Di hutan belantara yang jarang di jamah manusia, terdapat sebuah kolam yang airnya sangat jernih. Dasar kolam kelihatan hitam karena tersusun dari batu-batu berwarna hitam, dan airnya bersumber dari mata air yang ada di dasar kolam. Yang membuat kolam itu berbeda dengan kolam biasa adalah hampir semua hewan yang ada dihutan menjadikan kolam tersebut sebagai tempat pelepas dahaga dan yang lebih anehnya lagi hewan-hewan penghuni hutan yang saling membunuh tapi disekitar kolam mereka nampak akur tanpa saling menerkam satu sama lain. Rusa dengan harimau minum berdekatan, begitu juga dengan hewan2 lainnya, mereka tidak saling bermusuhan. Ketika mereka jauh dari kolam, maka harimau akan seperti aslinya, menjadikan rusa sebagai makanan begitu juga dengan hewan lain yang terkait dengan rantai makanan. Ini kisah nyata pengalaman teman saya ketika dia masuk hutan belantara di pedalaman sumatera. Dia diajak oleh kakeknya berburu sampai ke tengah hutan yang sangat lebat, disanalah mereka menemukan kolam tersebut. Saya sangat terkesan dengan cerita tentang kolam jernih di hutan belantara, bukan hanya sebagai tempat minum namun sebagai tempat damai bagi semua penghuni hutan. Saya menyebut kolam itu dengan KOLAM KEDAMAIAN.
Apakah benar atau tidak tentang adanya kolam ajaib atau kolam kedamaian itu, saya jadi teringat dengan kehidupan manusia di dunia, diantara satu dengan lain saling bermusuhan tapi pada saat tertentu mereka akan akur tanpa saling melihat kesalahan dan saling “menerkam” satu sama lain. Setahun sekali ummat Islam berkumpul di Mekkah melaksanakan haji dan mereka dengan hati yang senang meminum air dari kolam kedamaian dari sebuah sumur yang bernama “zamzam”. Disana tidak ada rasa benci dan permusuhan, tidak melihat perbedaan suku dan daerah dan tidak melihat perbedaan mazhab dan aliran. Mereka dengan akur berada dalam satu payung besar yaitu ummat Muhammad.
Setelah keluar dari “Kolam Kedamaian” tersebut, maka kembali kepada sifat alamiah manusia, muncul lagi naluri yang keluar dari otak Reftil, saling bermusuhan, merasa paling benar dan berusaha menghilangkan orang-orang atau aliran yang dianggap mereka “sesat”.
Pada lingkungan lebih kecil, sebenarnya Mesjid sebagai Rumah Allah bisa menjadi “Kolam Kedamaian”, disitu seluruh ummat bersatu, saling menghormati dan menghargai, tidak menjadi perbedaan sebagai bala akan tetapi menjadikannya sebagai rahmat sebagaimana yang selalu diinginkan oleh junjungan kita Rasulullah SAW. Tapi… sekali lagi tapi sangat disayangkan, mesjid terkadang menjadi alat politik bagi golongan tertentu untuk mempromosikan partainya, dan mimbar mesjid terutama hari jum’at menjadi media untuk menghujat dan sekaligus sebagai media untuk kampanye memenangkan salah satu kandidat.
Ummat Islam sendiri telah menjadikan mesjid yang semula menjadi kolam Kedamaian menjadi Kolam yang keruh, sehingga tidak bisa menghilangkan dahaga bagi ummat bahkan ummat menjadi sakit setelah meminum air dari kolam tersebut.
Mesjid, Surau atau Alkah Zikir hendaknya menjadi Kolam Kedamaian bagi seluruh ummat Islam sehingga dahaga Ummat akan terpenuhi dengan mengunjungi tempat tersebut setiap saat. Disana kita akan menemukan rasa damai dan keindahan persaudaraan yang selalu di impikan. Lebih jauh lagi, ummat Islam secara pribadi hendaknya menjadi kolam kedamaian bagi dirinya, bagi keluarganya dan bagi lingkungan sesuai kadar dan kemampuan masing-masing sehingga ummat Islam bisa menjadi Rahmat bagi seluruh alam sebagaimana yang di impikan oleh Rasulullah SAW.
Tentu hal ini memerlukan proses yang panjang dan terencana, dimulai dari diri sendiri yang membawa mata air kadamaian, dan dari mata air kedamaian yang dibawa masing-masing ummat ini akan mengisi kolam-kolam kedamaian diseluruh dunia, dengan demikian Rahmat Allah akan selalu mengalir tanpa putus-putusnya.
Ummat Islam hendaknya selalu berpegang kepada Tali Allah (Wasilah) sebagai sumber Power Murni yang berasal dari Allah dan power murni tersebut kemudian disalurkan kepada siapa saja yang memerlukan. Power Murni ini yang kemudian membuat hati luka menjadi sembuh, yang sakit menjadi sehat dan yang berduka menjadi gembira. Sentuhan cahaya Ilahi yang murni dari lubuk hati paling dalam ini akan bisa menjadikan dunia terang benderang sehingga bumi menjadi tenang dan kiamatpun akan jauh sebagaimana janji Allah apabila masih ada yang menyebut nama Allah maka tidak akan di kiamatkan dunia ini.
Besar harapan saya, dan saya yakin juga harapan semua yang membaca tulisan ini agar diantara kita semua ummat Islam yang mulia ini untuk bersatu, saling menyayangi dan mencintai dan saling memberikan doa baik diantara sesama kita, ikut berperan aktif menjadikan Mesjid, Surau, Majelis Zikir sebagai KOLAM KEDAMAIAN. Dari sana Insya Allah akan terbangun masyarakat yang kokoh, kuat dan ini akan menjadikan Islam sebagai agama yang cemerlang dan ummat ini menjadi Rahmat bagi sekalian Alam. Amin ya Rabbal ‘Alamin! (www.sufimuda.net)
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://cintaallahswt.wordpress.com/tag/akhlak/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
He he, but this good articel.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @azharm! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
You got a First Vote
You made your First Comment
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit