Penerbangan udara dari KLIA2 Kuala Lumpur ke Siem Reap, Cambodia memakan waktu selama dua jam. Kami mendarat di Siem Reap-Angkor International Airport sekitar pukul tiga sore waktu setempat. Bandara di Siem Reap ini merupakan salah satu bandara tersibuk dan populer di Kamboja. Turis asing memilih destinasi ini karena dekat dengan Angkor Wat, situs wisata sejarah yang paling ramai dikunjungi.
Aku tidak mengantongi satu dollar pun ketika masuk ke dalam gedung pemeriksaan imigrasi. Kulihat ada tiga mesin ATM di dekat pintu. Aku coba mesin ATM milik Cambodian Public Bank, dan kartu Permata milikku ditolak. Kucoba sekali lagi, juga ditolak. Aku pindah ke mesin ATM satu lagi punya Cambodian Asia Bank. Aku masukkan kartu dan mengisi PIN. Berhasil. Di mesin ini aku menarik uang 120 USD. Oh ya, untuk sekali transaksi kita dikenakan potongan $5.
Aku tidak mengalami kesulitan berarti ketika melewati bagian imigrasi. Namun, masalah kecil tetap saja terjadi, dan hal ini sudah sering sekali aku alami saat berurusan dengan imigrasi. Ketika menunggu antrian, seorang petugas di bandara mendekat, dan memintaku menuju meja petugas imigrasi yang sedang kosong. Aku menurut. Kuserahkan paspor dan kertas informasi penumpang yang kuterima saat di dalam pesawat.
Petugas mencoba bertanya sesuatu padaku, yang sialnya hanya mampu kubalas dengan ucapan "what". Bukan untuk berlagak sombong, kata itulah yang paling fasih kuucapkan. Aku sendiri tidak tahu bahasa apa yang digunakan petugas, apakah Khmer atau Champ (apa wajahku mirip orang Kamboja?). Jujur, tak satu kata pun yang diucapkan si petugas bisa kumengerti. Seperti robot gagal, aku hanya tahu satu gerakan ketika itu: menggeleng. Lalu dia memperlihatkan satu kertas yang alpa kulampirkan. "No," aku jawab singkat. Tiba-tiba dia menyodorkan kertas itu untuk diisi.
Ketika sedang mengisi kertas tersebut (temanku Riadi juga melakukannya), petugas lain mendekat. Entah bermaksud basa-basi, dia menanyakan kami dari mana. Ketika kami bilang "from Indonesia", dia hanya bilang, "Oh, Indonesia, no need visa!". Dia pun berlalu. Seusai mengisi form tersebut, kami kembali mengantri, dan satu persatu paspor kami dicap. Urusan di imigrasi Kamboja pun beres.
Di luar bandara, para sopir taksi, sopir tuktuk dan juga sopir bus bersahutan menawarkan tumpangan. Tapi, kami memilih bersantai dulu sejenak, sambil menghisap rokok. Sebelum meninggalkan bandara, hal pertama yang kami lakukan adalah mengganti kartu internet dan mencari mobil tumpangan. Kami memilih Metfone dengan kapasitas 3GB selama tujuh hari. Harganya lumayan murah, $3. Di Kamboja, jaringan koneksi internet sudah 4G.
Selanjutnya mencari taksi. Kami mendapatkan taksi yang cukup mewah, mobil Lexus. Teman kami Riadi yang sudah bosan memegang uang Bath membayar ongkos taksi ini seharga 400 Bath. "Ka han ek taba-ba le peng Bath nyoe. Memang agak muhai bacut ongkos jih. Kiban tapeugot teuma," katanya. Kami diantar ke Siem Reap Pub Hostel, melalui sebuah gang yang cuma bisa dilewati satu mobil. Jalan menuju hotel belum teraspal.
Tiba di hotel kami kaget. Hostel yang awalnya kami pikir sepi itu rupanya sangat ramai. Banyak bule-bule memilih menginap di sini. Aku sempat melirik sebentar ke arah kolam renang. Ya, ampun... banyak bule sedang berjemur di situ dengan pakaian seadanya, seperti di pantai Miami yang pernah kulihat dalam film itu. Sempat terbersit dalam hati, "bakal asik perjalananku kali ini."
Kami disebar dalam tiga kamar berbeda. Aku kebagian kamar D, Riadi kamar A, dan Nabil kamar B. Satu kamar berisi 12 ranjang, yang berbentuk dua tingkat. Kira-kira satu jam kami beristirahat di Hostel ini, Nabil mengajak shalat Ashar di Masjid, sekalian melihat-lihat rupa masjid di negeri yang pernah diperintah oleh Pol Pot itu.
Jarak antara Hostel ke Masjid cuma 1,5 km, dan kami memilih jalan kaki alih-alih naik tuktuk, gerobak becak yang ditarik dengan sepeda motor. Lebih kurang 15 menit untuk tiba di Masjid An Niekmah, masjid terbesar di Siem Reap.
Nama masjid ini ditulis dalam aksara Kamboja, Arab dan Inggris dengan warna kuning keemasan, warna yang sering kami lihat pada nama toko. Masjid ini berada di kampung Steung Thmey atau Sungai Baru dalam bahasa kita.
Di masjid ini shalat ashar. Seusai shalat, kami tak langsung pulang tapi memilih mengobrol dengan seorang jamaah masjid. Dari dia kami jadi tahu berapa populasi muslim di Siem Reap. Katanya, ada 351 kepala keluarga beragama Islam di sini. Sementara jumlah masjid lebih kurang 10 masjid yang lokasinya berjauhan. Si Datuk yang lupa kami tanya namanya itu turut bercerita bagaimana kejamnya Polpot saat berkuasa dulunya.
Kami menunggu adzan magrib. Jadwal shalat magrib di sini pukul 06.00. Nah, seusai shalat magrib, ada kejadian yang membuatku masih teringat bahkan ketika aku tidur di hostel. Masih kuingat tangan-tangan yang memaksaku berhenti merekam. [bersambung]
Perjalanan yang menarik bang @acehpungo Selain menikmati suasana sekitar bisa belajar cerita dari daerah setempat langsung, jadi tidak sabar kejadian apa yang terekam ini bang. saleum bang.. :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Paloew perjalanan kali nyoe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Upvote yaa..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Omen hai bak na bersambung lom. Tapi seru aja pas ke negara Islam minoritas Kita brrtemu sesama muslim.. Lebih terasa persaudaraannya..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Luar biasa, sang payah jak chiet
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nacan Han meuteumee balas koment sang kali Nyoe. Asai bek lale sampeng kolam mantong. Hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kalau ada oleh-oleh peninggalan Polem Pol Pot sebiji, bang. Hahaha
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mantap! @acehpungo.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Bang, ada pertanyaan khusus. Apakah bagian "bakal senang perjalananku di sini" tidak terbaca oleh seseorang?! Lol!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit