Memasuki pertemuan ke-19 Forum Aceh Menulis (FAMe) chapter Lhokseumawe kali ini menghadirkan seorang pemateri yang memakari bidang puisi. Pak Mahdi Idris ini sudah menyukai sastra sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kemudian naluri sastranya semakin termotivasi ketika masuk Pesantren Al-Muslimun-Lhoksukon dikarenakan buku-buku yang ada di perpustakaan. Untuk jenis prosa beliau menyukai karya-karya Akhdiat Karta Miharja (angkatan 45). Ada yang berjudul Atheis dan Khalifah. Untuk novel beliau mngawalinya dengan sebuah novel karangan N.H. Dini yang berjudul Pada Sebuah Kapal. Sementara untuk cerpen beliau juga menyukai cerpen-cerpen karangan Idrus.
Saat ini teungku Mahdi Idris juga aktif sebagai pengajar di Pesantren Modern Al-Muslimun. Ketika mengisi kelas sastra beliau sangat tegas. Beliau mensyaratkan seluruh santri harus menghafal angkatan-angkatan Sastra Indonesia dari Pra Balai Pustaka hingga saat ini. Bagi yang belum hafal, dilarang memasuki kelasnya. Tujuannya adalah agar kita mengetahui perkembangan sastra pada masa itu.
Sebelum menyampaikan materinya, pak Mahdi melemparkan sebuah pertanyaan kepada para peserta FAMe yang hadir. ”Apakah kalian mengetaui permasalahan dunia sastra Indonesia sekarang (khususnya pada puisi) yang sedang heboh?”, tanyanya. Tak satu pun dari kami yang tahu. Ternyata permasalahan puisi Indonesia akhir-akhir ini adalah pro-kontra tentang pencetusan angkatan baru dalam kesusasteraan. Gerakan ini dipelopori oleh Denny Januar Ali (Denny JA) yang merupakan konsultan politik dan tokoh media sosial. Ia mengklaim bahwa ”Puisi Esai” adalah genre baru dalam kesusasteraan Indonesia. Ini adalah kekeliruan. W.S. Rendra sudah pernah membuat puisi jenis ini jauh-jauh hari. Oleh karena itu, banyak sastrawan-satrawan Indonesia menolak klaim Denny JA tersebut.
Baiklah teman-teman sekalian, marilah kita simak pemaparan pak Mahdi Idris berikut ini agar kita lebih mengenal puisi lebih dalam.
Puisi adalah kristalisasi kata. Kata-kata dalam puisi telah mengalami penyaringan dan penyulingan. Satu kata dalam puisi dapat mewakili berbagai macam kata. Pilihan kata itu benar-benar sudah dipertimbangkan oleh penyairnya. Tidak sembarangan, sehingga menjadi kata-kata yang kuat dan punya citarasa bagi yang membacanya. Jadi kalau puisi itu tidak memiliki citarasa saat dibaca, maka puisi itu belum sempurna (bukan berarti jelek).
Hal-hal yang Harus Dihindari Dalam Menulis Puisi
1. Hal-hal Umum
Ini adalah suatu contoh puisi tentang IBU yang terkesan umum.
Oh Ibu, alangkah mulia hatimu
Kau membesarkan aku
membelaiku dan memberi susu
Ini adahal hal yang umum sekali. Semua ibu ya begitu. Kita harus punya pandangan khusus tentang ibu kita secara tersendiri. Simaklah contoh puisi yang baik tentang IBU berikut ini yang ditulis oleh D. Zawawi Imron :
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu ....
Ini adalah puisi tentang IBU yang paling bagus. Mengapa ? Karena puisi ini memiliki kekhususan D. Zawawi Imron yang merantau dari Madura ke Surabaya. Ia ingat ketika dahulu ia merantau, tak ada seorang pun yang bertanya tentang keberadaannya, bagaimana kabarnya dan tak ada pula yang menulis surat untuknya. Kecuali hanya satu, ibunya. Ibunya selalu bertanya, ”Nak, kapan kau pulang ?”. Ketika musim kemarau tiba, di saat ia rindu kampung halamannya, sumur-sumur kering, daun-daunpun berguguran. Orang-orang tak ada yang peduli kepadanya. Hanya mataair mata ibunya yang tetap lancar mengalir (meskipun bukan berarti menangis). Maksudnya hanya ibunya yang selalu merindukan kapan ia pulang.
Para kritikus puisi menempatkan puisi ini pada tempat yang mulia. Pada maqam yang tinggi.
2. Reklame atau Propaganda
Contoh :
Ayo pemuda, ayo pemudi
rapatkan barisan membangun ngeri
Kalau bisa, hindari gaya penulisan seperti ini karena agak klise.
3. Klise atau Janda dan Duda Kata
Contoh puisi klise mengenai gambaran tentang kekasih :
wajahmu cantik bagaikan lukisan
aku mencintaimu
aku menyayangimu
dengan sepenuh hatiku
hingga akhir hayatku
Hindari yang seperti ini karena semua kekasih ya seperti itu. Tidak ada yang beda. Semua orang pasti berpikir begitu. Akan lebih bagus jika kita buat seperti ini :
Sejak aku mengenalmu, kautak mirip siapa pun
Aku mencintaimu bagaikan matahari yang senantiasa terbit di ufuk Timur
Ini tampak lebih khusus dan berbeda dengan kekasih yang lain. Jadi sekali lagi, kita harus menghilangkan kata-kata yang klise.
Contoh klise yang lain :
Wajahmu cantik bagai bulan purnama
Ini adalah gambaran yang dimiliki oleh banyak orang. Kita harus memiliki kekhasan sendiri pada kata-kata kita untuk menggambarkan kekasih. Alangkah jauh lebih bagus jika dibuat seperti ini :
Ketika kubayangkan wajahmu
Naluri cintaku membara
Maka, kukutuk engkau menjadi kekasihku
Inilah yang dimaksud kata-kata penggambaran yang berbeda yang mungkin tak seorang pun yang menggunakannya. Jadi kita harus berpikir, bagaimana caranya agar bahasa yang kita ungkapkan belum pernah diucapkan orang lain. Kalau ”wajahmu cantik bagai bulan purnama”, kita rasa dari Nabi Adam hingga sekarang sudah milyaran orang yang memakainya.
4. Nasehat, Diri nan Mulia dan Takabbur
Mengungkapkan nasehat dalam puisi butuh kehati-hatian tingkat tinggi. Resikonya juga tinggi. Contoh :
Wahai durjana, lekaslah bertaubat
tinggalkan semua jalan yang sesat
tidakkah kau melihat para malaikat
kan memasukkanmu ke dalam neraka laknat
Ini adalah puisi yang berisi nasehat namun terkesan takabbur seakan-akan sang penyair tidak pernah melakukan dosa. Dalam sastra termasuk puisi, nilai-nilai moral akan sangat mencekam pembaca, justru saat tidak disemburkan sebagai khutbah dan wejangan, melainkan melalui sebuah pengalaman kongkrit. Mari simak puisi Abu Nawas berikut yang berjudul AL-I’TIRAF (sebuah Pengakuan)
Wahai Tuhanku, aku tak layak menjadi penghuni syurga
Namun, aku tak sanggup berada dalam neraka
Jika ingin mahir menulis puisi maka banyaklah membaca puisi orang lain . Jangan hanya mengandalkan pikiran sendiri agar kita terbiasa dengan kata-kata. Percayalah, setelah membaca sepuluh buku puisi, kelak akan menjadi seorang penyair.
Amazing.. Aku tak mampu sperti itu... Hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ah, abg bisa aja. Semua juga bisa kok....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
You are a hero to the absent...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you mr @smokerr, we might be cooperative to each other...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
that's right, the best of humans that benefit others
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mantap informasinya. Sayang tadi gak bisa ikut. Tapi baca artikel ini jadi lumayan bisa belajar.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tidak apa-apa buk @ayurika, lain kali kita bisa kumpul bareng lagi dlm rangka memajukan literasi. Thanks for visiting....
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit