[Fiksi] Scout Journalism Award

in indonesia •  7 years ago 

SJA.jpeg

Lampu tanda notifikasi menyala di dinding kamar tidur Annisa. Sang gadis segera menjentikkan jarinya ke arah dinding, maka segera terbuka layar yang menampilkan edisi terbaru Berita Hari Ini. Sekali lagi Annisa menjentikkan jarinya sambil menyebut namanya sendiri, “Annisa”. Segera tampil halaman dengan namanya pada Berita Hari Ini edisi Minggu, 31 Agustus 2031.

Terbaca jelas dengan huruf tebal judul tulisannya, “Akhirnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Jambore Kepanduan Sedunia”. Penulisnya adalah Annisa dan Kak Fanny, pembina pendampingnya. Isinya, sebagian besar merupakan hasil percakapan antara Annisa dan teman-temannya dengan Opa Benny.

”Indonesia akhirnya berhasil menjadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia, ajang bergengsi dalam dunia gerakan pendidikan kepanduan. Bersama dengan Singapura dan Malaysia, Indonesia sukses menyelenggarakan perkemahan besar tingkat dunia yang dilakukan tiap empat tahun sekali itu”.

Begitu awal tulisan Annisa dan Kak Fanny. Selanjutnya di situ diceritakan bahwa Indonesia sebelumnya sudah pernah mencoba mencalonkan diri menjadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia. Dalam Konferensi Kepanduan Sedunia ke-33 di Bangkok, Thailand, pada 1993, Gerakan Pramuka pernah mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah Jambore Kepanduan Sedunia ke-19.

Saat itu, Indonesia mengadakan kolaborasi dengan Singapura. Indonesia mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia, sedangkan Singapura mencalonkan diri menjadi tuan rumah konferensi kepanduan sedunia. Sayang keduanya gagal dalam pencalonan itu. Chile akhirnya menjadi tuan rumah Jambore Kepanduan Sedunia ke-19, sedangkan Afrika Selatan terpilih sebagai tuan rumah Konferensi Kepanduan Sedunia ke35, yang keduanya dilakukan pada tahun sama yaitu 1999.

Belakangan, Singapura mencalonkan diri juga menjadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia. Dalam Konferensi Kepanduan Sedunia ke-38 di Korea Selatan pada 2008, ada dua calon yang bersaing, yaitu Singapura dan Jepang. Namun ternyata yang terpilih adalah Jepang, maka akhirnya Jambore Kepanduan Sedunia ke-23 diselenggarakan di Jepang pada 2015.

Dalam tulisan Annisa dan Kak Fanny itu disinggung pula tentang Persekutuan Pengakap Malaysia. Berdasarkan informasi yang mereka terima dari Opa Benny, Malaysia sebenarnya juga pernah gagal dalam pencalonan untuk menjadi tuan rumah pertemuan kepanduan tingkat dunia. Dua kali berturut-turut Malaysia gagal mencalonkan diri menjadi tuan rumah konferensi kepanduan sedunia. Dalam konferensi di Slovenia pada 2014, Malaysia kalah suara melawan Azerbaijan. Selanjutnya, dalam konferensi di Azerbaijan pada 2017, Malaysia lagi-lagi kalah dalam pemungutan suara melawan Mesir. Itulah sebabnya, Konferensi Kepanduan Sedunia ke-42 diadakan di Mesir pada 2020. Untunglah pada kali ketiga, yaitu saat berlangsungnya konferensi di Mesir, Malaysia berhasil dipilih secara aklamasi untuk menjadi tuan rumah Konferensi Kepanduan Sedunia ke-43 pada 2023.

Tiga tahun setelah itu, dalam Konferensi Kepanduan Sedunia ke-44 yang diadakan Argentina, pencalonan bersama oleh Indonesia, Singapura, dan Malaysia, untuk menjadi tuan rumah Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 pada 2031, diterima secara aklamasi oleh seluruh delegasi yang hadir.

Opa Benny juga bercerita, ketika di Argentina dirinya hadir sebagai chief media konferensi berdasarkan tugas dan kepercayaan khusus dari WOSM. Di situ dia melihat Kak Paulus Triadi Ashadi, seorang tokoh Gerakan Pramuka yang menjadi Wakil Ketua World Scout Committee (WSC) terlihat tegang menantikan pengumuman. Padahal ketika itu, selain pencalonan bersama dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia, tidak ada organisasi nasional kepanduan negara lain yang mencalonkan diri.

Belakangan dari Kak Paulus, sebagaimana diceritakan kembali oleh Opa Benny, ketegangan yang terlihat justru karena Kak Paulus masih khawatir menyiapkan dana penyelengaraan jambore yang terbilang berbiaya cukup tinggi itu. Untunglah akhirnya, dengan dukungan penuh ketiga negara dan aliran sumbangan berbagai perusahaan swasta, penyelenggaraan Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 itu berlangsung sukses.

Mendapat Penghargaan

Tulisan yang diterbitkan dalam lima bahasa itu, Indonesia, Inggris, Mandarin, Arab, dan Spanyol itu, mendapat sambutan hangat dari para pembaca. Mereka memuji keberhasilan Annisa dan Kak Fanny yang berhasil menyusun tulisan secara mendalam dengan menggali informasi sebanyak mungkin dan menyusunnya menjadi tulisan bermanfaat.

Di samping menceritakan sejarah keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia, Annisa dan Kak Fanny berhasil pula menggali informasi dan menuliskannya dalam artikel mereka tentang perjuangan gerakan pendidikan kepanduan sedunia. Justru informasi yang tidak banyak diketahui umum.

Ketua WSC yang saat ini dijabat oleh Marie-Louise dari organisasi nasional kepanduan Pantai Gading memberikan apresiasi positif pada tulisan tersebut. Dua bulan setelah tulisan itu terbit, Annisa dan Kak Fanny diundang untuk hadir pada acara jamuan makan malam World Scout Foundation (WSF), yayasan yang membantu WOSM menyediakan dana untuk menjalankan berbagai aktivitas pendidikan kepanduan.

Dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat, Nancy Christine Robert, yang menjadi Ketua Kehormatan WSF, Annisa dan Kak Fanny mendapat penghargaan Scout Journalism Award (SJA). Penghargaan ini diadaptasi dari penghargaan serupa yang sekitar sepuluh tahun lalu pernah digagas suatu kelompok yang bernama Indonesia Scout Journalist (ISJ). Didirikan oleh anggota Gerakan Pramuka secara pribadi bersama jurnalis, fotografer, penyiar radio, pendidik, dan desainer grafis, ISJ mencoba mengumpulkan para Pramuka dan jurnalis untuk bersama-sama membantu mempromosikan aktivitas pendidikan kepanduan, baik di dalam Indonesia maupun di luar negeri.

Melalui upaya promosi dan publikasi tersebut, ISJ akhirnya berhasil meningkatkan minat dan apresiasi masyarakat luas terhadap pendidikan kepanduan. Masyarakat luas yang tadi hanya menganggap kegiatan itu hanya kegiatan permainan anak-anak dengan bertepuk dan bernyanyi saja, menjadi sadar bahwa pendidikan kepanduan memang nyata dalam menumbuhkan manusia berbudi pekerti yang baik, menjalankan kewajiban agama masing-masing, dan saling toleran serta bersaudara satu sama lain, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan yang ada.

Ketika ISJ didirikan, suasana di Indonesia terbilang kurang baik. Perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan dikembangkan menjadi kebencian satu sama lain. Lupa bahwa sebenarnya siapa pun penduduk Indonesia, ada ikatan tali persaudaraan satu sama lain. Masyarakat seolah terpecah-pecah menjadi golongan ini dan itu.

Untunglah ISJ terus konsisten menyebarkan semangat kebaikan dan mempromosikan aktivitas pendidikan kepanduan. Masyarakat makin lama makin sadar bahwa generasi muda ternyata sebenarnya bersahabat satu sama lain, dan kedamaian, ketentraman, serta semangat maju bersama, itulah yang dibutuhkan.

Pemerintah yang melihat aktivitas positif ISJ itu, akhirnya memberikan dukungan penuh ketika ISJ menyelenggarakan kegiatan pemberian penghargaan yang diberi nama Scout Journalism Award. Penghargaan dalam Bahasa Inggris, karena memang penerimanya terbuka pula untuk anggota-anggota ISJ dari luar Indonesia.

Penghargaan itu diberikan kepada individu-individu yang dianggap berhasil membuat laporan jurnalistik dengan tema pendidikan kepanduan, yang isinya disenangi dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Setelah beberapa kali menyelenggarakan penghargaan itu, WSC melalui WOSM tertarik untuk mengadaptasinya. Tentu saja pihak ISJ tidak keberatan, justru merasa bangga aktivitasnya diakui oleh dunia. Maka itulah dilaksanakan seperti saat ini, ketika Annisa dan Kak Fanny memperoleh penghargaan Scout Journalism Award dari WSC.

“Opa, terima kasih. Annisa mendapat penghargaan ini karena jasa Opa juga,” demikian pesan singkat yang diucapkan Annisa saat tangannya masih gemetar menerima sertifikat penghargaan itu dari Ketua WSC, Marie-Louise.

Jauh dari sana, di rumahnya di selatan kota Jakarta, Opa Benny melihat semua peristiwa melalui layar yang terpampang di dinding ruang makannya. Dia tersenyum mendengar ucapan terima kasih Annisa. Tak terasa matanya membasah, terharu melihat keberhasilan cucunya.

”I love you Annisa,” ucapnya pelan sambil menyeka matanya.

(Bersambung)

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  7 years ago Reveal Comment

Thanks for the info