Jembatan 'Aborsi'

in indonesia •  7 years ago 

Hello, Steemians! Ketemu lagi denganku pada postingan keempat. Hayyah, baru empat aja kok udah bangga, yak? Hehe, boleh donk!

Hari ini, aku ingin cerita tentang sebuah jembatan yang sempat bikin aku menyerah untuk terus menggunakannya, karena terlalu menyedot energi dan menyebabkan lututku gemetaran dan keringat mengucur deras, dan sukses mengkonversi wangi tubuh menjadi tak lagi sedap wanginya saat tiba di kantor dan berinteraksi di ruangan ber-AC.

Aku menyebutnya Jembatan 'Aborsi'. Dan jelas ini bukanlah nama resmi yang diberikan kepadanya. Karena sebenarnya, secara resmi dia adalah jembatan penyeberangan yang dipakai para pengguna untuk menyeberang dari sebelah sini ke sebelah sana *halah, bahasane iki lo, rek! di Stasiun UI, Depok.

Sebenarnya ini sih bukan nama resmi, karena sesungguhnya, aku sendirilah yang menjulukinya. Namun, saking 'perih'nya rasa lelah dan tingginya perjuangan yang harus kita lakukan demi menaiki jembatan ini, tampaknya banyak pengguna yang sepakat menamakannya 'Jembatan Aborsi' untuk jembatan penyeberangan yang satu ini. Habis, semua pengguna merasa kewalahan sih.

Berlokasi di Stasiun UI (Universitas Indonesia). Aku secara serius pernah menghitung jumlah anak tangga yang harus kita lalui saat menggunakannya, dan terhitung ada 198 anak tangga yang harus kita tempuh untuk mencapai ujung sana maupun sebaliknya. Olala! Sebuah angka yang bagi anak muda mungkin biasa aja, sih, tapi bagiku, aih, ini mah melelahkan banget! Angka ini lebih kurang lo, ya, soalnya udah dua tahun ini aku tak lagi menggunakannya.

Jembatan Aborsi.jpg

Pingsan di puncak tangga

Bukan, bukan aku yang pingsan. Hehe. Tapi seorang ibu hamil, yang dengan susah payah harus menaiki anak tangga demi anak tangga, untuk bisa mencapai stasiun UI demi menumpang commuterline. Kejadian ini terjadi pada suatu pagi, di mana orang-orang memang harus bergegas, gercep untuk mencapai kantor. Yes, terjadi pada jam sibuk. Si bumil terengah dan harus terus melangkah. Napas yang saling berkejaran, menyebabkan asupan oksigen dan pengeluaran karbondioksida tak lagi seimbang, menjadikan napas tersengal dan akhirnya membuatnya jatuh terkulai. Suasana langsung ramai. Heboh.

'Kutukan demi kutukan' pun mengalir ke si perancang jembatan ini. Disertai komplen yang mengalir sambung menyambung.

"Ini perancangnya tega banget sih. Bikin anak tangga kok tinggi-tinggi gini, kan capek ngangkat lututnya! Mbok ya dibikin landai kayak jembatan lain napa? Tinggi juga, tapi landai, jadi ga kayak mendaki gunung yang terjal." Dan seterusnya.

Anyway, ini jembatan 'aborsi' emang bikin ilfil. Aku pernah mencoba beberapa trik demi menaklukkan anak tangga ini. Pernah meniru gaya para diplomat Turki (di kantorku), yang setiap menaiki anak tangga, mereka menggunakan aksi berlari. Katanya dengan berlari, kita akan lebih bertenaga dan ga merasakan lelah. Ok, aku pun mencobanya. Aku berlari menaiki 99 anak tangga sebelah sini, dan berhenti di puncaknya beberapa detik, lalu berlari lagi menuruni bagian sebelah sini hingga sampai di anak tangga terbawah.

Does it work, Al?
No! Haha. Ampyun. Mungkin karena aku sudah begitu 'membenci' si tangga UI ini kali ya? Jadi apapun cara yang aku lakukan, tetap akan membuat aku lelah. Hayati lelah, Bang!

Apalagi di saat terakhir itu, aku baru saja sembuh dari sakit dan dalam masa pemulihan di mana aku harus mulai masuk kerja. Hayyah, setiap pagi dan pulang kerja, melalui anak tangga demi anak tangga si jembatan 'aborsi' ini adalah my nightmare! Hiks...

Hingga kemudian, aku mengambil keputusan yang sebenarnya sulit. Aku lebih rela berenang di dalam lautan kemacetan dari Jalan Margonda Depok ke Jalan Rasuna Said, di Kuningan - Jakarta Selatan sana. Mengemudikan Gliv (nama mobilku) menuju kantor. Biarlah aku kejebak macet, daripada harus berlarian menaiki dan menuruni tangga jembatan yang satu itu.

Untungnya, kejadian itu hanya berlangsung kurang lebih 3 bulanan, karena setelahnya, aku memutuskan resign dari kantor. Eits, bukan karena lelah oleh jembatan 'aborsi' ini, lo, ya! Tapi karena family reason, di mana aku ingin menemani ibu merawat ayah yang terkena serangan jantung, di Bandung. Jadilah aku kembali ke Bandung hingga kini.

Well, steemians, itulah sekelumit ceritaku pagi ini. Kalo kalian, pernahkah dihadapkan oleh suasana seperti itu? Punya kondisi yang bikin ilfil seperti itu? Share yuk di kolom komentar.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kalau lagi hamil naik tangga ini bisa keguguran, hehehe

Teh @alaikaabdullah keren nama mobilnya Gliv :)

Hehe, saya punya kebiasaan memberi nama pada benda-benda kesayangan saya, Mba. Termasuk HP (smart-andro), Laptop (Macsy), Ipad (Paddy), dan si putih (mobil ayah saya - Almaz). Hehe.
Ntar bikin postingan, ah! Teteh @cicisw menginspirasi saya nih. Tq, ya, say!

H-1 Lebaran di Jalan-jalan Brebes bikin ilfil. Bikin males mudik...haha

Sudah kami upvote yaa..

Barangkali perlu dirombak ulang dan dibuat jadi eskalator? Ehehe.

Menarik juga kebiasaan memberi nama pada barang-barang milik pribadinya, Kak.

Terlepas dr kemacetan jekardah yg menyebalkan. Budaya jalan kaki disana bagus sekali. Di aceh kan hana kak. Kemana mana ek honda.. Kami yg ngak terbiasa agak ngos2an kalau kesana. Btw itu tangga gitu bener..

Dirancang untuk seleksi pasukan bela negara mungkin kak. Ntar kapan2 coba cek kak. Jangan2 ada kamera tersembunyi yg mengawasi.

Di Bandung juga ada, Nuris sering naik saat menyebrang dari Gramedia ke BIP. Tapi kayanya ga sepanjang yang Teteh ceritakan ini sih😁

Kalau seandainya memang panjang sekali dan banyak anak tangga seperti itu, melelahkan juga ya. Alih-alih ingin sehat malah kecapean saat sampai bekerja ya, Teh😅
Saat Nuris ke Jakarta saat berkunjung ke perpusnas, Nuris lupa nama jalannya, tetapi di sana jembatan penyebranganya tidak berbentuk tangga dan juga ada eskalatornya di bagian akhir menuju trotoar. Mungkin ini bisa menjadi solusi untuk 'jembatan aborsi' di sana kali ya, Teh hehe..

Tulisan yang menarik Teh 😄
Maaf jadi panjang komennya 😁

Baru dengar ada jembatan yang namanya ini, heboh banget namanya hehehehe ..... Judul yang membuat penasaran dan konten yang menarik, kerennnn Mbak @alaikaabdullah :)

Aku kira perumpamaan dari suatu sikap. Ternyata jembatan beneran hihihi

Wooooh.. aku baru tahu ada jembatan aborsi di Stasiun UI. Stasiun ini biasanya cuma dilewati aja kalau ke Bogor.

Dalam imajinasi saya itu, Jembatan Aborsi adalah di mana orang kerap melakukan aborsi di sana kakak @alaikabdullah...
Jebatan Batman deh judulnya. hehehe

Sebuah ulasana yang apik..

Senang sekali mengenal penulis hebat lagi, jembatan aborsi nama yak cukup eksotik, saya ingat pernah melihat jembatan itu dari jauh, bersyukur saya tidak harus melewatinya hehehehe :)

Jangan2 jembatan ini yang bikin Kakak harus terapi lagi. Waktu itu Aini pernah baca kakak sempat sakit kaki #haha asal aja Aini, ni.

Well, semoga ayah kondisinya stabil terus dan bisa sehat seperti sediakala ya, Kaak.

Haha. Terapi yang waktu itu karena habis naik gunung.

Aamiin untuk doanya, Aini. Makasih yaaaa.