Kisah Pekerja Aseng Di Negeri Para Raja

in hive-193562 •  3 years ago  (edited)

sunset-1807524_640.jpg
Sumber

Awal Kisah

Ini kisah dua anak manusia yang memilih untuk mengadu peruntungan di negeri orang. Mereka bekerja untuk sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Tepatnya pertambangan emas yang berlokasi di pedalaman Aceh. Aceh memang masih memiliki banyak cadangan sumber daya alam yang membuat banyak perusahaan dalam dan luar negeri mengincar untuk mengeruk nya. Diperkirakan baru 22% sumber daya alam di bumoe Serambi Mekkah ini yang sudah terjamah oleh tangan dingin para investor. Salah satunya yang paling fenomenal adalah gas di Lhokseumawe. Kini kilang gas di desa Blang Lancang tersebut terancam menjadi besi tua setelah cadangan gas yang tersisa habis sudah semuanya. Fenomena ini sepertinya lumrah sekali terjadi di negara kita ini. Terjajah ratusan tahun dulunya, konon katanya sudah merdeka sekarang, tapi tidak pernah terlihat berdaulat secara alami pada kenyataannya.

Bahkan di masa sekarang ini, saat orang kita tidak beruntung di negara sendiri, ada banyak pekerja aseng yang datang untuk mengadu peruntungan. Mereka terlihat sangat mendapatkan perlakuan yang istimewa dari penyelenggara negara. Terutama pekerja dari negara Tiongkok, China. Sudah rahasia umum para investor dari negara ini getol untuk membawa tenaga kerja dari Sononya untuk bekerja di negara kita. Keberadaan mereka sangat eksklusif dan diproteksi sedemikian rupa oleh negara. Ditengah pandemi pun mereka masih dengan mudahnya keluar masuk Indonesia. Disini, para centeng bersenjata mengawal dan mengawasi kamp konsentrasi para pekerja itu dengan seksama. Lumayan lah buat nambah uang saku. Sementara sang Jenderal menumpuk kiloan logam mulia diatas keringat anak buahnya. Pedih Jenderal!

loader-4012475_640.webp
Sumber

Si Aseng Yang Arogan

Saat para tenaga kerja Indonesia di luar negeri banyak yang mengalami perlakuan yang tidak manusiawi, pekerja Aseng di sini tidak berlaku hal serupa. Mereka bisa dengan leluasa bergerak kesana kemari tanpa gangguan. Banyaknya etnis Tionghoa di negara ini membuat mereka mudah berbaur untuk melamurkan mata kita. Sebut saja A Chen dan A Li, demikian mereka dipanggil oleh sesama pekerja Aseng di kamp pertambangan tempat mereka bekerja. Dua pemuda yang bertugas sebagai sopir forklip dan bagian teknisi. Mereka berdua baru tiga bulan berada di Aceh untuk bekerja. Mereka belum pernah keluar dari area pertambangan yang terletak di pegunungan. Jarak tempuh ke desa terdekat mencapai 70 Kilometer. Hanya dengan izin khusus para pekerja Aseng itu boleh meninggalkan lokasi pertambangan.

A Chen dan A Li serta beberapa pekerja yang lain sedang bersuka cita hari ini. Mereka diberikan untuk cuti selama tiga hari dan diizinkan untuk refreshing ke kota kabupaten terdekat. Dengan menggunakan mobil pickup perusahaan mereka diangkut untuk turun ke kota. Medan yang ditempuh sangat terjal dan berbahaya. Dasar sedang apes, ditengah perjalanan ban pick up yang mengangkut pekerja Aseng bocor. Terpaksa mereka harus berhenti untuk mengganti ban. Menunggu membuat A Chen dan A Li tak sabaran. Mereka pun berjalan menikmati pemandangan alam di gunung yang mereka keruk emasnya. Momen ini lah yang memulai petaka bagi keduanya. Ban yang sudah selesai diganti membuat perjalanan akan segera dilanjutkan. Para pekerja Aseng lain memanfaatkan momen ini untuk meninggalkan A Chen dan A Li. Mereka berdua kena dikerjai oleh teman-temannya. Jadilah A Chen dan A Li berjalan kaki dengan saling menyalahkan di sepanjang perjalanan. Setelah berjalan kurang lebih dua jam mereka akhirnya sampai di Jalan raya dan desa terdekat. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Namun keduanya memang punya fisik yang sangat terlatih. Berjalan dua jam seolah tak terasa bagi mereka.

martial-arts-2544677_640.jpg
Sumber

Dikeroyok Pemuda Desa

Munculnya A Chen dan A Li secara tiba-tiba dan tak terduga mengundang perhatian orang-orang yang sedang nongkrong di sebuah warung kopi di pinggir jalan raya. Kebanyakan mereka adalah pemuda yang sedang mencari peruntungan dari KAKEK MERAH dan KODOK BATUK. Game di Higgs Domino memang sedang mewabahi generasi Aceh hari ini. Tua muda tak terkecuali, semua berlomba mencari restu sang Kakek. Beberapa pemuda segera menghampiri A Chen dan A Li.

