Beda Nama di Tiket, Saya Nyaris Gagal ke Kamboja - Ini Tips Ubah Nama

in indonesia •  7 years ago  (edited)

Seminggu menjelang keberangkatan saya ke Kamboja dan Vietnam, sebuah obrolan ringan tapi penting terhidang melalui layanan pengiriman pesan WhatsApp dengan seorang kawan. Kami diskusi soal nama yang tercantum pada tiket berbeda dengan nama yang tertera pada paspor. Saya sempat khawatir, urusan sepele begini bisa membuat saya batal berangkat. Memang, tiap kali berurusan dengan hal-ihwal administrasi, masalah selalu saja muncul. Ini berkaitan dengan 'Al Mubarak' di depan nama saya.

IMG-20180109-WA0056.jpeg

Jauh hari, yaitu pada Juli 2017, teman saya membeli tiket Air Asia dengan harga promo. Boleh dibilang sangat murah. Ketika mulai melakukan pemesanan tiket secara online, dia menuliskan nama Taufik Al Mubarak pada kolom penumpang. Selama ini, nama inilah yang lebih familiar di telinga kawan-kawan. Dia sama sekali tidak tahu bahwa pada paspor lama saya yang sudah kadaluarsa, nama saya tertulis Taufik. Ketika saya memperpanjang paspor, nama itu masih juga digunakan pada paspor baru. Nama ini merujuk pada akte kelahiran maupun pada ijazah saya.

Nama di paspor cuma Taufik saja, apakah bermasalah?
Oman, bermasalah nanti. Nama di paspor seharusnya Taufik Al Mubarak.

Kan dulu sudah pernah saya bilang, isi saja dengan Taufik
Iya, tapi biasanya nama pada paspor itu nama lengkap

Di paspor saya namanya memang cuma Taufik, sesuai dengan akte kelahiran
Itu harus minta dikoreksi segera, biar tidak bermasalah. Nama di KTP bagaimana?

Nama di KTP ya Taufik Al Mubarak. Ada rencana mau saya ganti memang
+-Capek kalau itu urusannya. Jangan diganti dulu

Capek bagaimana
Takutnya pas minta lihat KTP.

Jadi gimana?
Tidak tahu juga. Bilang saja ada penyesuaian nama. Sayang kalau tiketnya hangus. Beli lain harganya lebih mahal.

Diskusi itu pun jadi panjang. Akhirnya, kami sepakat untuk menghubungi pihak Air Asia. Saya hanya mengatakan, "Nanti setelah saya ambil paspor baru kita urus masalah nama pada tiket." Pada Selasa (9/1), paspor baru saya pun siap. Nama yang tercantum di situ persis sama dengan paspor lama.

Sebelum saya menghubungi call center Air Asia Indonesia, saya mencoba browsing di internet apakah ada kasus seperti yang kini saya alami: yaitu soal nama yang tertera pada tiket beda dengan di paspor. Rupanya, saya tidak sendiri, karena sebelumnya banyak yang mengalami kasus seperti ini. Saya sedikit lega karena sangat yakin saya bisa mengoreksi nama pada tiket agar sesuai dengan yang tertulis pada paspor.

Saya pun menghubungi call center Air Asia Indonesia. Setelah menunggu lama, suara wanita terdengar dari seberang. Kalian pasti sudah tahu bagaimana sapaan basa-basi orang yang bekerja di bagian custumer service. Saya ceritakan masalah yang saya alami. Dia hanya mengatakan bahwa jika nama yang harus diganti lebih dari tiga huruf, bagian call center tidak punya wewenang. Wanita itu menyarankan saya agar datang langsung ke kantor penjualan Air Asia. Kalau di Aceh, katanya, bisa datang langsung ke loket Air Asia di Bandara Sultan Iskandar Muda.

Namun, sebelum saya memutuskan pergi ke Bandara, malam harinya saya lebih dulu menanyakan soal pergantian nama di tiket ini melalui akun Twitter resmi Air Asia untuk dukungan pelanggan, @AirAsiaSupport.

