Di Masjid Baitul A'la Lil Mujahidin, Beureunun
Membaca postingan @levycore saya jadi tertarik untuk ikut nimbrung dalam kontes ini, minimal bisa meramaikan alias ikut serta sebagai rombongan intat linto. Soal nantinya saya menang atau kalah adalah soal biasa, tergantung garis nasib; menang tak jemawa dan kalah tak kecewa.
Tapi sebelumnya, secara pribadi saya sangat mengapresiasi kontes ini. Di musim-musim "kering" seperti ini keberadaan kontes akan menjadi hiburan tersendiri, khususnya kepada para pemburu Crypto di platform ini. Semoga saja kontes ini bisa menjadi alat pecut bagi Steemian lainnya untuk membuat kontes serupa.
Baik, sekarang kita fokus ke substansi kontes, yaitu tentang cerita Ramadhan, bulan suci yang dalam beberapa hari ke depan akan segera berakhir.
Sebagai Muslim kita tentu sepakat bahwa Ramadhan adalah bulan suci, bulan yang penuh dengan keberkahan, magfirah dan rahmat. Bulan yang di dalamnya ada satu malam yang disebut lailatul qadar. Singkatnya Ramadhan adalah momentum untuk meningkatkan kualitas ibadah demi mencapai maqam taqwa. Ini dalam perspektif teologis.
Sementara dalam perspektif sosiologis, Ramadhan adalah bulan untuk saling berbagi dan membantu satu sama lain. Di bulan ini kita diajarkan untuk menahan lapar dan nafsu sebagai medium untuk turut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang kurang mampu ~ yang mungkin hampir setiap hari harus mengikat perut menahan lapar. Terlebih lagi saudara-saudara kita di Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman yang tidak hanya kekurangan makanan tapi juga saban hari diserbu peluru.
Singkatnya, puasa adalah momentum untuk mensucikan diri sekaligus menumbuhkan sikap peduli kepada sesama.
Nah, bagaimana dengan cerita Ramadhan yang menjadi tema kontes ini?
Jujur saja dalam bulan suci ini saya merasakan dua hal yang saling bertubrukan satu sama lain. Artinya saya merasakan dua hal berbeda dalam bulan Ramadhan kali ini. Di satu sisi hal menyenangkan dan di sisi lain ada juga pengalaman pahit, di mana keduanya menjadi kesan tersendiri bagi saya di bulan suci ini.
Pertama, saya merasakan nikmat yang cukup besar di bulan Ramadhan kali ini, di mana saya sudah mulai bisa berpuasa kembali.
Kondisi ini berbeda dengan Ramadhan sebelumnya, di mana saya sama sekali tidak bisa berpuasa setelah didiagnosa GERD alias asam lambung.
Saat itu saya hanya bisa berpuasa satu hari saja. Saya merasakan kesedihan yang teramat berat karena gagal berpuasa walaupun sudah beberapa kali mencoba. Sampai akhirnya saya harus membayar fidyah, karena untuk mengqadha saya juga tidak mampu. Secara syara' saya harus membayar fidyah karena ketidaksanggupan saya untuk mengganti puasa yang tertinggal itu.
Ramadhan tahun lalu, tidak bisa berpuasa, hanya menemani anak-anak berbuka di rumah
Namun setelah berobat dan berikhtiar penuh keyakinan akhirnya di bulan Ramadhan kali ini saya bisa berpuasa kembali, meskipun sempat "bocor" beberapa kali. Tapi, saya sangat bersyukur karena telah mengalami perkembangan yang cukup baik dibanding Ramadhan sebelummya.
Bagi saya pribadi Ramadhan kali ini memiliki kesan mendalam karena saya bisa berpuasa kembali seperti Muslim pada umumnya. Hal ini juga menjadi pengalaman terbaik bagi saya. Saya merasa doa dan usaha yang saya lakukan selama ini telah mendapat sahutan dari Tuhan, penguasa jagat raya.
Di bulan Ramadhan ini saya juga sudah bisa mengikuti acara buka puasa bersama, baik di rumah, di kedai kopi atau pun di masjid. Berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana saya hanya bisa menetap rumah. Kala itu saya tidak mungkin ikut buka puasa bersama karena saya sendiri tidak berpuasa.
Memasang batu nisan di kuburan ayah di bulan Ramadhan
Karena itu, Ramadhan kali ini menjadi sangat spesial bagi saya, bukan saja soal makanan enak atau momen buka puasa bareng, tapi kesan termanis adalah kemampuan saya untuk kembali berpuasa seperti orang-orang.
Itu yang pertama.
Selain itu, selain pengalaman manis, di bulan suci ini saya juga mendapat pengalaman yang lumayan pahit; saya gagal mendaftar beasiswa untuk melanjutkan studi S3.
Tentunya kegagalan ini bukan disebabkan oleh Ramadhan, tapi oleh sistem birokrasi Pemerintah Aceh yang begitu rumit dan menyebalkan.
Saya mendaftar beasiswa via website BPSDM. Tapi fatalnya website pemerintah itu tidak merespons saat saya mengisi dan menyimpan dokumen.
Sadisnya lagi, komplain yang saya ajukan kepada panitia melalui WA juga tidak mendapat respons dari mereka sehingga saya pun gagal mendaftar. Tentang hal ini juga sudah saya tulis di website saya khairilmiswar.com.
Insiden ini juga menjadi kesan yang tidak akan terlupakan dalam momen Ramadhan kali ini. Dan sekali lagi saya tegaskan bahwa insiden ini bukan disebakan oleh Ramadhan, hanya saja kejadian ini terjadi di bulan Ramadhan.
Gagal mendaftar beasiswa Pemerintah Aceh
Kesimpulannya, di bulan suci ini saya mengalami dua hal. Di satu sisi saya bersyukur mendapat nikmat karena bisa kembali berpuasa dan di sisi lain saya mendapat ujian karena gagal mendaftar beasiswa.
Demikian pengalaman saya di bulan Ramadhan kali ini yang mungkin berbeda dengan pengalaman teman-teman Steemians lainnya.
Di Masjid Agung Bireuen
Moga sehat selalu aduen @tinmiswary, jaga makanan biar asam lambungnya tidak kumat lagi. Soal study S3 akan tiba pada masanya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Amin. Tengkiyu Bang @isnorman 😊
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Semangat bg
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit