Semua beban kau tumpahkan pada pundakku, aku sudah menjadi tong sampah, rasa kesal juga tancapkan dikepala yang kecil ini, aku hanya mampu mengerutu disudut tembok tua, tidak berdaya untuk melangkah, pandanganpun mulai buram, jalan pulang saja tidak tau lagi dimana, kau henus kata-kata bijak ditelingaku dan peutuah-peutuah suci sehingga aku terlelap, hanyut tak bermuara.
Sekali-kali kau teriak sekuat tenaga agar aku bangkit untuk membawa beban yang sudah kau tumpah itu, tubuhku mulai lemas dan terpuruk dalam selukan-selukan kemarahan para anjing-anjing pelacak
Kemudian perlahan-lahan aku memegang tembok untuk bangkit dan pergi dari kumbangan kotoran ludah para setan-setan yang bergentanyan saban waktu, lalu dalam hati aku berdo'a dengan mata tertutup seberapa beradab dan biadabnya penduduk bumi ini.
Mungkin aku harus bersujud dikaki yang merasa dirinya tuan-tuan, padahal keturunan hanyalah budak-budak murahan, yang pandai menjilat kaki tuannya setiap saat. Kau bilang tabahlah dan sabarlah karena hidup ini memang penuh penderitaan, semua bala tentara yang berdiri disinggah sana akan menjadi dewa penolong atas beban yang aku pikul, aku bukan keledai yang bisa mengakut semua kunci berangkas.
Akupun tersadar dan berteriak sekuat-kuatnya, namun apalah daya mulutku terkunci rapat, hanya bisa menelan air ludah dan mata melotot keatas, aku hanyalah cangkrik yang bisa bersuara ketika malam tiba.
Kau bilang tabahlah sabarlah hidup ini memang penuh penderitaan, semua bala tentara yang berdiri disinggah sana akan menjadi dewa penolong atas beban yang aku pikul, aku bukan keledai yang bisa mengakut semua kunci berangkas. Cerita yang luar biasa @arista
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih @asma
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit