Pesan Orang Tua di Lorong Sepi

in hive-193562 •  4 years ago 

kakek tua.jpg

Suasana sore Ramadan memang berbeda, keramaian muncul dimana-mana. Semua orang berburu makanan berbuka puasa, jalanan penuh apalagi di pusat kuliner dan pertokoan di kota ku, penuh sesak manusia dengan deru kendaraan roda dua dan empat lalu lalang tak habis.

Aku disana dengan motor bututku, terjebak di jalan perdagangan. Hampir 15 menit tersangkut di tengah-tengah keramaian jalan dipusat kota. Akhirnya aku gas motor masuk ke lorong disisi kiri pertokoan, harapan bisa mencari jalan keluar untuk pulang. Ternyata tidak, aku masuk lorong buntu.

Akhirnya aku mengalah dan berhenti sejenak tepat di depan seorang pria renta yang duduk di kursi plastik. Motor ku matikan agar bisingnya hilang. “Salam kek” ku buka sapaan biasa agar kami bisa bicara sembari menunggu jalan utama sedikit lengang. Si kakek hanya tersenyum sambil melihatku sepintas.

Ia memagang tampa berisi beras, sepertinya dia sedang membersihkan sisa bulir padi di dalam beras. “Kota ini mulai ramai, mulai tak bersahabat. Kemarin ada beberapa orang yang terjebak macet dan singgah disitu tepat ditempat kamu berdiri,” ucap si kakek sambil menunjuk arah kakiku.

Orang tua di sunyi.jpg

“Kamu nyaman tidak ditempat sepi seperti ini, lorong kecil dan buntu dan tidak ada deru motor?,” tanyanya, aku jawab dengan anggukan kecil. Dia seperti tidak nyaman dengan kondisi seperti saat ini. Ramai orang dijalan, tapi hanya sekedar jalan-jalan tanpa mamfaat, bahkan pedagang makanan juga banyak yang tak laku.

“Ntah apa yang kita lakukan, hanya penuhi jalan tanpa mambantu pedagang makanan berbuka. Kita hanya menipu mereka (pedagang musiman), seakan akan dengan berjalan-jalan kita akan belanja, padahal tidak , hanya berputar-putar dijalan, bensin habis, energi habis dan bikin macet. ya begitulah kita,”ucap dengan nada tinggi.

orang tua sunyi 6.jpg

Dia bercerita, dulu kota ini ramai pejalan kaki dan pesepeda ontel. Tidak bising. Masyarakatnya lebih ramah dalam menggunakan jalan raya. Hanya orang kaya, pejabat dan toke kapal saja yang memiliki roda empat.

Si Kakek mengatakan , masa-masa keramaian membosan itu akan berakhir. Suatu masa , orang-orang akan datang mencari tempat sepi. Seperti ia berada di tempat sepi itu , hanya ditemani angin-angin sepoi yang menyusuri lorong sempit itu.

Ternyata si Kakek dulu seorang pekerja kantoran di Jakarta, dia sukses dengan uang melimpah. 20 tahun lalu ia pindah ke kota ini bersama anak-anaknya. Dia beli dua ruas toko dengan berdagang alat ATK perkantoran. Sekarang usaha itu sukses dibangun oleh anak-anaknya.

orang tua sunyi 3.jpg

Si kakek beralasan pindah karena lelah dengan keramaian kota besar, tujuan satu, ingin bersunyi dan menikmati sisa umur tanpa keramaian. Apalagi hakikat manusia akan mati dan hanya sendiri di alam keabadian. Didalam sepi kita akan lebih manusiawi.

Hampir setengah jam aku berdiam di depan si kakek yang masih bercerita perlahan, sampai ia mengingatkan bahwa waktu berbuka puasa tersisa beberapa menit lagi. Aku segera pamit, motor ku hidupkan dan aku gas perlahan kembali jalur besar yang sepi.

Disepanjang jalan pulang, aku masih mengingat beberapa kalimatnya, apalagi kalimat “suatu masa orang akan mencari tempat sepi”. Bagi orang yang paham kalimat itu penuh makna, tapi orang awam dan cuek , kalimat itu tidak berarti apapun, apalagi diucap oleh seorang laki-laki tua di lorong sepi.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!