Filosofi & Mitologi seputar Keraton Solo
Semua yang berkaitan dengan bangunan maupun upacara, bentuk bangunan ataupun benda-benda upacara, letak bangunan, begitu juga prosesi suatu upacara dalam keraton mempunyai makna atau arti filosofi tersendiri. Namun sungguh disayangkan makna-makna itu sudah mulai pudar dan mulai tidak di perhatian.
salah satu contohnya adalah "Cermin besar" di kanan dan kiri Kori Kamadungan mengadung makna introspeksi diri. "Kamandungan" berasal dari kata "mandung" yang artinya "mandeg/berhenti". Nama bangsal "Marcukundha" berasal dari kata "Marcu" yang artinya "api/geni" dan "kundha" yang artinya "wadah/tempat", sehingga kata "Marcukundha" berarti melambangkan "suatu doa/harapan". Menara Panggung "Sangga Buwana" adalah simbol lingga dan Kori Sri Manganti di sebelah baratnya adalah simbol yoni. Simbol Lingga-Yoni dalam masyarakat Jawa dipercaya sebagai suatu simbol "kesuburan". Dalam upacara "GREBEG" dikenal dengan adanya sedekah Sri Sunan yang berupa gunungan. Gunungan tersebut melambangkan sedekah yang bergunung-gunung.
Keraton Solo juga memiliki mistik dan mitos serta legenda yang berkembang di tengah masyarakat. Seperti makna filosofi yang semakin lenyap, mistik dan mitos serta legenda inipun juga semakin menghilang. Sebagai salah satu contoh adalah kepercayaan sebagian masyarakat dalam memperebutkan gunungan saat GREBEG. Mereka mempercayai bagian-bagian gunungan itu dapat mendatangkan tuah berupa keuangan yang baik maupun yang lainnya(berkah).
Ada juga legenda mengenai usia Nagari Surakarta Hadiningrat. Ketika istana selesai dibangun muncul sebuah ramalan bahwa Kasunanan Surakarta hanya akan berjaya selama dua ratus tahun. Setelah dua ratus tahun maka kekuasaan Sri Sunan hanya akan selebar mekarnya sebuah payung (kari sak megare payung). Legenda inipun seakan mendapat pengesahan dengan kenyataan yang terjadi. Apabila dihitung dari pembangunan dan penempatan istana secara resmi pada 1745, maka dua ratus tahun kemudian tepatnya pada tahun 1945 negara Indonesia merdeka dan kekuasaan Kasunanan benar-benar merosot. Setahun kemudian pada 1946, Kasunanan Surakarta sebagai Daerah Istimewa Surakarta dibekukan oleh pemerintah Indonesia karena terjadi kekacauan politik saat itu dan pada akhirnya kekuasaan Sri Sunan benar-benar habis dan hanya tinggal atas tanah adat serta kerabat dekat(sanak kadang).
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://fizhy.wordpress.com/2011/06/27/keraton-kasunanan-surakarta/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit