PPG Online yang Membosankan

in hive-193562 •  4 years ago 

IMG20210613125640.jpg

Sudah seminggu lamanya saya mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) PAI (Pendidikan Agama Islam) secara online alias daring. Meskipun baru seminggu, saya sudah mulai merasa bosan karena harus duduk berlama-lama di depan layar komputer. Selain membuat mata perih, juga membuat punggung sakit.

Rasa bosan kian memuncak ketika saya membayangkan bahwa PPG ini akan berlangsung selama tiga bulan ke depan. Namun karena sudah terlanjur mengikuti dari awal, mau tidak mau harus saya selesaikan, meskipun cukup membosankan.

Awalnya saya tidak tertarik dengan PPG ini, meskipun ketika lulus nantinya akan mendapatkan tunjangan sertifikasi sebesar jumlah gaji satu bulan atau dengan kata lain gaji kita akan dibayar dua kali lipat. Ketidaktertarikan ini disebabkan karena saya merasa tidak mampu untuk mengajar selama 24 jam seminggu. Saya pikir, biar gaji sedikit saya bisa mengajar dengan santai.

IMG20210613125709.jpg

Namun melihat praktik di lapangan bahwa guru non sertifikasi juga diwajibkan mengajar 24 jam, maka pikiran saya berubah. Saya pikir ini tidak adil karena guru non sertifikasi diberi beban yang sama dengan guru sertifikasi, sementara pendapatan yang diperoleh berbeda.

Karena itulah kemudian saya memutuskan mengikuti Uji Kompetensi (UK) pada akhir 2019 dan lulus. Setelah lulus UK saya pun sudah memenuhi syarat untuk mengikuti PPG. Namun karena tidak lama kemudian pandemi Covid 19 mulai merebak di Indonesia, program PPG pun ditunda dan baru bisa dilaksanakan pada awal Juni 2021 di mana kita harus mendengar materi, membaca modul, membuat resume, berdiskusi dan mengikuti ujian secara online.

Jika diingat-ingat, saya tergolong terlambat mengikuti PPG dibanding teman-teman seangkatan yang sudah mendapat sertifikat dan gaji sertifikasi sejak empat atau lima tahun lalu. Keterlambatan saya ini disebabkan alasan yang saya sebut sebelumnya bahwa saya tidak mampu mengajar 24 jam.

IMG20210613125725.jpg

Selama ini saya mengajar 18 dan terkadang 20 jam seminggu, hanya berbeda tipis dengan guru sertifikasi yang mengajar 24 jam. Dan saya mendapat tunjangan non sertifikasi hanya sebanyak 250 ribu perbulan, berbeda jauh dengan guru sertifikasi yang mendapat tunjangan sejumlah satu kali gaji.

Namun begitu saya tidak pernah menyesal tidak mengikuti PPG dari dulu, meskipun saya sudah mengajar selama 18 tahun, karena keputusan itu lahir dari kesadaran saya sendiri yang memang belum sanggup mengajar minimal 24 jam dalam seminggu.

Dan, selama beberapa bulan ke depan, meski membosankan saya akan berusaha menyelesaikan PPG ini dan semoga pula bisa lulus dan mendapat sertifikat. Jika pun nantinya tidak lulus, maka itu adalah takdir yang tidak bisa ditolak.

IMG20210613125823.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!