Saya menemukan tempat pembuatan alat musik khas Bengkulu itu tidak sengaja. Suatu kali, ketika terlibat dalam persiapan acara Festival Sastra Bengkulu, kami bertandang ke rumah salah satu kurator acara itu, Iwan Kurniawan.
Begitu tiba, kami melihat di depan rumah Iwank banyak onggokan kayu berbentuk "peureudee bak u" (ini bahasa Aceh) alias bongkahan akar alias bonggol pohon kepala. Ada yang telah dilubangi, dan ada yang tidak. "Ini tempat pembuatan dol," kata Iwank.
Oh ya? Saya sudah lama mendengar nama alat musik itu dari penyair asal Bengkulu Willy Ana @willyana. Alat musik itu lazim tampil dalam perayaan Tabot. Willy, menulis sejumlah puisi tentang Tabot, bahkan buku puisi keduanya diberi judul "Tabot Aku Bengkulu".
Bahkan, pembukaan Festival Sastra Bengulu 2018 ditandai dengan menabuh dol oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, Willy Ana (sebagai inisator/ketua panitia) dan Rektor UIN Bengkulu (kala itu).
Tentu saja ketemu tempat pembuatannya, beserta para pengrajinnya, itu kejutan tak terkira. Iwank tidak pernah bercerita bahwa di depan rumahnya ada pengrajin dol. Dol itu bukan hanya untuk dipasarkan di Bengkulu, tapi juga luar Bengkulu, termasuk Jakarta.
Dol terbuat dari kayu dan bonggol kelapa. Bonggol pohon kelapa dilubangi tengahnya dan ditutupi kulit lembu atau kulit kambing sebagai selaput penghasil bunyi. Ukurannya macam-macam, diameter 70–125 cm dan tinggi 75–100 cm.
Tak hanya dalam acara perayatan tradisi Tabot, dol juga kerap dimainkan sebagai musik pengiring dalam pertunjukan tari dan musik. Bahkan pertunjukan dol itu sendiri. Biasanya dol dimainkan oleh laki-laki. Atraksinya sangat menarik. Jika penasaran, teman-teman bisa mencoba melihat video pertunjukan dol di Youtube.
Kejutan lain kala itu, penutupan FSB 2018 di tengah-tengah kebun teh di Bengkulu oleh Bupati Kepahiyang, kami disuguhi atraksi dol. Lengkap sudah saya mengetahui dan menikmati dol.
MI 070121
FOTO-FOTO: Mustafa Ismail
Apakabar Bang @musismail? Ohya, Abang pasti kenal dengan eks wartawan Tempo sekaligus eks aktivis LEKRA, Teuku Iskandar Ali? Apa beliau masih hidup? Kalau abang berkenan, abang ulas dikit tentang kehidupan beliau ketika masih sebagai aktivis LEKRA hingga kemudian diajak gabung ke Tempo. Pasti menarik untuk dibaca anak-anak muda Aceh (termasuk saya)--khususnya yang menaruh minat pada sastra. :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kabar baik. Pak Is masih ada, cuma sudah lama tidak berkontak. Tidak tahu bagaimana kabarnya? Kisah tentang Pak Is tentu menarik. Nanti coba saya kumpulkan bahan dulu. Makasih masukannya. Saleum mulia
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
You've got a free upvote from witness fuli.
Peace & Love!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you dear
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit