Steemit makin canggih. Postingan tertata dalam komunitas mana yang kita ikuti. Tak seperti dahulu. Hanya tagar mengklasifikasi postingan. Tumbuh dan berkembangnya komunitas yang diikuti ribuan orang, menyemarakkan steemit. Postingan makan di @steemfood, postingan di @steemsea tentang rutinitas sehari-hari. Semua mendapat ganjaran setimpal dengan up-vote sesuai kadar. Ada beruntung ada yang woe soh.
Menulis dengan iming-iming uang memang mendebarkan. Bagai jatuh cinta setelah aqil baligh. Rasanya ingin posting sejam sekali biar pundi-pundi SBD penuh dan lansung bisa dirupiahkan. Mana pulak lagi mahal-mahalnya. Gila!
Namun, menulis paling asik itu ya di komunitas #indonesia. Tanpa perlu memperkenalkan diri dengan selfie, kemudian mempostingnya di kolom komentar kurator hingga mendapat lencana verifikasi. Laksana mengurus berkas kependudukan di kantor kecamatan era orde baru deh ribetnya. Tapi kesabaran itu kan membuahkan hasil jika di-up-vite aja 20% sama kurator komunitas. Sekali lagi, jika sedang beruntung!. Kalau tidak, yaaa sabar!
Di komunitas Indonesia, hingga sejauh ini tak ada yang mendaku diri sebagai kurator atau pun pemimpin sekte. Atau saya yang kurang info.
Komunitas Indonesia bagaikan rumah kosong yang dibiarkan secara natural terbengkalai. Bagi saya lebih baik dari pada banyak penghuni dan bising. Kan kita anak indie. Menyintai sunyi dengan secawan kopi.