif, cuma beda gaya dikit.

Seperti yg saya katakan, kita pada dasarnya adalah penutur. Penutur bila sudah memulai maka tak sedap bila berhenti, maka begitulah "mengalir" saat menulis. Kadang ada yang mengilir, namun ada pula yg mengulir, mengulur bahkan mengular... Biasa itu, dan wajar-wajar saja.

Kalau enak dibaca, orang pasti minta tambo ciek, kalau tak enak ya skip aja. Di steemit, asalkan tidak ada unsur plagiarism.. gak ada masalah.

Betol 1000% 😁

@seribubulan, kamu harus menggunakan votingmu dgn bijak, perhatikan voting CSI, makin banyak akun lebih baik. Postinganku cukup 1 atau 2 dalam seminggu. Terima kasih atas dukungannya 🙌

Baik cutkak terimakasih sarannya

Seandainya,,,,

Berandai-andai boleh, tapi akan membawa kita pada majas lain lagi