"At night a candle's brighter than the sun..."
(Gordon Sumner - Englishman in New York)
Apa yang dipikirkan Gordon Sumner saat mengungkap kalimat itu? Bagaimana kalimat itu bisa muncul dalam benaknya? Seberapa terhenyak engkau saat mendengarnya dalam lantunan Englishmen in New York?
Untai kalimat yang punya faktor ‘wow!’ Sederhana tapi jitu mengena, lugas memungkas, indahnya sungguh dalam membedah.
Cuma untuk mengungkap bahwa besar-kecil cahaya bukanlah soal. Lingkar-waktulah yang menjadikannya berperan. Binar mentari yang bersinar di siang sungguh tersingkir pendar lilin yang menebar repih di malam.
Sebegitu berkuasa daya Sang Waktu…
Sedemikian abai aku pada kenyataan yang melintas berulangkali tanpa sejenak singgah di ruang pikir. Momentum yang berkuasa. Menentukan peran tiap hal serenik COVID-19, seupil dimensi bahkan secuplik peristiwa.
Laksana nyaring-lantang teriakan saat komunikator dan komunikan berkomunikasi dari jarak-jauh, entah jauh tubuh, entah jarak hati. Seumpama bisik-basah-mesra sepasang pecinta dalam frekwensi kasmaran; saat kalbu telah lekat melampaui dekat.
Lantas, berapa decibel bising yang mesti meluap tercurah saat penguasa tuli akibat telinga tersumbat hasrat pribadi?
“Jika Iblis melihatmu, ia pasti akan tersenyum karena kau lebih culas darinya!” ujar Ertugrul Ghazi pada Kurdoglu.