"Hi, how do I change the name on the ticket to match the name on the passport? Thanks @AirAsiaSupport". Jangan kalian pikir saya menulis langsung kata-kata itu di timeline-nya AirAsiaSupport, karena untuk urusan ini saya dibantu oleh penuh oleh Google Translate.

Beberapa menit berselang (saya tidak menghitung pasti), pihak Air Asia pun merespon kicauan saya di timeline mereka. "Hi There, may we have the booking number and screenshot of the passport copy for correction. -Prabu".

Saya tidak langsung menuruti permintaan mereka. Soal beginian saya pasti tidak akan gegabah menulis nomor booking dan screenshot paspor saya. Saya paham risikonya. "Is it safe to let me know the booking code and post a passport screenshot through this timeline?"

Lalu, dibalas lagi, "Kindly share the booking number and passport copy through DM. Thanks-Sha." Karena balasan ini saya terima sudah larut malam, saya pun tidak meresponnya lagi. Lagi pula saya sudah ngantuk sekali, dan ingin cepat-cepat tidur.

Screen Shot 2018-01-11 at 8.13.38 PM.png

Kamis (11/1) siang, saya dan seorang teman berangkat ke bandara seperti saran custumer service Air Asia. Saya bawa semua berkas untuk berjaga-jaga seperti akte kelahiran, ijazah, paspor dan KTP. Di bandara, saya langsung menuju loket Air Asia, dan saya sempat melihat gantungan tulisan "Close". Di depan loket sedikit sepi. Lalu, saya mengintip dari kaca. Ada dua petugas di sana, satu cewek dan satu cowok. Kami pun masuk ke dalam. Saya ceritakan masalah yang saya hadapi, dan petugas cowok pun mengambil selembar kertas dan mulai menggandakannya di mesin printer yang juga berfungsi untuk fotocopy.

Untuk mengubah nama, dia menunjuk pada kertas yang dipegangnya dan disodorkan ke hadapan kami, kami harus mengisi form tersebut. "Form ini bisa kalian isi melalui Hp dengan mengakses link e-form," kata dia. "Jadi, nama di tiket tidak bisa diubah di sini?" tanya teman saya yang duduk di sebelah kanan saya. "Sekarang tidak bisa lagi, karena dulu ada masalah," sambungnya. Saya mulai ragu. Harapan untuk mengubah nama di loket bandara sedikit memudar.

Saya bilang sama mereka, bahwa sebelum ke bandara, saya sudah memberitahu hal ini melalui akun Twitter AirAsiaSupport di mana saya diminta mengisi kode booking dan melampirkan screeshot paspor. "Oh ya, selain mengisi form kalian juga bisa menggganti nama melalui akun Air Asia support di Twitter," timbal petugas cowok itu.

Keluar dari loket itu, saya sempat berbisik pada kawan. "Kalau tahu begini, ngapain juga kita jauh-jauh ke bandara." Sang kawan pun ikut mengiyakan. "Iya, mending kita isi di warung kopi saja," jawabny. Lalu, kami menuju warung kopi Chek Yuke yang berada di samping areal parkir. Saya memesan teh botol, sementara teman saya memesan kopi. Saya buka handphone, dan melihat kembali balasan dari akun Twitter @AirAsiaSupport. Saya kirim pesan langsung (Direct Message, DM) ke akun Twitter AirAsia dan melampirkan apa yang mereka minta seperti screenshot e-tiket yang ada kode booking-nya, plus screenshot paspor. Lalu, saya balas kicauan di timeline, "Please check DM."

Tak lama kemudian, mereka meresponnya. "Sure Taufik, we've corrected it now and recent the updated itinerary. Thanks. -Floi." Kami pun menunggu balasan dan pengiriman e-tiket baru melalui email. Benar saja, yang ternyata prosesnya benar-benar cepat. Sebuah email berikut e-tiket baru masuk ke email teman saya selaku pihak yang memesan tiket. Saya melihat di kolom penumpang, nama saya sudah menjadi Taufik (dan diulang dua kali). Ya, untuk nama yang hanya satu suku kata, penulisannya memang diulang dua kali.

