Antara Imam dan Iman

in imam •  6 years ago 

Tahun 2018 sudah berakhir tiga minggu lalu, tapi tidak dengan kesendirian ini. Sepertinya episode sepi masih akan berlanjut tahun ini setelah saya beberapa kali proses taaruf gagal berlanjut.
Mereka bilang aku terlalu memilih, padalah kriteriaku tak ada yang berlebih. Hanya berharap pria yang bertanggung jawab dunia akhirat. Kalaupun benar aku memilih apakah aku salah berhati hati untuk sesuatu yang tak ingin aku ganti?
Aku tahu usiaku tak lagi muda, untuk ukuran seorang wanita sudah sepantasnya aku berumah tangga. Segala cara telah kucoba, mengiyakan perjodohan sampai ikut taaruf di pengajian, tapi rupanya Allah belum juga berkenan.
Ah, seandainya mereka tahu bagaimana setiap malam aku habiskan dengan penuh kegundahan. Tak jarang mukaki terbenam di atas bantal meredam tangis setiap kali menerima kegagalan.
Terakhir kali aku berkenalan dengan seorang pria yang usianya lebih muda. Perbedaan waktu enam jam tak jadi penghalang, tak jarang aku harus bergadang demi bisa mengenalnya lebih dalam. Hamza namanya, seorang muallaf berkebangsaan Jerman, tapi pengetahuannya tentang islam jauh melampauiku, sampai aku malu setiap kali dia bertanya dan kujawab tidak tahu. Aku hampir jatuh cinta, bahkan mungkin sudah jatuh cinta, hatiku sepertinya sudah terbang ke Jerman tempat dia tinggal.
Aku selalu terpesona pada caranya menjelaskan ayat demi ayat dalam alquran, membuatku tersadar ternyata aku memiliki sebuah pedoman hidup yang lengkap yang selama ini hanya kujadikan pajangan, sesekali ku buka hanya untuk tadarusan tanpa tahu makna sebenarnya.
Tapi lagi lagi aku harus patah hati, bukan karena jarak atau pekerjaan Hamza, tapi karena jauhnya pemahaman kami tentang islam. Mungkin kali ini aku gagal mendapat seorang imam tapi setidaknya aku mendapat penguatan iman.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!