"Woi siapa kalian? Tegur salah seorang pemuda. A Chen dan A Li tampak kebingungan. Mereka belum tau Bahasa Indonesia. Mereka hanya diam tak berkata-kata.

Ternyata diam nya mereka membuat para pemuda desa berang.

"Hei tolol kalian bisu ya? Kalau ditanya jawab, goblok. Kembali salah seorang pemuda berteriak. "Kalau mau songong jangan disini kalian", tambah yang lain.
"Udah, sikat aja. Keliatan tas mereka berat tuh. Pasti mereka pekerja Aseng gunung emas yang kesasar. Kita tampol aja. Ambil uangnya." Timpal pemuda lainnya.

Seorang pemuda yang berbadan tegap mendekat dan kemudian mencoba merampas tas di bahu A Chen. Sigap dengan refleksnya A Chen pun mengelak. Melihat itu, para pemuda tersebut mulai mengepung mereka berdua. A Chen dan A Li memasang sikap waspada. Mereka tampak tenang menghadapi sekian banyak pemuda yang keliatannya tidak bersahabat. Untung tak dapat ditolak malang tak dapat diraih. Perkelahian pun tak terhindarkan. Entah siapa yang memulai, detik selanjutnya adalah pembantaian yang layaknya kita saksikan di film kungfu. A Chen dan A Li bergerak dengan cepat kesana kemari. Sebelas orang pemuda dalam hitungan menit menggelupur dan terkapar terkena pukulan dan tendangan mereka berdua. A Chen dan A Li kemudian segera berlari meninggalkan tempat itu. Mereka dikejar oleh penduduk desa lainnya. Beruntung dalam pelarian mereka berhasil lolos dengan menumpang sebuah truk pasir yang sedang lewat. Dengan sigap mereka melompat ke bagian belakang truk. Penduduk desa pun tak kuasa mengejar mereka.

ninja-5688896_640.png
Sumber

Akhir Cerita

Truk pasir yang ditumpangi A Chen dan A Li ternyata menuju ke kota Kabupaten. Keduanya kemudian menyelinap turun sesampainya di kota. Lelah setelah kejadian tadi membuat mereka berdua kelaparan. Gerobak Mie Ayam menjadi persinggahan mereka. Dengan bahasa isyarat mereka memesan dua porsi Mie Ayam. Saat sedang bersantap ria, terdengar suara teriakan orang ramai dari kejauhan. Tiga buah labi-labi yang ditumpangi orang hingga ke atapnya melaju kencang. Orang-orang itu tampak membekali diri dengan parang dan linggis.

"Itu mereka". Terdengar teriakan-teriakan. Mobil berdecit keras dan menimbulkan debu berterbangan.

A Chen dan A Li saling memandang menyaksikan orang-orang kalap tersebut yang melihat ke arah mereka dengan buas dan mata haus darah. Perkelahian tak berimbang pun kembali terjadi. Kali ini memakan waktu agak sedikit lama sebelum semua orang yang berjumlah 50-an terkapar tak berdaya semua. Suasananya sungguh sangat kacau. Orang-orang yang sedang ramai di pusat kota tampak berlarian ketakutan. Aparat kepolisian pun segera datang. A Chen dan A Li sudah terlalu lelah untuk berlari lagi. Mereka hanya duduk pasrah dengan badan berdarah dan luka di beberapa bagian. Mereka masih tampak garang dengan mata menyapu setiap gerakan orang yang ada. Orang-orang mulai berkerumun lagi. Rintihan kesakitan terdengar dimana-mana. Polisi pun yang datang segera mengamankan A Chen dan A Li. Mereka tidak melawan saat digiring ke kantor polisi. Sesampainya disana para polisi pun mulai integrasi keduanya.

"Kalian siapa dan darimana?" Tanya polisi. Tak ada jawaban. "Mana identitas kalian. Sinikan tasnya." Kata komandan polisi sambil mengambil tas keduanya.

Dan apa yang mereka temukan kemudian adalah sebuah kenyataan yang sangat unik. Di dalam tas masing-masing polisi menemukan dua buah paspor atas nama JACKY CHAN dan JET LI. Sungguh Terlalu...!!!!

20210706_215551_0000.png

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Benar-benar terlaaaaluuuu Mr Bob

Hahahaha 😂👍😀