Screen Shot 2018-01-11 at 8.15.36 PM.png

Saya lega bukan main. Soalnya, jika urusan nama ini tidak segera saya bereskan, rencana saya pergi ke Kamboja dan Vietnam bisa-bisa jadi berantakan (bahkan gagal).

Oh ya, satu lagi. Untuk Anda yang mengalami masalah seperti saya, misalnya ingin mengganti nama di tiket (dalam tulisan ini, tiket Air Asia) agar seperti nama pada paspor, kalian bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini.

Melalui e-Form Air Asia
Proses pergantian atau perubahan nama pada tiket (yang lebih dari tiga huruf) kalian bisa mengunjungi link e-form Air Asia (klik di sini). Setelah link tersebut terbukan, kalian diminta mengisi form dan memilih jenis masukan yang ingin Anda sampaikan. Karena kita akan mengubah nama di tiket, kita bisa pilih sub-kategori "Koreksi Nama". Begini penampakan form yang perlu kalian isi.

IMG_20180111_201632.jpg

Melalui Twitter
Jika Anda termasuk orang yang sedikit malas mengisi formulir, maka cara paling gampang adalah dengan menghubungi langsung akun Twitter Air Asia, dalam hal ini akun bagian layanan/dukungan melalui @AirAsiaSupport, seperti yang saya lakukan. Tulis kicauan di timeline mereka seperti yang saya lakukan, dan kalian akan mendapatkan respon yang sangat cepat. Nanti kalian diminta mengirimkan nomor booking tiket plus paspor. Urusan pun beres.

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat. Terima kasih.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Pakat lOn sidroe beh basir @putranaga

Welcome to Steemit, Basir. Kajuet posting siuroe saboh laju

Pengalaman yang sangat berguna bagi siapa saja. Untung bang @acehpungo sudah menuliskan pengalamannya di blog ini. Terima kasih, bg.

Terima kasih, Muhajir, jika posting ini dianggap bermanfaat

Waw keren mas..
Upvote balik ya mas

Siap...segera diupvote

Bereh.. asainbek puwoe awak disideh..

Man bek ta tes puwoe saboh keu droekeuh?

Na saja pokok jih. Yang jelas hana jelas

Man geutanyoe pajan yang ka tom jelas? Haha...soal Investasi jih karap na hasil beh

Ilong ku berangkat chit siat, jak sebeng-sebeng.

Screenshot (9).png

Oma, bagah neu berangkat droeneuh lom lagoe bg Irfan? Pue agenda nyan u Jawakarta? @vannour

Seulamat tgk taufik @acehpungo. Semoga banyak cerita dan gambar ttg hanoi akan mengisi halaman steemit nantinya

Mudah-mudahan Tgk Darman, semoga beutroh lagee ban hajat. Ta meudoa bek lale bak keumalon-keumalon, ka tuwo ta Kodak haha

asyik, jadi nih jalan-jalannya... have fun dan selamat berpetualang!

Pesan dari kk saya ingat terus, sekali pun ngeri-ngeri sedap membayangkannya. Insya Allah akan lebih hati2 nantinya

Postingan yang berkualitas terima kasih @acehpungo
Sudah saya upvote dan follow
Follow back y bg....
Salam kenal...

Baca pengalaman Mas Taufik, saya jadi ingat pengalaman mahasiswa UI yang mengambil mata kuliah Rhenald Kasali. Si mahasiswa diharuskan melancong (kecuali Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, dan Timor Leste) dan satu orang per satu negara. Tidak boleh dua. Mereka harus menetap di sana selama sebulan meskipun tidak mampu berbahasa Nepal, Islandia, Myanmar, Philippine, Jepang, Mongolia, dan lain sebagainya.

Membaca postingan @acehpungo kali ini saya berharap dapat membaca kisah manis perjalanan Mas Taufik tok he he

Jangan terlalu berharap Mr Edi, takutnya cerita perjalanan yang saya tulis tidak sesuai ekspektasi ha-ha