Dunia jurnalistik telah membawa saya bertemu dengan orang-orang hebat di Kota Lhokseumawe pada tahun 2013 sampai 2014, sekitar satu tahun saya menjadi kuli tinta di Kota Lhokseumawe, dimana saya juga menempuh pendidikan tinggi, di Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh.
Pertengahan tahun 2014, saya memutuskan pulang dan tetap menjadi kuli tinta di Kabupaten Bireuen, kabupaten dimana saya lahir. Setelah mengenal banyak pejabat dan kalangan dewan di Kabupaten Bireuen, saya pun mulai tertarik mewartakan berita lingkungan yang sering disampaikan anggota DPRK Bireuen periode 2014 s/d 2019, Suhaimi Hamid. Selain anggota dewan, dia juga merupakan penggiat lingkungan.
Setelah menulis berita tentang kerusakan DAS Peusangan yang terjadi di Kuta Blang, kegiatan penghijauan dan sederetan kegiatan lainnya yang dilaksanakan AGC, saya pun mendapat tawaran dari sang pimpinan Aceh Green Community, Suhaimi Hamid untuk menjelajah Krueng Batee Iliek pasca Batee Iliek di landa banjir bandang.
Karena tertarik dengan isu lingkungan, saya pun memutuskan ikut bergabung dengan para penggiat lingkungan yang ada di AGC. Disana saya pun mengenal Bang Azhari atau @arijuang M Nazar dan empat orang dari Komunitas Ranger Aceh.
Perjalan jauh dan melelahkan itu saya jalanin perlahan, pasanya beberapa tahun terakhir saya tidak pernah berjalan kaki dengan jarak mencapai puluhan kilometer. Namun pada hari itu, saya tetap berusaha kuat berjalan menelusuri jalan setepak di pinggir Krueng Batee Iliek itu.
Setelah perjalan melelahkan itu, akhirnya saya mendapat tawar untuk mengelola website www.acehgreencommunity.com, lagi-lagi saya menerima tawar tersebut dan akhirnya dinyatakan bergabung dengan AGC yang berdomisili di Bireuen, Aceh. Sejak berbagung dengan AGC, perlahan saya mulai meninggalkan dunia jurnalistik, dan saya mencoba konsisten di AGC untuk beberapa tahun kedepan, mengingat isu lingkungan kian besar dan banyak orang memusatkan perhatian terhadap isu lingkungan.
Salam Lestari
@abdulhalim