Seorang lelaki di dalam Islam disebut sebagai pemimpin, tidak perlu memimpin sebuah negeri hingga disebut sebagai seorang pemimpin, tidak juga harus memiliki kekayaan berlimpah dan memiliki bawahan baru dikatakan sebagai seorang pemimpin. Di dalam Islam lelaki yang sudah berkeluarga juga disebut sebagai pemimpin. Menjadi seorang pemimpin tidak berarti dia bisa bertindak semena-mena, ada aturan dan etika yang wajib ada dalam memimpin sebuah keluarga kecil, etika menjaga isteri dan anak./Banyak orang yang tidak memahami arti sebenarnya dari kata pemimpin. Orang awam mengatakan bahwa lelaki di dalam Islam sangat berkuasa, lelaki di dalam Islam tidak pernah salah, perempuan diperlakukan secara tidak adil, lelaki boleh menikahi empat perempuan, lelaki boleh memukul dan lain sebagainya. Tapi tahukah anda bahwa lelaki di dalam Islam memiliki tanggungjawab yang sangat besar? Tahukah anda bahwa ibu di dalam Islam derajatnya sangat tinggi? Tahukah anda hukumnya membuat seorang perempuan menderita? Saya akan menceritakan bagaimana islam memandang kedudukan seorang ibu.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.
Di dalam ajaran Islam menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya, Islam sangat menghormati perempuan (ibu).
Kemudian kisah nyata dari Umar bin Khatab RA, seorang amirul mukminin yang gagah perkasa dan membuat takut kaum penyembah berhala.
Pada suatu ketika, seorang laki-laki ingin mengadu kepada Umar bin Khatab tentang perangai buruk istrinya terhadapnya. Laki-laki itu kemudian datang ke rumah Umar bin Khattab RA. Sampai di depan rumah, ia tidak langsung mengetuk pintu karena melihat Umar justru berdiri di depan rumah. Lelaki itu pun tertegun sejenak. Secara tak sengaja, ia mendengar sang khalifah sedang dimarahi istrinya. Sang istri terdengar membesar-besarkan masalah yang remeh. Nada suara perempuan itu meninggi. Sang Amirul Mukminin cenderung pasif menghadapi kemarahan istrinya
Ketika Umar berbalik, dan melihat laki-laki itu berdiri di depannya. Kemudian laki-laki itu menyampaikan keluh kesahnya terhadap perangai istrinya. Umar bin Khattab RA kemudian tersenyum. Alih-alih menghardik istrinya, Umar malah menceritakan betapa besar jasa istrinya dalam kehidupannya di dunia. “Bagaimana aku bisa marah kepada istriku karena dialah yang mencuci bajuku, dialah yang memasak roti dan makananku, ia juga yang mengasuh anak-anakku, kesalahan yang istriku lakukan tidak sebanding dengan pengorbanannya selama ini. Padahal semua itu bukanlah kewajibannya.
Dari kisah tersebut bisa kita simpulkan, bahwa seorang ibu di dalam Islam sangat tinggi derajat dan pengorbanannya, laki-laki sebagai seorang pemimpin harus menghormatinya, itulah arti dari seorang pemimpin yang sebenarnya di dalam Islam. Sekian, semoga bermanfaat :)
Thank you for posting this lovely moment in time for you. Followed...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
@royrodgers has voted on behalf of @minnowpond. If you would like to recieve upvotes from minnowponds team on all your posts, simply FOLLOW @minnowpond.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit