(Penulis di salah satu pintu masuk berciri arsitektur Tiongkok di Lasem. Foto: Afriani)
Perjalanan bersama istri awal Maret 2018 ke Semarang dan kota-kota sekitarnya, membawa penulis memasuki Lasem, salah satu kota yang kaya tradisi batiknya di Jawa Tengah. Sejak awal, bersama istri memang sudah berencana untuk pergi ke Lasem melihat-lihat dan membeli beberapa potong batik. Maka rencana itulah yang dijalankan, dari Semarang, melewati Demak, Kudus, Pati, Rembang, sampai ke Lasem.
Sambil berkendara, teringat pula buku kumpulan puisi Batik si Jelita dengan editor Ewith Bahar dan diterbitkan Penerbit KKK pada 2017 (ISBN: 978-602-6447-21-0). Di dalamnya ada tiga puisi penulis, masing-masing berjudul “Catatan di Setono”, “Batik Lasem”, dan “Saat Kuliah”. Inilah puisi “Batik Lasem” itu:
Berangkatlah Cheng Ho dengan armada kapalnya
dari Fujian dan Guangdong terus ke Jawa
di situlah Bi Nang Un sang perwira
bersama istri Na Li Ni ke Lasem tiba.
Di situlah juga jari-jari terampil Na Li Ni
menggores kain mencampur warna
menjadi ragam batik yang kini
berkembang indah pada gaya busana.
Maka bermainlah warna merah getih pitik
lewat tangan terampil yang membatik
menggambar kupu-kupu sampai bunga peoni
juga burung hong ada terlukis di sini.
Sempat mati suri bangkitlah lagi
batik Lasem kini berseri
ke segala penjuru sudah dibagi
semoga selamanya tetap jadi lestari.
Jakarta – 2017
(Penulis dan batik Lasem. Foto; Afriani)
Begitulah puisi yang mengisahkan tentang batik Lasem dan pengaruh kuat Tionghoanya. Pengaruh yang juga terlihat ketika penulis dan istri mengunjungi Lasem, dan mengamati bangunan-bangunan kuno dengan unsur arsitektur Tiongkok.
Siapa sangka, justru keunikan Lasem dengan bangunan kuno dan budaya batiknya, juga telah mendunia. Paling tidak, selang beberapa hari setelah berkunjung ke sana, penulis mendapatkan informasi melalui pos elektronik (email) tentang Lasem dari *Silkwinds”, majalah resmi maskapai penerbangan Silk Air. Lasem dimuat secara khusus dalam majalah yang dapat dibaca dalam semua rute penerbangan Silk Air.
(Lasem dalam Majalah "Silkwind' dari maskapai penerbangan Silk Air. Foto: Silk Air)
Di situ diceritakan bagaimana sejumlah anak muda memopulerkan Lasem dengan tagar #KesengsemLasem. Tagar yang membuat banyak orang tertarik dan akhirnya membuat Lasem menjadi semakin terkenal.
Selang beberapa waktu, Harian Kompas yang merupakan salah satu suratkabar nasional terbesar juga memuat foto dan tulisan besar tentang Lasem. Pada Kompas edisi Sabtu, 10 Maret 2018, di halaman “Nusantara” terpampang foto dan tulisan berjudul “Lasem Bidik Turis Asing” yang menjadi headline halaman tersebut.
(Lasem menjadi salah satu berita utama di Harian "Kompas". Foto: Kompas)
Sungguh Lasem memang semakin mendunia dan orang semakin kesengsem dengan Lasem, termasuk penulis dan istri. Bagaimana dengan Anda?