Hari Kemenangan: Masa Kecil oleh @ranesa70

in hive-193562 •  4 years ago 

IMG20210404163233.jpg

Jika ada pertanyaan, masa lalu apa yang paling indah dalam hidupmu? hampir semua menjawab masa kecil. Masa dimana dunia tidak seruwet rambut kusut Nenek Ipah yang disimpan dalam kantong plastik bertahun-tahun setiap kali menyisir rambutnya.

Pada masa kecil apa pun bisa diciptakan dengan imajinasi, seperti merentangkan tangan sambil berlari seolah-olah sedang terbang bagai pesawat. Begitu juga bagi Delon kecil, apa pun dapat ia ciptakan dengan mudah menjadi sesuatu yang ia suka. Tulang daun pisang bisa menjadi kuda atau senapan serdadu dengan hanya menekuk dan menyimpulkan ujungnya.


Pernah suatu hari, sepulang dari solat tarawih Delon mengajak teman-temannya ke ladang milik Nenek Ipah, ladang yang baru saja panen masih menyisakan batang-batang jagung. Seorang temannya bernama Ipul sudah diberitahu setiap gerakan yang akan ia araksikan jika tangannya mengibaskan ke samping, maka Ipul harus jatuh ke samping, Jika tangannya seolah mendorong ke depan, maka Ipul jatuh ke belakang.

Atraksi segera dimulai, selain Ipul teman-teman yang lain berperan sebagai penonton. Delon merentangkan tangan ke atas, seolah sedang mengumpulkan tenaga dalam, kemudian menarik kembali ke samping dadanya sambil kakinya membentuk kuda-kuda dan mulutnya komat-kamit. Pada hitungan ketiga, tangan Delon mendorong ke depan, Ipul pun jatuh tersungkur ke belakang tubuhnya. Begitu juga saat tangan Delon digerakan ke samping, Ipul terpelanting ke samping. Semua penonton melongo melihat atraksi Delon.

Seorang anak lelaki menghampiri Delon, anak lelaki itu paling ditakuti oleh teman yang lainnya, siapa pun akan menuruti perintahnya, kalau tidak jadi bulan-bulanan anak buah Sukri. Ya Sukri namanya yang terkenal nakal di kampung itu.

“ Diam-diam jagoan juga kau rupanya” Sambil menepuk pundak Delon.

“ Tidaklah, mana mungkin aku jagoan, aku hanya sering mai-main tenaga dalam bersama Ipul” Jawab Delon.

“ Apalagi keahlianmu selain yang tadi kamu pamerkan?” Tanya Sukri seolah ingin tahu sehebat apa ilmu Delon.

“ Tak ada, aku hanya sering menginjak tanah sebanyak tiga kali” Jawab Delon

“ Coba kau praktekan!” Perintahnya pada Delon.

“ Tidak mau, nanti kau menyesal” pungkas Delon.

“ Ayo lakukan, aku tak akan menyesal” Perintah Sukri dengan nada tinggi.

“ Baiklah jika kau penasaran” Sahut Delon.

Sukri mundur beberapa langkah menjauhi Delon, Delon pun bersiap-siap dengan berdiri tegap dan tangannya dilipatkan kedada saling silang. Suasana hening dan tegang saat mulut Delon komat-kamit, yang terdengar degub jantung oleh masing-masing penonton.

Dug, dug, dug suara tanah yang diinjak kaki Delon. Wajah penonton semakin tegang, mata mereka tak lepas menatap Delon. Tiba-tiba, muncul Ular Sancan besar dari semak belukar, berdesis, kulit sisiknya yang kuning dan hitam terlihat mengkilap, seketika itu penonton lari teririt-birit, begitu juga dengan Sukri dan Ipul. Delon terpana memandang ular, wajahnya pucat, kakinya tak dapat digerakan seolah ikut terpaku. Ular itu kaget melihat banyak orang dan berlarian, dengan cepat tubuhnya meliuk meninggalkan ladang Nenek Ipah.

Melihat ular pergi menjauh, napas Delon terengah-engah dengan setengah sadar ia berlari menuju rumahnya menabrak pagar dan pintu, lalu masuk kamar bersembunyi dibalik selimut sambil gemetaran.

Melihat tingakah anaknya yang tak biasa pulang dari masjid, Mak Iloh terheran-heran, lalu menghapiri Delon.

“ Ada apa Nak?

“ Ada ular Mak” Jawab Delon

“ Di mana?” Tanya Mak Iloh

“ Itu di situ!” Jawab Delon

“ Mana?” Tanya Mak Iloh penasaran, lalu naik ke atas ranjang Delon.

“Itu... di ladang Nenek Ipah” Jawab Delon dari bawah selimut.

“ O... kirain di rumah” Mak Iloh bernapas lega, kemudian turun dari ranjang.

“ Delon takut Mak!” terdengar suara Delin parau.

“ Sudah, sudah ga perlu takut, kamu sudah di rumah” Kata Mak Iloh sambil keluar kamar mengambil minum untuk Delon agar tenang.


Keesokan harinya, anak-anak yang menyaksikan Delon semalam unjuk kebolehan berkerumun menghampiri Delon, termasuk Sukri juga Ipul.

“ Kamu hebat” Kata Sukri sambil menepuk punggung Delon. “ Mulai sekaran, kamu jadi ketua kami, kami akan menuruti apa yang kamu mau” Lanjut Sukri.

Semua anak-anak yang berkumpul mengangguk, kemudian serempak mereka mengatakan setuju, sementara Delon dan Ipul saling pandang dan saling melempar senyum.

Bedug magrib terdengar dari masjid, anak-anak mengikuti Delon dan Sukri dari belakang berduyun-duyun. Di akhir Ramadan Delon menjadi pemimpin anak-anak kampung, dengan begitu Ipul tak lagi menjadi bulan-bulanan Sukri setiap hari.

Usai buka bersama seluruh warga kampung di masjid kemudian solat isya Delon dan semua anak kampung merayakan malam Idul Fitri dengan menyalakan bambu menggunakan mesiu karbit yang sudah dipersiapkan siang hari. Suasana malam Idul Fitri pun meriah, bukan hanya dari kampung Delon, terdengar juga suara letusan bambu dari kampung sebelah.


Langit sore hari tersepuh rona senja tembaga, berhias taburan awan dengan berbagaj bentuk, diiringi simphoni daun bambu yang berkrisik. Delon menatap mesjid juga halaman sekitarnya yang tidak banyak berubah. Senyum pun mengembang teringat masa kecilnya yang tidak pernah terlupakan, masa yang penuh imajinasi telah menghantarnya menjadi pemimpin anak kampung. Sejak Delon menjadi ketua, anak-anak kampung tak ada lagi yang tertindas oleh Sukri, mereka hidup rukun saling gotong royong bermain bersama. Hingga satu persatu dari mereka meninggalkan kampung untuk menempuh pendidikan, ada juga yang bekerja di kota.

Delon pun baru tadi siang tiba dari kota untuk merayakan Idul Fitri bersama Mak Iloh yang kini sudah renta.
Dari belakang Sukri menepuk punggung Delon,Sukri kini menjadi Lurah di kampung. Meski punya pengalaman yang bandel dan nakal, hasil dari persahabatan mereka membentuk Sukri menjadi pemimpin yang bijaksana juga disegani warga.

“ Ayo, kita ke mesjid, jangan sampai keduluan warga” Ajak Sukri kepada Delon.
Mereka beriringan menuju Mesjid, di depan pintu mesjid Ipul menyambutnya, Ipul yang dulu sering dibuli Sukri kini menjadi ustad, mengajar anak-anak ngaji juga berdakwah ke berbagai daerah.

Tiga orang sahabat itu, kini bertemu lagi di malam Idul Fitri, di malam yang pernah menyatukan mereka. Tak lama kemudian warga yang lain pun datang, beberapa diantaranya orang-orang masa kecil bersama, mereka semua saling membawa cerita tentang kehidupannya di kota juga tentang masa kecil.

Usai solat isya dan buka bersama, orang-orang dari masa kecil menuju halaman masjid, mereka menyalakan bambu sebagai tanda hari kemenangan telah tiba. Sorak sorai terdengar saat bambu mengeluarkan dentuman, meski mereka bukan lagi kanak-kanak, tapi tingkah laku mereka mirip saat masih anak-anak. Sukri, Ipul juga Delon menyaksikan mereka yang bahagia mengingat masa kecil di teras masjid.

Takbir pun berkumandang menyambut Idul Fitri.

@ranesa70

Meskipun telat kirim tetap berpartisipasi memeriahkan kontes menulis cerpen di @ksi 😄

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Jadi rindu temen-temen kecilku,
Nice one. ✨

pasti punya kenangan indah ya, semasa kecil bersama teman-teman 😊