Saya mulai menyukai kopi pada awal-awal masuk kuliah di Banda Aceh pada tahun 1999. Menyukai di sini tidak sekadar bermakna "pernah minum" atau "mulai minum."
Kalau sekadar pernah atau mulai minum, saya justru sudah melakukannya sejak kecil. Sejak sekolah dasar saya sudah mulai minum kopi buatan almarhumah ibu di rumah. Dan itu sudah lama sekali, mungkin sejak usia saya 7 tahun.
Namun makna menyukai di sini adalah awal mula terbangunnya keakraban dengan cairan hitam yang rasanya manis pahit dan asam itu, di mana kondisi itu baru dimulai sejak saya menginjakkan kaki di ruang kuliah, 22 tahun lalu.
Sejak saat itu, aktivitas minum kopi tidak lagi sekadar untuk melepas dahaga atawa menambah cairan tubuh, tapi saya sudah mulai meresapi dan menikmati minuman itu dengan segenap rasa dan penghayatan, di mana tiada hari tanpa kopi.
Sejak saat itu pula saya mulai "taat" dan amat sering ke kedai kopi. Dalam sehari bisa sampai 5 kali saya keluar masuk warung kopi dan sekurang-kurangnya 2 kali sehari.
Saat kuliah, "ritual" minum kopi tidak saja berlangsung di warung, tapi hampir setiap malam pula saya membeli kopi dalam kantung plastik alias kopi bungkus untuk dibawa pulang ke kos.
Kopi bungkus itu kami nikmati ramai-ramai sambil main catur, main "batu" atau saat berbincang rabutu sekadar menghabiskan waktu sampai larut malam.
Aktivitas semacam itu terus berlanjut sampai saya selesai kuliah dan kembali ke kampung. Ketika di kampung, sebelum berangkat ke tempat kerja, saya biasanya meneguk kopi terlebih dahulu di warung yang tak jauh dari rumah. Sesampai di tempat kerja, ketika istirahat, saya juga menikmati kopi di sana.
Keluar kerja, saya tidak langsung pulang ke rumah, tapi saya menuju ke kota Bireuen atawa Matangglumpangdua untuk minum kopi bersama teman-teman sambil cang panah sampai sore dan sering pula sampai malam dan bahkan larut malam. Itulah sebabnya, ke mana pun saya pergi, selalu saja membawa tas yang berisi buku, laptop, kain sarung dan baju ganti.
Selain bersama teman, terkadang pula saya menikmati kopi sendirian di warung-warung itu. Minum kopi sendirian ini saya lakukan pada saat saya perlu untuk menulis. Meskipun sebenarnya saya bisa saja menulis sambil berbincang dengan teman, namun bagi saya perilaku semacam itu kurang beradab karena fokus saya akan terbelah antara melihat laptop atawa memandang teman.
Kegiatan minum kopi ini terus berlanjut sampai munculnya warung-warung kopi modern yang menyajikan Kopi Espresso. Sejak kehadiran warkop modern itu, dalam sehari terkadang saya menghabiskan tiga atau empat gelas Espresso.
Alhasil, aktivitas minum kopi ini, mulai dari kopi saring sampai Espresso telah saya lakoni secara lumayan ekstrem selama hampir 19 tahun, mulai tahun 1999 sampai 2018. Dan sejak 2018 saya kedatangan tamu istimewa bernama GERD alias asam lambung dan seketika itu pula saya meninggalkan aktivitas minum kopi sampai detik ini. Artinya sudah tiga tahun saya tidak lagi minum kopi.
Di awal-awal meninggalkan kopi memang terasa amat berat. Tapi secara perlahan saya pun berhasil lepas dari kecanduan kopi dan saya pun beralih ke minuman lain.
Namun begitu, saya masih tetap ke kedai kopi, untuk menulis atau berbincang, meskipun tidak lagi minum kopi.
kecanduan kita sama bg, kopi, dan penyakit kita sama juga bg.
berat sekali rasannya meninggalkan kopi, apalagi saya disarangnnya kopi, bener meriah takengon, tapi sampai saat ini saya tidak meninggalkan mengkonsumsi kopi, kecuali kopi robusta.
kopi bukan sumber penyakit kita bg, setahu saya pola makan dannpola hidup kita yang harus dirubah bg, saya dulunya tidak prnah sarapan pagi, tapi kini saya sudah merubah itu, jam tidur saya sudah mlai teratur, karena berpengaruh dengan pikiran kita, tidur akan mengistirahatkan motorik kita, saya bukan sok tahu bg, maaf sskali lgi, kopi adalah jalan infirasi bg saya, penganti bakong bg. mungkin bisa bermanfaat bg, coba dengan #coffeearabica jangan dulu mengkomsumsi kopi robusta.
salam kenal dari saya @fajar.perangin79
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ya, pada prinsipnya memang bukan karena kopi, tapi pola hidup. Pola hidup yg tdk teratur ditambah dgn konsumsi kopi berlebihan menyebabkan tubuh tdk seimbang. Tks atas komentarnya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit