Ganja boleh nista di mata sebagian besar orang yang berpikir bahwa ia hanya diisap untuk kemudian mabuk dan mendadak bodoh. Padahal, bodoh tolol sudah manunggal sedari hari pertama sekolah. Apalagi sekolah yang bernafsu mendisiplinkan pikiran, imajinasi dan tindakan masa kanak dan remajamu.
Mengisap ganja untuk tujuan relaksasi masih dominan dilakukan. Sambil gitaran dan ngobrol hepi-hepi sepanjang hari merupakan tujuan utama setelah pulang kantor dan menyelesaikan satu masalah kehidupan. Misalnya mencari nafkah dan mengurus kartu BPJS. Bukan menghisap ganja kemudian berangkat ke kantor.
Tapi tak semua orang Aceh adalah ganjaholic. Satu dua saja yang candu. Selebihnya bersikap netral dan pembenci utama. Karena, bagi yang benci ganja, barang itu haram menurut hukum negara. Melalailenakan hingga malas mencari nafkah untuk keluarga. Entah ya, entah tidak. Aku pun tak tahu.
Sementara warung mie Aceh yang cukup tenar bagi pelancong dari luar tetap beroperasi dengan ganja sebagai daya tarik. Meskipun tak pernah ada yang melihat lansung racikan mie dibubuhi ganja. Entah itu biji, daun atau bunga. Mie bumbu ganja itu terkenal dengan sebutan "mie racing". Mungkin mengacu pada road race yang mana, si penikmat akan merasakan sensasi bagai naik motor balap dengan kecepatan 10 kali lipat dari kecepatan saat berkendara ke rumah paman di desa. Untuk bertemu dengan anak gadisnya yang jelita.
Kalau anda singgah di Banda Aceh, harus ada yang mentraktir seporsi mie Aceh racing tanpa campur daging. Warung itu terbuka untuk umum dan dijalankan tidak secara sembunyi-sembunyi seperti kedai minuman keras dan tempat-tempat 'mengasah pedang'. Warung itu berada dalam kota Banda Aceh dan saya tak akan menyebutkan namanya di sini demi sesuatu yang saya juga tak mengerti kenapa tak berani.
Saya sendiri belum berani mencoba cicipi mie racing itu. Karena beberapa kali diskusi dengan teman pengguna ganja, katanya, ini "katanya", ya; ganja tak bagus bagi tubuh apabila dikonsumsi dengan cara dimasak terlebih dahulu. Bisa merapuhkan gigi dan merontokkannya jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu lama. Ini sih katanya. Benar tidaknya, mana tau kita.
Walau demikian, beberapa teman dari luar Aceh yang pernah menikmati mie racing, pembawaannya biasa saja. Hanya tidurnya lebih pulas dan lebih awal dari biasanya. Satu-dua orang yang kondisi tubuh sedang tak normal, bumbu ganja itu bereaksi tak wajar hingga mengalami pening, berpikiran yang bukan-bukan hingga yang terparah, menyebabkan muntah dan lemas. Namun begitu, jika anda menanyakan lansung pada karyawan mie racing, mereka akan mengelak menjawab dan atau, membantah malu-malu.
Baru-baru ini, banyak ahli meneliti dan menghasilkan penelitian yang mengatakan, ganja mampu memberi efek medis terhadap COVID-19. Namun, sepertinya ganja di mata orang suci telah tercemar. Tak mampu lagi direhabilitasi nama baiknya. Dalam konteks ini, lebih cepat membersihkan nama baik seorang koruptor dibandingkan mengangkat marwah ganja untuk kepentingan medis. Butuh beberapa generasi jujur lagi agar manfaat medis ganja diakui.
Salam sayang untuk kamu semua