Jurnal Perjalanan - Air Terjun 7 Bidadari & Telaga Biru, Aceh Utara

in hive-193562 •  4 years ago 

Screenshot_20210328-124356.png

Screenshot_20210327-192033.png

Screenshot_20210327-191848.png

Ya, air terjun 7 bidadari dan telaga biru. Airnya yang jernih, rimbunnya pepohonon dan birunya air menjadi tujuan perjalanan kami kali ini.

Dari simpang 3 Desa Punteut, Aceh Utara - belok kiri kearah Puskesmas Blang Mangat kalau kita dari arah Medan, dan belok kanan kalau kita dari arah Banda Aceh.
'Lempang aja, jangan belok-belok', nanti sampai di simpang 4 Desa Peudari, baru belok kanan dan lanjut lurus sampai ujung jalan'.

Sekiranya ragu bertanyalah, warga disana sangat antusias menyambut para pendatang yang mengunjungi desa mereka. 'Malu bertanya maka tak sampai, begitu kata pepatah Indie.'

Dari info yang kami dapatkan dari teman-teman, perjalanan menuju kesana butuh waktu sekitar 2 jam mengendarai motor dan lanjut berjalan kaki sekitar 5 jam, itu pun kalau tidak tersesat.

Screenshot_20210330-135626.png

Screenshot_20210330-141316.png

Screenshot_20210327-190232.png

Tak berselang lama, kita masuk di wilayah perkebunan sawit milik PT. Satya Agung. Sebuah perusahaan sawit yang sempat heboh pada tahun 2011 silam, sebab tiga orang tewas dan lima lainnya luka-luka setelah empat orang tak dikenal menembak mereka di depan perkebunan sawit milik PT Satya Agung di Dusun Krueng Jawa, Desa Uram Jalan, Geureudong Pase, Aceh Utara.

Melewati jembatan kayu, dengan pemandangan arus sungai yang sedang mencari celah mengalir dibebatuan, juga melewati beberapa anakan sungai dan hijaunya alam perbukitan yang mungkin sebentar lagi akan merubah wajahnya menjadi hijau hamparan kebun sawit menambah sejuknya perjalanan kami kali ini. Jalanan aspal yang mulus pun berganti dengan bebatuan kerikil, ditambah dengan jalanan tanah yang becek menjadi santapan kuda mesin kami.

Screenshot_20210330-141236.png

Diperjalanan, tak sengaja kami berpapasan dengan truck barang bermuatan kayu bulat-bulat. Aku tak berpikir negatif, 'Mungkin saja ini memang milik perusahaan kayu legal yang ada di Aceh utara'. 'Ya, mungkin saja'.

Screenshot_20210327-190149.png

Tak jauh dari situ, jalan lagi sekitar setengah jam kita sampai di barak para pekerja. Yang entah apa kerjanya, entah penebang kayu, entah para pekerja dikebun sawit. Mereka menyambut kami dengan senyuman manisnya, "Uang masuk" pikirnya, mungkin.

Screenshot_20210327-190546.png

Screenshot_20210327-195523.png

Kami bercerita panjang lebar terkait rute perjalanan yang harus kami lewati dan biaya parkir yang harus kami loby. Karena terlalu banyak pertanyaan, salah satu orang tua yang ada dibarak membuatkan kami sebuah peta buta diatas kertas, untuk memudahkan jalan dan mendiamkan kami. :)

Screenshot_20210327-200006.png

Kami pun mulai melakukan perjalanan dengan sangat bahagia. Satu jam berjalan, kami sampai di anak sungai pertama, persis seperti peta buta yang kami bawa. Disitu kami beristirahat agak lama, makan nasi bungkus yang tadi kami beli di simpang Punteut dan mengganti pakaian lapangan agar lebih leluasa dalam berjalan.

Kurang lebih 1 jam beristirahat, kami pun melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan, peta buta yang dibuat oleh penjaga parkir tadi tak lagi jelas arahnya. Ya, kami tersesat, dan terpaksa bermalam 1 hari di barak para petani kayu illegal loging. Sebab malam sudah mulai menampakkan wajahnya dari ujung langit, dan hujan sudah meneteskan airnya walau dengan kelembutan diatas badan kami yang sudah sangat kelelahan.

Screenshot_20210327-190732.png

Hari 2

Pagipun datang, dinginnya membangunkan tidur nyenyak kami. Saatnya bersiap-siap, mandi, masak, lalu makan untuk menambah stamina dan berangkat.

Kamipun melanjutkan perjalanan dihari ke 2 sekitar jam 11 pagi dengan bahagia yang berlebih. Karena info yang kami dapatkan tadi malam dari orang-orang di barak, untuk menuju kesana hanya sekitar 1 jam perjalanan lagi.

Screenshot_20210327-200142.png

Perjalananpun kami mulai, tanah yang basah akibat hujan semalam membuat langkah kami sedikit berat. Tanah-tanah liat menempel di tapak sepatu dan sendal kami. 1 jam sudah berlalu, kami belum juga menemukan air terjun yang dituju.

Dalam perjalanan kami menemukan aliran air mengalir bersih untuk kami isikan kedalam botol-botol minuman yang sudah mulai habis. Dan tak sengaja kami juga melihat jonder (mobil pengangkut kayu) yang sedang menuju entah kemana.

Screenshot_20210327-190828.png

Screenshot_20210327-200226.png

Suara mesin pemotong kayu atau sinso, bercampur dengan suara burung yang berkicau terdengar dari kejauhan mulai menemani perjalanan di hari ke 2 ini. Anak sungai dengan air yang jernih juga kupu-kupu yang saling memamerkan keindahannya seperti berucap kepada kami bahwa air terjun tak jauh lagi.

Screenshot_20210327-200417.png

Bila lelah beristirahatlah, tapi jangan terlalu lama. Karena beristirahat terlalu lama, malah membuat kita semakin lelah.

Setelah istirahat, berjalan, melompat, dan segala kedamaiannya sekitar 3 jam lebih, kami sampai juga di sungai terakhir. Lagi, kupu-kupu menyambut kami dengan tarian indahnya.

Screenshot_20210328-122626.png

Kamipun menyeberang, 'Hati-hati jika ingin menyeberang, air sungai ini bisa berubah menjadi air bah sewaktu-waktu. Lihatlah kondisi alam, bila hujan ada, baiknya jangan menyebrang, nginaplah disekitar disitu. Karena air terjun tak jauh lagi'.

Karena malamnya hujan, kami memilih untuk bermalam digubuk yang tersedia disana. 'Oiya, disana ada sekitar 5 gubuk yang bisa kalian singgahi dan bermalam bila tidak membawa tenda'.

Screenshot_20210330-150949.png

Pagipun datang entah dari arah mana, dinginnya mampu menusuk kelubuk hati yang paling dalam, hingga segala rindu bermunculan. Mungkin karena hutan disini masih sangat rapat, walaupun ada beberapa bagian kontur yang sudah hilang.

Screenshot_20210328-122915.png

Kami pun bergegas bangun menyiapkan sarapan.
Setelah perut terisi penuh dengan nasi dan sambal teri, kami mulai menyusuri Air Terjun 7 Bidadari, dengan membawa bekal seadanya untuk ngopi dan makan siang nanti di Telaga Biru.

Screenshot_20210328-123028.png

Screenshot_20210328-123312.png

Air yang dingin, jernih dan suaranya yang deras juga di tambah dengan hijaunya dedaunan hutan liar membawa kami hanyut akan keindahan panorama Air Terjun 7 Bidadari ini. Kami disungguhkan dengan banyak air terjun dimana-mana, air terjun berlapis-lapis mungkin ratusan, lebih. Uh.. Indah nian Alamku.

Screenshot_20210328-123147.png

Melangkahlah perlahan, karena sebagian bebatuannya ada yang licin dan arusnya yang lumayan keras bisa membuat kita terpeleset dan terjatuh.

Biarlah mata yang bertugas melihat dan memandang alam sekitar, tugas kita hanya membawanya berkeliling agar tidak melihat yang itu-itu saja.

Screenshot_20210327-192033.png

Setelah berjalan menyusuri aliran air terjun ini sekitar 45 menit, kami sampai di Air terjun 7 Bidadari. Airnya, ya airnya. Airnya yang sangat deras, mengurungkan niat kami untuk berlama-lama disitu. Kami sudah sangat puas, walau hanya merasakan percikan airnya yang dihembuskan ketubuh kami. Dingin.

Screenshot_20210327-192102.png

Dari situ, kami melanjutkan perjalanan menuju Telaga Biru, jarak dari Air Terjun 7 ini ke Telaga Biru tidak terlalu jauh, hanya sekitar 30 menit lagi. Namun, jalan menuju kesana jauh lebih sulit. Kita harus menanjak naik keatas. Tetap jalan perlahan, sebab indah dan asrinya hutan ini sayang bila tidak kita rasakan.

Oiya, saat ini di Air Terjun 7 Bidadari kami hanya bertujuh saja, Aku, Yudi, Bibon, Mas, Agus, Kasyi dan Asril, tak ada orang lain. Kami sengaja memilih berangkat di hari kerja, sebab bila datang dihari weekend, pasti disini lumayan ramai.

'Liburan gak harus dihari libur kan?'
Jangan menunggu Sabtu dan Minggu untuk berlibur, karena percayalah, berlibur tak pernah mengenal nama-nama hari.

Akhirnya kamipun sampai di Telaga Biru. Observasi dimulai.

Screenshot_20210328-123530.png

Dan saatnya menikmati indahnya ciptaan Tuhan.

Screenshot_20210328-123845.png

Screenshot_20210328-123712.png

Screenshot_20210328-123632.png

Screenshot_20210328-123624.png

Screenshot_20210328-123913.png

Puas berenang, melompat-lompat dengan berbagai gaya dan segala hal lucu lainnya. Kamipun beristirahat sejenak untuk shalat dan menyiapkan santapan makan siang.

Selesai makan, kami mencoba menelusuri mata air Danau ini dengan naik sedikit keatas. Sebab, penjaga parkir di barak kemarin menceritakan ada Goa yang menjadi sumber mata air Danau ini.

Screenshot_20210328-124014.png

Screenshot_20210328-124101.png

Tak jauh, hanya berjarak sekitar 20 meter, ditutupi oleh pohon besar berlumut, terlihat ada Goa Vertikal. Didalamnya berisi air yang sangat biru yang mengalir lembut. Kami terkesima dengan seramnya bentuk Goa ini. Tapi kami tetap masuk perlahan kedalamnya, untuk melihat lebih jelas. Beberapa kelelawar beterbangan merasa terusik dengan kehadiran kami.

Ingin cemplung dan berenang merasakan air birunya, tapi agak sedikit ragu. Karena takut akan bahayanya, ular, anakonda, dan hayalan lain sebagainya.

Tapi seperti kata entah siapa 'Aku suka mencoba segala hal baru, tapi tidak untuk Narkoba'.

Screenshot_20210328-124335.png

Screenshot_20210328-124223.png

Salam Manis

Videonya ada di channel Youtube saya.
Berikut linknya :

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kruuu semangat

Beu meuhasee....😅

keren banget, banget keren...