Tak terasa waktu terus bergulir dengan begitu cepatnya. Kirana sudah sampai ke babak empat besar. Rasa minder karena gelap dunia yang harus ia tapaki. Kini perlahan rasa lenyap, tergantikan dengan rasa percaya diri. Jika saja ia tidak mengikuti saran Vika untuk mengikuti audisi. Mungkin saat ini, keadaannya masih terpuruk. Padahal Mommy dan Daddy-nya selalu mendukung dan memberikan support. Terlebih ketika seseorang yang Kirana cintai mengabaikannya.
Malam ini Kirana tampil dengan menggunakan dress warna ungu muda selutut, rambut pirangnya yang lurus kini berubah bergelombang. Wajahnya pun tak lepas dari polesan make up. Dan yang pastinya Vika masih setia di sisinya. Membantu segala keperluannya selama ini. Termasuk riasannya. Vika sudah sangat mengenal dirinya. Apa yang Kirana sukai dan tidak disukainya.
Bisa cara tentang Vika, sebenarnya dia bukanlah salah satu dari keluarga besar Kirana. Bisa dikatakan oranglain. Waktu itu, mata Kirana masih bisa berfungsi dengan normal. Cahaya matahari, masih bisa ia lihat. Namun sayang karena sebuah kecelakan, ia harus merelakan kedua matanya.
Sebelum terjadinya peristiwa naas itu, Kirana akan pergi ke Mall dengan menggunakan mobil yang disupiri oleh Pak Cipto. Namun ditengah perjalanan hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Tanpa sengaja Kirana melihat seorang gadis berdiri di sisi jembatan dari balik kaca mobil. Takut dengan apa yang akan dilakukan oleh gadis itu. Ia menyuruh supirnya untuk menepikan mobil.
“Pak Cipto, tolong menepi sebentar!” Mata Kirana tak lepas memandang gadis yang masih berdiri di bibir jembatan. Tak memperdulikan hujan yang deras, ia membuka pintu mobil. Hingga supirnya sedikit heran.
“Non mau kemana? Hujannya sangat deras. Mana payungnya ketinggalan di rumah. Nanti Non sakit,” ujar Pak Cipto sedikit berteriak gelisah melihat Nona muda tak menggubris larangannya. Ia malah nekad melawan derasnya hujan.
Sekejap tubuh Kirana basah kuyup. Semua itu tidak dipedulikannya. Yang menjadi fokus perhatiannya saat ini adalah Gadis itu. Semakin mendekat, ia mendengar tangisan pilu yang keluar dari mulut gadis itu. Dapat dipastikan, saat ini gadis itu sedang menangis. Hanya saja air hujan menyamarkan airmatanya.
“Mama jahat!!! Kenapa mama tega ngejual Vika ke rumah terkutuk itu, apa salah Vika? Sejak pria itu datang ke dalam kehidupan kita. Mama berubah. Kenapa Mah, kenapa?” gadis itu berteriak-teriak menumpahkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Bahkan tanpa ia sadari Kirana sudah berada di dekatnya.
“Lebih baik, Aku mati saja. Dari pada harus menjajakan diri di rumah terkutuk itu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, selain mama. Tapi mama menganggapku seakan-akan aku ini bukan anak kandung mama. Selamat tinggal mama,” ia sudah bersiap untuk melangkahkan kaki satu langkah ke depan. Namun tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya dari belakang. Ya, Kirana-lah yang menarik tangan gadis itu, agar ia tidak melakukan tindakan bodoh menerjunkan diri dari jembatan.
“Apa yang kamu lakukan? Tak sayangkah kamu pada nyawamu. Allah sudah sangat berbaik hati padamu,” Kirana menatap kedua mata gadis itu dengan sorot tajam. Meski Ia keturunan Indonesia-Jerman, namun keluarganya memeluk agama Islam. Tapi ada satu hal perintah Allah yang belum bisa Kirana lakukan, yaitu menutup aurat. Karena baru dua bulan yang lalu Kirana beserta keluarganya masuk Islam. Hingga dia masih harus banyak belajar mengenai agama yang dianutnya sekarang.
Gadis itu menoleh ke arah Kirana sambil menyunggingkan senyuman sinis,”Apa lo bilang? Tuhan sudah berbaik hati. Omong kosong, gue nggak percaya adanya Tuhan. Dia ngambil ayah yang sangat gue cintai, dan sekarang dengan teganya mama kandung gue sendiri ngejual gue ke rumah terkutuk itu. Loe tau rumah apa itu? Sebuah rumah dimana di dalamnya banyak sekali para penjajak kehormatan. Dan untungnya gue bisa kabur dari sana,” airmata kembali merembes di kedua bola matanya.
“Aku tahu kehidupanmu sangat sulit dan menderita. Tapi bunuh diri bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah. Hidup dan mati sudah ada yang mengatur. Bisa jadi ketika kamu melompat dari jembatan itu, nyawamu masih bisa diselamatkan. Dan mungkin juga kehidupanmu akan lebih parah dari pada ini,” Kirana membelai salah satu tangan gadis itu yang kini ada di dalam genggamannya. Setidaknya dengan cara itu ia bisa menyalurkan energi positif pada gadis rapuh itu.
“Seharusnya kamu menatap kehidupan masa depan, setelah kabur dari tempat itu. Bukannya malah mau bunuh diri. Percayalah apa yang kamu alami saat ini, pasti ada hikmahnya. Nah, sekarang lebih baik tatalah masa depanmu.”
“Tapi aku nggak punya siapa-siapa lagi di sini. Aku nggak mau kembali ke mama,” emosi gadis itu sudah mulai reda. Terbukti dengan panggilan lo-gue yang sekarang berubah menjadi aku dan kamu.
“Kau bisa ikut bersamaku. Aku Kirana Andriani Putri. Namamu siapa?”
“Aku Vika Permatasari.”
“Sepertinya hujan tidak akan reda. Lebih baik kita masuk ke dalam mobil.” Ketika mereka berdua melangkahkan kaki menuju mobil. Pak Cipto tergopoh-gopoh mendekati Kirana dan Vika sambil menggunakan payung.
“Maaf Non lama! Tadi bapak pergi dulu beli payung. Takut Non Kirana sakit. Eh ternyata tadi ban mobilnya kempes. Maaf ya Non.” Pak Cipto merasa bersalah karena membiarkan nona mudanya terlalu lama berada di bawah guyuran hujan.
“Nggak apa-apa, Pak. Ayo kita masuk ke mobil!”
Lamunannya buyar, ketika bahunya terasa berguncang. Kirana menoleh, ternyata Vika.
“Ki, kamu ngelamunin apa?” tanya Vika sedikit khawatir.
“Aku mengenang pertemuan pertama kita, Vik. Dulu aku masih bisa melihat wajah cantik kamu. Apa sekarang kamu masih cantik?” Tanya Kirana dengan nada menggoda.
“Ah, kamu bisa aja. Kamu tahu, wajahku sekarang makin cantik. Aku selalu berdoa, semoga ada orang yang berbaik hati untuk mendonorkan matanya untukmu. Dan kamu bisa melihat cahaya matahari. Kamu jangan takut, aku akan terus menjagamu.” Vika memeluk Kirana dengan mata berkaca-kaca. Sungguh ia menyesali keputusan yang diambil Kirana dulu,”sebentar lagi kamu akan tampil. Berikan penampilan yang membuat semua orang tercengang. Benar kamu siap bernyanyi sambil main piano? Sebelumnya kamu tidak pernah bernyanyi?”
“Kau meragukanku, Vik?”
“Tidak.”
Dari atas panggung Reyhan, sang pembawa acara memanggil Kirana untuk tampil. Kirana yang sedari tadi sudah berada di belakang panggung langsung berdiri. Merapihkan bajunya dibantu oleh Vika. Vika juga lah yang mengantarnya ke atas panggung. Tak henti-hentinya Vika memberikanya semangat.
Kirana menarik napas sebelum tampil. Jari jemari lentiknya, perlahan menyentuh tuts-tuts piano. Kali ini ia akan menyanyikan lagu ciptaannya sekaligus memainkan piano. Judul lagunya “Senja Bersamamu”.
Suara denting piano mulai terdengar. Riuh suara penonton perlahan sunyi. Hanya suara Kirana dan piano yang terdengar. Lirik lagu ciptaan Kirana sangat menyentuh hati. Menceritakan seorang wanita yang rela hidup dalam kegelapan demi sang kekasih pujaan. Namun sayang, yang dicintai malah pergi meninggalkannya dengan caci maki. Meski begitu wanita itu masih berharap, suatu saat kekasihnya akan kembali kepadanya. Seperti senja yang pergi perlahan. Namun esoknya hadir kembali.
Penampilan Kirana kembali membuat penonton dan juri takjub. Yang paling menjadi kejutan malam ini, Kirana memiliki suara yang sangat merdu. Hingga membuat ketiga juri kehabisan kata-kata. Namun sayang bukan juri yang memiliki hak untuk meloloskannya ke babak selanjutnya. Tapi voting dari penonton-lah yang menentukan.
Waw.. Kereeen.. Ak seakan masuk kehidupan kirana😇
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
makasih teh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Bagus banget...Saya terhipnotis dengan jalan ceritanya. Saya tunggu lanjutan ceritany..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Emosionalnya kerasa banget..keren
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Cakep, Teh! Keren, euy!
Oh iya, punten, narasi di sini "Lamunannya buyar, ketika bahunya terasa berguncang. Aku menoleh, ternyata Vika."
Kata "Aku disitu harusnya "Kirana" bukan?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Oh iya Kak, nggak ke edit. Makasih kritikannya, aku suka.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mantap! Kisah ini harus berlanjut. Sehingga setiap hari. Kirana mengisi ruang-ruang rindu para pecinta cerita. Sungguh kisah yang menarik. Semoga terus dilanjutkan. Tiada kisah tanpa pesan. Semua pesan memiliki makna. Dan aku kagum akan tulisan sejenis ini.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @azizahnoorqolam! You received a personal award!
Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!
Click here to view your Board
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @azizahnoorqolam! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit